18. AYAH DAN SORBAN

11 2 0
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

"Bila waktu ku bisa di ulang mengapa dulu aku tidak menjadi milik nya tapi mengapa wanita itu jadi takdir nya"
by: Umma Anin🌹

☆☆☆

“Terimakasih, Gus.”

Zizan mengangguk sambil tersenyum. “Sama-sama. Lain kali kalo ada yang bisa saya bantu silahkan telpon atau temui saya,” Ucap Zizan.

Cantika tersenyum. “Saya izin ke ruang Asatidzh, Gus.”

“Na’am. Hati-hati ustadzah cantik,” Ucap Zizan.

Cantika menghela nafas entah kenapa lama kelamaan salting juga dia di panggil dengan sebutan itu. “Cantika, Gus.”

“Hehe.. maaf saya hanya bercanda.”

“Berarti yang kemarin cuma bercanda, Tik. Hm… makanya jangan kepdan dulu jadi orang,” Batin Cantika.

“Tik?” Ucap Zizan sambil melambaikan tangan di depan wajah Cantika yang sedang melamun.

“Eh… Gimana, Gus?”

Zizan terkekeh. “Katanya mau ke ruangan Asatidzh. Kok masih di sini? Mau sama saya Seumur hidup? mulai sekarang atau besok?”

“A-apaan sih Gus? Aneh banget. Dahlah, saya mau ke sana sekarang. Assalamu'alaikum,” Ucap Cantika lalu bergegas pergi dari hadapan Zizan, takut buaya itu beraksi kembali.

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,” Zizan pun menggeleng melihat kelakuan wanita itu. Entah, ia juga sangat suka meledeki perempuan yang lebih tua 5 bulan darinya itu.

Setelah Cantika sampai di ruang Asatidzh, ia pun membuka pintu lalu masuk.

“Aduh… habis jadi korban Gus Zizan lagi ya, Ustadzah?” Ledek salah satu ustadzah yang melihat pipi Cantika agak kemerahan.

“M-maksudnya korban Gus Zizan lagi itu apa ya, ustadzah Liya? Emang udah sesering itu, ya?” Ucap Cantika.

Ustadzah Liya pun terkekeh. “Aduh… Kamunya juga salting. Jarang-jarang tau Gus Zizan bisa gitu sama cewek,”

“Udah ya plis… saya mohon, saya gak mau kepdan lagi,” Ucap Cantika memohon agar tidak di ledeki terus menerus.

“Tapi cocok tau, Tik,” Sahut Ustadzah Rina yang baru saja datang.

“U–”

“Iya lah… kan situ nya kan suka caper sama sepupu saya. Gak heran kalo sepupu saya kepincut,” Sahut Ning Khanza yang datang seperti jalangkung yang tiba-tiba datang tanpa di undang.

“Maaf, Ning. Tapi saya gak pernah caper sama Gus Zizan,” Ucap Cantika.

“Sekarang enggak tapi nanti pasti caper lagi. Apalagi kan situ ustadzah yang paling sering bolak-balik ke ndalem. Hm… mungkin capernya bukan cuma ke anaknya tapi ummah juga,,” Ucap Khanza yang semakin membuat Cantika harus bersabar.

Cantika menghela nafas. “Maaf Ning saya permisi dulu, sudah waktunya saya masuk kelas.” Cantika langsung mengambil tas dan buku-buku. Ia pun langsung pergi tak ingin  membuat masalah dengan Khanza.

Khanza bersedekap dada. “Bilang aja kali kalo mau kabur dari kenyataan, mah. Gak usah kebanyakan alesan gitu,” Sindir Khanza yang membuat Cantika berhenti lalu membalikkan badannya.

Afwan, Ning. Saya masih menghargai dan menghormati Ning di sini. Maka dari itu, saya lebih memilih untuk diam lalu pergi daripada harus meladeni perkataan Ning yang sangat tidak berguna bagi saya,” Ucap Cantika.

IQBAL AL LATHIF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang