2. bertengkar

2.5K 213 4
                                    

Angin sepoi-sepoi menerpa wajah remaja 17 tahun yang kini duduk dipinggiran pantai, Langit memilih meninggalkan sekolah sejak keluar dari toilet karena merasa berbeda dari keenam saudanya.

Lagi-lagi overthiking, merasa tidak normal itu yang selalu yang ada dipikiran Langit.

Langit menatap senja yang begitu memanjakan mata, sungguh indah bukan, jam sudah menunjukkan pukul 17:40, sudah hampir tujuh jam lebih Langit berdiam diri duduk dipinggir pantai ditemani dengan sepi.

Lagi-lagi hanya sepi yang menemani Langit, lagi-lagi hanya sunyi yang menyapa Langit.

Disisi lain, Dona, Jeffran dan keenam putra Aksena sedang khawatir karena Langit hilang sejak pulang sekolah, ponsel yang tidak bisa dihubungi, bahkan lokasi yang tersambung diponsel Langit ikut tidak terlacak.

Dona sudah meraung menangis sejak dua jam yang lalu, Jeffran yang tiada hentinya menghubungi nomor Langit yang selalu dijawab oleh operator.

"Langit Aa' dimana nak?" Racau Dona yang berada dipelukan Nathan.

"Aa' kemana? Mama khawatir sama Aa"

Jevano sejak tadi menghubungi teman-teman balapnya, siapa tahu ada yang melihat Langit, tapi hasilnya tetap sama tidak ada yang melihat langit.

"Papa, Aa kemana pa?" Tanya Dona yang meraung sembari mengguncang tubuh kekar Jeffran.

Jeffran hanya diam menatap Dona yang meraung dan terus menanyakan dimana Langit, dia sama kalutnya dengan Dona, dia sama takutnya dengan Dona, putra yang dia perjuangkan mati-matian 10 tahun yang lalu.

'Aa' dimana nak? Pulang sayang papa khawatir sama Aa'

Sedangkan Langit yang melihat jam di tangannya, tentu terkejut pasalnya dia sudah hampir delapan jam hanya duduk dipinggir pantai.

"Mama" gumam Langit kalut, dia tahu pasti Dona sedang menangis karena dia yang tidak ada kabar

Langit berlari pergi meninggalkan pantai yang sudah menampakkan senja dengan sempurna.

"Maafin Langit ma, maaf..." Racau Kangit disepanjang jalan menuju rumah, untung saja setelah dia pergi dari bibir pantai, langit langsung menemukan taksi yang bisa mengantar dirinya pulang.

🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻

Langit memasuki kediaman Aksena yang begitu kacau menurut Langit, Dona yang menangis ditenangkan Nathan, Jevano yang terus menghubungi seseorang entah siapa, ada Jian dan Cakra yang duduk diam bingung ingin melakukan apa, ada Marvel dan Reynand yang menenangkan Jeffran yang begitu kalut.

"Assalamualaikum..." ucap Langit yang memasuki rumah dengan perasaan bersalah.

"Waalaikumsalam" jawab mereka serentak, Dona yang melihat l
Langit langsung memeluk putra kelimanya itu yang masih meraung menangis.

Langit membalas pelukan Dona tidak kalah erat, air matanya tanpa permisi mengucur deras tanpa suara, lagi lagi dia merasa menyusakan.

"Maaf ma... Maaf" ucap Langit yang terus menggumamkan maaf sejak pelukan yang dia rasakan dari Dona.

"Aa' kemana aja, mama khawatir sama Aa', kenapa ngak bilang dulu sama mas kalau Aa pergi dari sekolah" tanya Dona yang beruntun pada anak kelimanya itu.

"Tadi Aa pergi ke pantai buat menenangkan diri"

"Bisa ngak sih A' kalau pergi itu bilang sama kita, setidaknya sama mama, Aa ngerti khawatir ngak sih" bentak Reynand yang terpancing emosi.

Langit memejamkan matanya mendengar bentakan Reynand kakak keduanya. "Maaf bang" lirih Langit

"Selalu gitu A', Aa ngak pernah jera, sudah itu diulangi lagi dan lagi"

"Udah bang, cukup" teriak Dona marah menatap putra keduanya itu.

Dona mengelus rambut Langit dengan sayang, "sekarang Aa masuk kamar gih, mandi sudah itu makan ya"

"Iya ma, sekali lagi Aa minta maaf"

🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻

Reynand membanting pintu kamarnya dengan emosi, selalu saja Langit yang dibela, maupun dia salah selalu saja Dona dan Jeffran membela Langit.

Kadang kalah Reynand ingin Dona dan Jeffran berlaku adil sebagai orang tua, Reynand lelah selalu mengalah dari Langit, Reynand cape sejak kecil selalu mengalah demi Langit, mungkin bukan hanya Reynand, Marvel, Nathan, Jevan, Cakra dan Jian juga sama capenya seperti Reynand.

Reynand pernah berpikir apa mereka bukan anak kandung Dona dan Jeffran, karena jika dilihat dari kasih sayang, Dona dan Jeffran terlalu memanjakan Langit tanpa mereka diberi tahu alasannya.

Jika Reynand dan yang lain boleh keluar sendiri tapi tidak dengan Langit, jika tidak Dona yang menemani pasti Jeffran yang mengorbankan waktunya untuk menemani Langit.

Contohnya jika Langit ingin bersepeda, harus ada salah satu yang menemani Langit kalau tidak maka keinginan Langit bersepeda gagal.

Cklek

Jevano memasuki kamar, terlihat kakak kembar beda lima menitnya itu berdiri berdiri dipinggiran balkon menahan emosinya.

"Bang" panggil Jevan duduk dikursi yang ada dibalkon kamar mereka.

Reynand sama sekali tidak menoleh ke arah Jevan, dia tahu jika Jevan sangat menyayangi Langit sama seperti Dona dan juga Jeffran.

"Aku ngerti perasaan Abang, Abang pengen mama sama papa berperilaku sama 'kan sama Langit? Kalau dia salah harus bilang salah, tapi...."

"Tapi apa mas? Kalau Langit anak kesayang kalau kita bukan? Itu maksud mas?" Serobot Reynand menatap Jevano sengit.

Jevano menghela nafas pelan, sebenarnya susah menasehati jika Reynand masih dalam keadaan emosi yang memuncak.

Jevano tahu alasan kenapa Langit diperlakukan beda oleh kedua orangtuanya, Jevano memilih diam jika memang orangtuanya belum mau bicara pada saudara-saudaranya berarti Dona dan Jeffran masih ingin merahasiakan.

Sebetulnya Dona dan Jeffran pun tidak tahu jika Jevano tahu tentang Langit yang sebenarnya.

"Bukan itu maksud mas bang..."

"Lalu apa mas? Jawab mas!" Desak Reynand menuntut jawaban dari Jevan yang terdiam.

Reynand terkekeh miris, "ngak bisa jawab kan mas? Ternyata benarkan kalau kita bukan anak kesayangan mama sama papa?"

Langit yang tidak sengaja lewat kamar kakak kembarnya, terdiam berdiri diambang pintu kamar ketika mendengar perdebatan antara Jevan dan Reynand yang memperdebatkan dirinya.

Langit turun tangga dan duduk di meja makan dengan diam, Jeffran yang menatap Langit dengan diam, sedikit khawatir takut anaknya akan semakin menjadi anak yang pendiam dan semakin menutup diri.

"Aa' kenapa nak?" Tanya Jeffran khawatir.

Langit hanya menggeleng lesu ke arah Jeffran, Cakra dan Jian hanya diam menatap kakak kelimanya itu.

"Aa' butuh sesuatu?" Tawar Nathan yang duduk disebelah Langit, lagi dan lagi Langit hanya menjawab dengan gelengan.

"Dek panggil mas sama Abang, suruh mama makan katakan" titah Dona  pada anak bungsunya itu.

"ABANG, MAS AYO TURUN DISURUH MAMA MAKAN" teriak Jian yang mengeluarkan suara cemprengnya.

Langit meringis mendengar teriakan Jian yang sungguh memekakkan telinga, sampai Jevano dan Reynand duduk di meja makan, langit menatap sekilas Reynand yang menatapnya dengan sinis.

'maafin langit bang'

******
Hai gaes

Sebelumnya terima kasih yang udah mampir dicerita random aku, maaf kalau feelnya kurang dapat, soalnya aku penulis pemula.

Jangan lupa vote and coment

Oh ya nama aku Icha

Salam kenal gaes

AKSENA FAMILY (Nct Dream)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang