05. PERNIKAHAN BIAN

23 6 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 🙏

"Jadilah wanita yang menginspirasi, bukan di puji, bukan pula wanita yang suka menebar sensasi dan bukan pula wanita yang sibuk mempercantik diri" (imam Al Ghazali)

☆☆☆

Beberapa hari kemudian
Sebuah gedung sudah di hias dengan hiasan bernuansa putih, terlihat sederhana tetapi menjadi saksi bisu upacara pedang pora putra sulung El Zein, Biantara Hudzaifah El Zein. Serangkaian kegiatan upacara pedang pora telah selesai, kedua mempelai duduk di pelaminan untuk menyambut tamu yang ingin memberikan selamat kepada mereka.

"Sakinah mawadah warahmah, mas Bian." Ayesha memeluk Bian. Tak terasa, air matanya turun begitu saja. Mengetahui adiknya sedang menangis Bian pun melepaskan pelukannya.

"Cantik'e mas Bian kok nangis i kenapa to, hm?" ucapnya sambil membungkukkan badannya menyamakan tinggi Ayesha.

Ayesha menghapus air matanya. "Mas Bian jangan lupain ay ya."

"Siapa yang bisa ngelupain adik mas Bian yang cantik ini, hm?" ucapnya sambil mengelus kepala Ayesha yang tertutup hijab.

"Mas Bian ada-ada aja. Mbak Cantika gk mas anggep?"

Bian kembali menegakkan badannya. "Kan kamu cantiknya mas kalo Mbak Cantika itu manisnya mas."

"Dasar kata-kata buaya." celetuk Ayesha. Bian hanya terkekeh.

"Mbak Cantika Dateng kan?"

"Iya tapi mas telpon, sebentar lagi sampai katanya. Udah sana ganggu orang mau bucin aja."

"CK ya deh.. Mbak Reyna nanti kalo mas Bian macem-macem bilang Ayesha aja biar ay gorok lehernya," ucap Ayesha

Reyna tersenyum sambil mengacungkan kedua jempolnya. "Siap Bu dokter." Ayesha pun terkekeh dan pergi meninggalkan kedua pasutri itu. Sebelum beranjak ia lebih dulu menatap Bian dengan tatapan menantang.

"Kejam banget adik gue mau gorok leher orang" batin Bian.

☆☆☆

"Selamat bro." Bisma datang langsung memeluk Bian, meninggalkan Lathif dan Candra di belakang.

Bian melepaskan pelukannya dan tersenyum. "Thanks bro."

"Sokab banget Lo bis." celetuk Candra menghampiri mereka bersama Lathif.

"Biar apa? biarin."

Candra hanya menggeleng dan langsung berjabat tangan dengan Bian. "Sakinah mawadah warahmah bi."

"Thanks Can," ucap Bian sambil menerima jabatan tangan Candra.

"Langgeng sampai Jannah bi," ucap Lathif sambil memeluk Bian.

Bian melepaskan pelukannya dan menepuk pundak Lathif. "Makasih Gus.. semoga cepet nyusul."

Lathif tersenyum. "Doakan saja. Kalo begitu kami izin turun. Kami juga tidak mau mengganggu waktu bucin kalian."

Bian terkekeh dan mengangguk. "Silahkan menikmati hidangannya."

"Izin bungkus Lettu Bian," ucap Bisma

Bian terkekeh kembali. "Silahkan kalo kamu tidak malu,"

"Dasar Bisma," gumam Candra sambil menggeleng sedangkan Bisma hanya bersikap acuh.

IQBAL AL LATHIF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang