The Heart 2

90 23 24
                                    

"Maaf ..."

Momo mendekat dan menggoyangkan bahu sang dokter.

"Maaf apa!?"

"Seperti yang kita ketahui, entah kenapa beberapa waktu terakhir tubuh tuan Jeongyeon menolak keberadaan jantung pendonor. Maka, cara tercepat adalah mendapatkan pendonor baru. Kami sudah menghubungi rumah sakit di seluruh Korea beberapa waktu ini dan beberapa rumah sakit akhirnya memberi jawaban baik. Namun ditakutkan tuan Jeongyeon tidak bisa menunggu karena sekarang pihak rs tengah memeriksa kecocokannya."

"Bisa, pasti bisa. Aku akan siapkan pesawat untuk menjemput organ itu. Tolong dok, selamatkan sahabatku." Ucap Momo pilu dan Jihyo memeluk suaminya itu.

"Kami akan berkoordinasi intens dengan mereka. Sekarang tuan Jeongyeon akan di bawa ke ruang ICCU. Mohon maaf kami melarang anda sekalian berkunjung karena ini terlalu sensitif." Sang dokter pun pergi meninggalkan ketiga orang itu.

Sana masih terdiam ... Ini berarti jantung Tzuyu akan digantikan jantung orang lain. Tidak ... Bagaimana jika, jantung orang lain itu tidak berdetak untuknya? Bagaimana dengan perasaan Jeongyeon padanya?? Jeongyeon akan tetap mencintainya kan? Itu harus ...

Sana tak rela namun ia yakin Jeongyeon akan tetap mencintainya. Sekarang ia hanya bisa berharap Jeongyeon bertahan. Ia ingin Jeongyeon bangun, ia ingin menghabiskan hari-harinya bersama Jeongyeon. Tidak ada lagi kencan hari Jumat! Ia mau setiap hari, setiap detak jantungnya ia habiskan bersama Jeongyeon ...

"Kau pergi dari sini!!" Usir Momo pada Sana. Sana menoleh menatap tak suka.

"Tidak!! Aku kekasihnya dan aku berhak berada disini!!"

"Sana, kau lupa? Kau bersamanya hanya karena jantung Tzuyu. Sekarang kau dengar sendiri kan? Bahkan tubub Jeongyeon menyerah dengan jantung kekasihmu itu. Tsk, pergilah. Sudah cukup kau menyakitinya!" Ucap Jihyo.

Sana tertegun, menelan ludah begitu berat, seperti ada yang mengganjal.

"Bukan karena jantung Tzuyu. Aku sungguh-sungguh mencintainya. Aku mohon ... Hikss, aku menyesal." Sana luruh jatuh ke lantai, menangis, meratapi kisahnya, kisah yang awalnya ia karang namun akhirnya malah membuatnya merana ...

.

"Oprasi transplantasinya berhasil, kemungkinan dalam beberapa hari, tuan Jeongyeon akan siuman. Mohon berdoa dan bersabar." Ucap sang dokter.

Sana dengan telaten merawat Jeongyeon. Setiap hari membasuh tubuhnya. Tak lupa berbicara dengan Jeongyeon, menceritakan kesehariannya.

"Sana ..." Sana menoleh dan segera menaruh laptopnya.

"Jeongyeon! Kau sudah sadar. Hikss ..." Sana menangis lalu memeluk pelan Jeongyeon ...

"Apa yang terjadi?? Kenapa aku disini?"

Baru saja Sana mau cerita, Momo dan Jihyo datang.

Mereka senang dan berbincang banyak. Momo menceritakan semua yang terjadi.

"Begitukah?? Sana, maaf tidak bisa menjaga jantung Tzuyu." Dada Sana sesak.

"Tidak ... Tidak apa, tidak usah pikirkan." Sana tak mampu lagi berbicara.

"Eh? Apa ini hari Jumat?" Tanya Jeongyeon.

"Tidak, ini hari rabu."

"Hah? Sana, kau pulang lah. Ini bukan hari Jumat. Tidak seharusnya kau disini."

Sana semakin sesak,"Aku akan disini, kau sakit dan ak..."

"Kumohon pulanglah, aku tak terbiasa dengan ini. Aku sudah biasa dengan permainanmu." Ucapan Jeongyeon sungguh menusuk dadanya.

"Sebaiknya kau pulang, aku dan Momo akan mengantarmu." Ucap Jihyo.

"Tapi Jeongyeon sendirian, dan aku tidak masalah!" Suara Sana agak meninggi, kenapa Momo dan Jihyo setuju meninggalkan Jeongyeon sendirian??

"Tidak usah khawatir, nanti ada yang menjaganya."

"Pergilah, aku mau tidur." Jeongyeon membalikan tubuhnya.

.

Ini hari Jumat, pagi-pagi sekali Sana sudah bersiap dan menyiapkan makanan untuk Jeongyeon.

"Selamat pa ... gi." Sana tertegun melihat seorang wanita tengah membasuh tubuh Jeongyeon dan ia yakin dia bukan suster.

"Oh, selamat pagi." Sapa wanita itu. Wanita itu merasakan kecanggungan dan akhirnya memperkenalkan diri.

"Aku Nayeon ..."

"Sana ..." Sana menatap Jeongyeon yang hanya menatap datar padanya.

"Kalau begitu, aku pulang ya. Cepat sembuh agar kita bisa berjumpa di luar rumah sakit." Ucap Nayeon.

"Ya, tentu. Hati-hati."

Nayeon pun permisi dari sana.

Sana membuyarkan lamunannya,"Kau belum makan kan? Aku membawakan masakanku untukmu." Jeongyeon sedikit terkejut, ada rasa senang namun ia tepiskan itu.

"Aku sudah makan dan sekarang aku mau tidur. Terserah padamu mau melakukan apa, kalau bosan kau bisa pulang." Sana marah, ia merasa tak dihargai.

"Siapa Nayeon?? Kenapa dia membasuhmu? Apa tidak ada suster? Apa dia selingkuhanmu huh? Karena hanya bisa bertemu hari jumat, kau selingkuh di hari lainnya!? Iya??" Cecar Sana menggebu-gebu.

"Sudah?" Tanya Jeongyeon dengan tenang.

"Dia Nayeon, sahabat kecilku yang sudah lama tidak bertemu dan ternyata apa? Ternyata pendonor jantungku adalah mantan tunangannya." Sana menegang. Kisah ini tak asing untuknya.

"Kenapa? Familiar dengan kisah itu?? Tapi tenang saja, dia tidak mendekatiku untuk berpacaran denganku demi bisa dekat dengan mantan tunangannya. Ini jantung 'mantannya' ia sudah menikah dengan orang lain. Ia datang untuk menjengukku, dia seorang perawat dan tadi suaminya sudah menjemputnya." Jelas Jeongyeon dengan tenang.

Sana bernafas lega ...

"Aku tdiak selingkuh walau rasanya ingin selingkuh saja agar bisa mendapat kasih sayang lebih dari orang lain yang tidak bisa ku dapatkan dari kekasihku yang amat aku cintai."

"Jeong ... Aku ..."

"Sana ... Kau mau tahu? Jantung ini tidak berdetak lagi untukmu." Sungguh bak tersambar petir. Sana menegang mendengar perkataan Jeongyeon. Tidak, ia tidak percaya. Mau jantung siapapun, selama Jeongyeon mencintainya, jantung itu akan selalu berdegup kencang untuknya.

"Bohong, kau bohong kan??"

"Ini bukan jantung Tzuyu lagi, Sana ..."

"Persetan! Mau jantung siapapun, kau sangat mencintaiku, detak jantungmu hanya berdegup kencang untukku!!!!" Sana berteriak, ia menangis. Tidak, dia tidak mau Jeongyeon berhenti mencintainya.

"Seperti yang ku bilang sebelumya, kita putus ya ..."

Sana menggeleng, ia tak mau.

"Aku mencintaimu ... Hikss ... Tolong maafkan aku. Maafkan aku." Jeongyeon membuang pandangannya kearah lain. Tak sanggup mendengar tangis Sana.

Ia membiarkan Sana menangis sendirian sementara ia menyembunyikan kesedihannya ...




















Gantung lagi aja apa end ... hixxx

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Story: Jeongyeon & TwiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang