10. AMANAH RYAN

17 2 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

"Kekuranganmu akan dianggap sempurna oleh hati yang ditakdirkan untukmu."

Habib Umar bin Hafidz

☆☆☆

Sesampainya mereka di rumah Ayesha, Ayesha langsung turun dari motor dan memberikan selembar uang kepada mbak Dewi.

“Sudah dibayar mbak tadi sama pacarnya,” Ucap mbak Dewi

Ayesha mengerutkan dahinya. “Pacar?”

“Bukanya, mas-mas tadi pacarnya, mbak? Sepeduli itu sama mbak, gak mungkin kalo bukan pacar.”

“Ohh itu bukan pacarku, mbak. Kita cuma temenan. Lagian pacaran itu kan dosa, Mbak,” Ucap Ayesha.

“Hehe… maaf mbak, saya gak tau.”

Ayesha tersenyum. “Ini uangnya buat, mbak. Anggap aja, rezeki mbak hari ini.”

“Ya Allah, Mbak. Makasih Mbak, semoga mbak sama masnya jadi jodoh. Kalo saya lihat-lihat sih, cocok sama mbak,” Ucap mbak Dewi yang diakhiri kekehan kecil.

“Dia udah melamar seorang Ning, mbak. Lagian, aku juga udah punya calon sendiri,” Ucap Ayesha sambil tersenyum.

“Ya Allah, mbak. Maaf sekali lagi, saya tidak tahu.”

“Gpp, mbak,” Ucap Ayesha.

“Kalo gitu saya permisi, mbak. Ada orderan lagi.”

Ayesha mengangguk. “Semoga rezeki mbak, lancar hari ini.”

“Aamiin aamiin ya rabbal alamin. Assalamu'alaikum,” Ucap mbak Dewi lalu melajukan motornya ke tujuannya.

“Waalaikumsalam.”

Setelah mbak Dewi pergi, Lathif keluar dari mobilnya. Ya, dari tadi, Lathif masih ada di mobilnya menunggu kedua wanita itu selesai berbicara.

Lathif pun menghampiri Ayesha. “Kak Lathif belum masuk?” Ucap Ayesha.

Lathif menggeleng. “Saya menunggu mu berbicara dengan mbak ojek tadi. Tidak mungkin jika saya masuk mendahului pemilik rumah.”

Ayesha tersenyum kecil. Sesopan itu dia, sampai menunggunya selesai berbicara?

“Maaf, Udah buat kak Lathif menunggu,” Ucap Ayesha.

Lathif mengangguk dan jalan lebih dulu. Ayesha pun mengikuti langkah Lathif. “Bukannya wanitanya yang disuruh jalan duluan, malah ninggalin. Katanya paham agama, harusnya tau dong, kalo wanita harus diratukan,” Gumam Ayesha yang masih bisa didengar oleh Lathif.

Lathif berhenti membuat Ayesha yang tidak melihat depan menubruk punggung Lathif.

“Adab lelaki ketika berjalan dengan seorang wanita adalah membiarkan wanita itu berjalan dibelakangnya. Karena dengan itu, Lelaki tidak akan bisa melihat lekuk tubuhnya saat berjalan,” Ucap Lathif yang tidak menoleh ke Ayesha.

“Umar bin Khattab pernah berkata ‘Saya lebih baik berjalan dibelakang singa yang lapar daripada berjalan dibelakang seorang wanita’.”

“Artinya, seorang wanita adalah sebuah cobaan keimanan untuk lelaki. Sebesar apapun iman kita, jangan sesekali berhadapan dengan wanita. Karena wanita sangatlah besar fitnahnya.”

“Walaupun, seorang lelaki itu sudah menjaga pandangannya, tidak memungkinkan setan untuk menggoda Lelaki itu, untuk melihat lekuk tubuh wanita yang ada di depannya.”

IQBAL AL LATHIF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang