09. DUA KABAR

12 2 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

"Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR Muslim)

☆☆☆

"Abi akan menjodohkanmu dengan-." Ucap Abi terpotong karena Zizan, Candra, dan Bisma mengucap salam.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Mereka pun masuk dan ikut duduk.

"Abi akan jodohkan kamu dengan Ning Khanza."

Sontak, membuat keempat lelaki yang ada disana terkejut. "B-bukan maksud saya untuk menolak, Abi. Tetapi, saya belum bisa melupakan seseorang." Ucap Lathif.

"Bukankah dulu kamu juga pernah punya rasa pada, Ning Khanza?."

Ya, dulu Lathif sempat memiliki rasa pada Ning Khanza. "Untuk rasa itu, saya rasa hanya sekedar mengaggumi. Bahkan rasa itu sudah tidak ada di hati saya, Abi," Jelas Lathif.

"Maaf, untuk ini Abi memaksamu. Paman Gian yang memintanya. Ini juga untuk kebaikan kalian berdua," Ucap Abi

Lathif berfikir sejenak dan akhirnya ia menghela nafas. "Baiklah, Iqbal terima perjodohan ini."

"Tapi, bukannya mas belum bisa melupakan mbak ay-" Ucap Zizan yang dipotong Lathif.

"Saya akan melupakannya dengan cara membuka hati untuk Khanza." Ucap Lathif.

Abi tersenyum bangga kepada Lathif yang sudah berpikir dewasa. "Kita akan ke rumah paman Gian bada isya. Bersiaplah." Lathif mengangguk.

Setalah melaksanakan sholat isya dan makan malam, mereka semua termasuk Azzam, Candra dan Bisma pergi ke rumah Khanza. Sedangkan Zayndra, disuruh untuk membantu para ustdaz untuk menerima hafalan para santri.

Sesampainya mereka disana, mereka disambut hangat oleh Gian. Mereka pun duduk dikursi ruang tamu.

Lathif menoleh Abi dan dibalas senyuman dan anggukam oleh abi. Lathif pun menghela nafas. "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sebelumnya, perkenalkan nama saya Muhammad Iqbal Al Lathif Al Habibie ingin menyampaikan jawaban saya atas permintaan paman Gian untuk menikahi putri paman, Khanza Az-Zahra Al Habibie." Ucap Lathif.

"Permintaan? menikah? maksudnya Ayah njodohin gue sama Gus iqbal?" Batin Khanza kaget.

Lathif menghela nafas. "Saya terima perjodohan ini. Saya siap membimbingnya dengan ilmu yang saya milki."

"GAK! Gue gak terima," Ucap Khanza membuat semua kaget.

"Nduk, jaga nada suaramu. Tidak sopan meninggikan suara ketika ada tamu," Ucap Gian lembut.

"Ayah, Khanza gak mau dijodohin sama Gus Iqbal. Ayah gak lihat, dia udah punya anak. Pasti dia ngaku-ngaku ke Ayah kalo dia belum menikah. Oh... apa Jangan-jangan, dia hasil perbuatan haram? Ibunya aja gak ada," Ucap Khanza sinis sambil melirik Syafira yang sedang dipangku Haira.

"Maaf, Ning. Semua bayi lahir dalam keadaan suci, termasuk Syafira. Ia adalah anak yang telah diamanahkan untuk saya jaga bukan anak haram." Ucap Lathif.

"Halah, tinggal bilang kalo itu anak haram aja susah," Ucap Khanza sinis.

"Nduk, jaga ucapanmu kepada Iqbal. Dia sepupumu," Ucap Gian

IQBAL AL LATHIF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang