15. Marah

1.7K 183 7
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu, Langit masih sibuk menghubungi Jeffran untuk meminta izin untuk pergi ke taman khusus hari ini saja, entah kenapa Langit ingin sekali ke sana rasanya menyenangkan.

Tapi sejak tadi Jeffran sangat susah untuk dihubungi, Langit yang merasa sedikit sensitif moodnya benar hancur sejak berada di kantin istirahat pertama tadi.

Teguran semua saudaranya tidak ada satupun yang Langit pedulikan yang dia inginkan hanya bermain ditaman sore ini walaupun hanya sebentar.

Ketiga kakak kembarnya sudah frustasi membujuk Langit yang sedang merajuk, anak itu sejak tadi hanya diam saja, bahkan kedua adiknya pun tak dia pedulikan, yang ia inginkan sekarang dapat izin dari Jeffran.

Langit sudah mengusap air matanya yang jatuh tanpa diminta, Reynand yang melihat Langit menangis sudah menghembuskan nafasnya frustasi.

"Udah dong dek jangan nangis, 'kan bisa besok main ke tamannya" bujuk reynand, Langit menatap Reynand dengan mata merahnya, dia menundukkan kepalanya ketika dia ingat bentakan Reynand dikantin tadi.

Jevano dan Nathan membantu menghubungi Jeffran yang tidak kunjung menjawab telpon, entah kenapa ayahnya itu sampai tidak menjawab telpon mereka, apa sesibuk itu? Sampai tidak memegang ponsel.

"Pengen ke taman" lirih Langit sesegukan menatap ponselnya dengan nanar.

Nathan juga mencoba menghubungi asisten dan sekretaris Jeffran tapi jawabannya sama tidak ada yang mejawab.

"Pada ke mana sih?" Frustasi Nathan yang benar tidak tega dengan wajah murung adiknya.

Jevano sudah mengirim pesan dengan Jeffran tapi yang ada hanya ceklis satu itu tandanya Jeffran benar tidak mengaktifkan ponselnya.

Jian mencoba untuk meraih lengan Langit tapi dengan kasar Langit menepis tangan Jian, dia marah kenapa tidak ada satupun yang mengijinkan dirinya pergi ke taman, padahal cuma ke taman itupun ditemani dengan saudaranya, Langit hanya ingin pergi ke taman, bukan menyeburkan diri ke laut, kenapa keluarganya begitu over pikirnya.

Tin

Tin

Marvel membunyikan klakson mobilnya didepan halte tempat keenam adiknya menunggu, Langit langsung masuk mobil duduk dibangku samping kemudi, bahunya bergetar entah kenapa tangisnya tak mau berhenti ketika melihat kakak sulungnya itu, Marvel menoleh ke belakang tempat kelima adiknya yang duduk dibelakang.

"Kenapa?" Tanyanya pelan, kelima adiknya hanya diam saja tak ada yang ingin menjelaskan.

Marvel ingin meraih rambut Langit, dengan cepat Langit menjauhkan kepalanya yang ingin diraih Marvel, Marvel mengernyitkan keningnya bingung, kenapa adiknya ini?

"Adek Abang Kenapa hm?" Tanya Marvel kepada adiknya yang masih menangis tanpa isakan, hanya bahunya saja yang bergetar, jujur Marvel bingung kenapa dirinya kena, bukan dirinya disini tak bersalah?

Langit mengusap air matanya dengan kasar, ia terdiam dibangkunya, air matanya tidak lagi menetes tapi masih terdengar sesegukan, Marvel merasa khawatir jika adiknya banyak pikiran, dia takut mempengaruhi kondisi kesehatan adiknya.

"Adek mau ke taman bang, tapi kata mama izin dulu sama papa, dan masalahnya  papa sejak tadi susah banget dihubungi" jelas Nathan sedikit kesal bercampur khawatir, karena Jeffran itu selalu cepat jika dihubungi.

Marvel langsung menoleh ke arah Langit, setahu dia papanya itu jarang tidak mengaktifkan ponsel, sejak tadi memang Marvel memikirkan papanya, tapi dia takut nanti dibilang rindu lagi, 'kan Marvel jadi merinding.

"Tumben papa ngak bisa dihubungi, biasanya 'kan papa selalu pegang ponsel sekalipun papa langit meeting" jelas Marvel merasa sedikit janggal dengan Jeffran, Marvel yakin ada yang tidak beres dengan ayahnya.

AKSENA FAMILY (Nct Dream)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang