08. PESANTREN AL HABIBIE

13 2 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

"Jaga juga sholatnya bukan cuma jaga anak orang."

☆☆☆

Jam 03.00 WIB.
Langit pagi yang belum mendapatkan pencahayaan dari matahari, tidak membuat bulan dan bintang meninggalkan langit sendirian. Mereka tetap setia, untuk menemani langit yang membutuhkan penerangan. Hawa dingin dan selimut tebal sangatlah cocok untuk menemani tidur malam ini. Tetapi, tidak dengan seorang pria yang sudah siap sholat tahajud. Sebelumnya, ia akan membangunkan adiknya terlebih dahulu, dan melaksanakan sholat tahajud bersama.

Lelaki itu mulai melangkahkan kakinya menuju ke kamar tamu, yang ditiduri adiknya. Ia membuka pintu kamar.

“Zi… bangun,” Ucap Lathif sambil membuka selimut.

Lathif yang baru membuka selimut sudah kaget dengan posisi Zizan yang rebahan sambil menopang kepala, dengan pakaian yang sudah rapi dan peci yang bertengger di kepalanya.

Zizan bangkit dari posisinya. “Ayo, Zizan udah nunggu lama ini,” Ucapnya sambil mengetuk-ngetuk pergelangan tangan.

Lathif tersenyum. “Sudah berubah ya, kamu?”

Zizan berdiri dan menghadap Lathif. “Emang Zizan dulu kaya gimana, mas?”

Lathif terkekeh. “Bukan kah kamu dulu sangat susah untuk dibangunkan? sampai-sampai Abi menguyurmu dengan seember air.”

“Masa iya, Zizan gak berubah. Nanti kalo Zizan udah beristri masih jadi kebo, Zizan diguyur air satu Toren nanti,” Ucapnya.

Lathif kembali terkekeh. “Alhamdulillah, jika kamu sudah sadar. Yasudah ayo kita tahajud bersama.” Zizan mengangguk dan mengikuti langkah Lathif yang menuju mushola kecil yang ada di rumahnya.

Mereka pun melaksanakan sholat tahajud bersama, dengan Lathif yang menjadi imam. Setelah sholat dan dzikir, mereka memutuskan untuk muroja'ah sambil menunggu waktu subuh tiba.

Setelah sholat subuh, Mereka bersiap siap untuk menjemput Ummah di rumah Ayesha. Tapi sebelumnya, Lathif memasak nasi goreng untuknya dan sang adik.

“Mas Iqbal dimana?” Ucap Zizan sedikit teriak.

“Saya di dapur. Kemarilah kita sarapan dulu.”

Zizan pun menghampiri Lathif. “Nasib jomblo gak ada yang masakin ya, mas?” Ledek Zizan sambil duduk di kursi. Sedangkan Lathif hanya diam, fokus memasak nasi goreng.

Setalah nasi gorengnya matang, Lathif menghampiri Zizan di meja makan sambil membawa dua piring nasi goreng.

“Katanya mau jemput Ummah habis subuh?”

“Kita sarapan dulu. Tidak sopan jika kita kesana terlalu pagi,” Ucap Lathif sambil memberikan seporsi nasi goreng untuk Zizan dan ikut duduk di depan Zizan.

Zizan hanya mengangguk dan mulai memakan nasi goreng buatan Lathif.

Selesai sarapan, mereka pun berangkat ke rumah Ayesha untuk menjemput Ummah. Sesampainya mereka disana, mereka sudah disambut dengan suasana hangat keluarga yang sedang sarapan bersama sambil duduk lesehan.

“Assalamualaikum,” Ucap mereka berada di depan pintu yang sudah terbuka.

“Waalaikumsalam.”

“Sini nak masuk. Kita sarapan dulu,” Ucap Bu Adiba. Mereka pun masuk dan ikut duduk lesehan di antara Ummah nya.

IQBAL AL LATHIF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang