Nyatanya perang dingin antara Reynand dan Langit masih bertahan sama sekarang, sudah tiga hari mereka saling diam dan tidak bertegur sapa.
Tadinya Dona ingin mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri, tapi sepertinya jika didiamkan bisa saja perang dingin ini akan mampu bertahan lebih lama lagi.
Kini hari libur semua aktivitas keluarga Aksena hampir dilakukan di rumah.
Langit turun tangga lebih dulu, biasanya anak itu akan sangat susah jika bangun hari weekend, Dona mengernyit bingung ketika mendapati Langit yang sudah rapi seperti ingin lari pagi.
"Pagi ma" sapa langit duduk di meja makan menatap Dona yang sibuk dengan masakannya.
"Pagi sayang" balas Dona menatap Langit dengan tersenyum teduh.
"Aa' izin mau lari pagi ya ma" izin Langit yang was-was takut tidak di izinkan.
"Sendiri?"
Langit mengangguk patah-patah, dia ragu akan di izinkan, pasalnya dia tidak pernah keluar rumah sendirian, pasti ada saja yang menemaninya kalau tidak Jeffran yah salah satu saudaranya.
"Bentar mama bangunin papa dulu" tahan Dona yang berjalan menuju kamar untuk membangunkan Jeffran, Dona tidak akan membiarkan Langit pergi keluar sendirian.
Sampai 10 menit Langit melihat Dona dan Jeffran keluar kamar dengan Jeffran yang sudah rapi dengan pakaian olahraganya.
"Yuk A' " ajak Jeffran yang sudah lebih dulu keluar, Langit hanya bisa pasrah dengan ke overproktektifan Dona dan juga Jeffran.
Jeffran dan Langit menikmati lari paginya dengan semangat, Langit sungguh menikmati udara pagi yang menyapa kulitnya.
Sampai tiba-tiba langit menghentikan langkahnya, Langit memejamkan matanya ketika penglihatannya sedikit buram, entah kenapa tiba-tiba kepalanya begitu amat sakit.
"Kenapa a'?" Langit menjatuhkan tubuhnya duduk diaspal, Jeffran tentu saja panik.
"Tiba-tiba kepala Aa sakit pa" aduh Langit yang merasakan kepalanya yang sakit.
"Kita pulang aja ya A'?" Langit hanya menganggukkan kepalanya, Jeffran berjongkok didepan Langit, Langit yang paham langsung menaiki punggung kokoh Jeffran.
"Maafin Aa yah pa, lagi dan lagi Aa nyusahin papa"
"Ngomong apa sih A', wajarkan kalau Aa nyusahin papa, papa kan ayahnya Aa"
🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻
Langit minta diturunkan setelah mereka memasuki pekarangan rumah, sedangkan Jeffran sih nurut aja apa yang diinginkan Langit.
Langit memasuki rumah dengan menahan rasa sakit yang ada di kepalanya.
"Udah pulang A?" Tanya Dona heran, soalnya Langit begitu cepat pulang, biasanya jika lari pagi Langit bisa menghabiskan banyak waktu, seperti duduk dulu ditaman, dan pulangnya bisa sampai pukul 10 sedangkan ini baru pukul 7:00.
"Soalnya Aa pengen sarapan masakan mama" bohong Langit, Jeffran menaikan alisnya ketika mendengar ucapan anaknya yang berbohong, walaupun Jeffran paham jika anaknya berbohong tidak ingin Dona merasa khawatir.
Langit memakan sarapannya dengan menahan sakit kepala yang teramat sakit, mati-matian dia menahan ringisan karena Dona menemani dia makan sedangkan para saudaranya sudah sarapan pukul enam tadi.
Langit dengan tergesa menghabiskan sarapannya dan pamit ke kamar dengan alasan ingin mandi karena gerah.
Langit merebahkan tubuhnya dan meremas kepalanya karena sakit yang rasakan luar biasa sakitnya.
"Sa-kit hah.... Ma-ma sa-kit hah hah" racau Langit menahan sakit, keringat sudah mengucur memenuhi kening Langit, bibirnya bahkan sudah pucat Pasih seperti tidak memiliki aliran darah.
Langit memang sengaja mengkunci pintu agar tidak ada satupun yang masuk ke dalam kamar di saat Langit menahan sakit di kepalanya.
Diujung kesadarannya langit menatap pintu kamarnya "sa-kit ma"
🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻
Jevano memetik gitarnya di balkon kamar, ada Reynand yang main game dengan Nathan, ada dua bocil yang merecoki Reynand dan Nathan, dan ada Marvel yang duduk di samping Jevano sembari menyesap kopi hangatnya.
Jevano menerawang jauh, jika weekend mereka kumpul menikmati hari libur sedangkan adik keduanya itu sibuk mengurung diri di kamar, entah kenapa anak itu sangat betah didalam kamar.
"Bang Rey sama Aa' masih belum damai mas?" Tanya Marvel penasaran, karena memang Marvel baru pulang semalam karena beberapa hari ini dia menginap di apartemen dekat kampus.
"Masih bang, mas juga sudah bujuk bang Rey buat damai, tapi ego bang Rey masih dipuncak" jawab Jevano menghentikan petikkan gitarnya.
"Abang ngak nyalihin sih kalau bang Rey marah" ucap Marvel menyampaikan pendapatnya, sebagai anak sulung yang sudah dewasa Marvel mengerti kalau perlakuan orangtuanya pada Langit itu sangat berbeda.
"Menurutku bang Rey berlebihan bang" timpal Jevan tidak terima.
"Berlebihan seperti apa maksud mas? Bukannya Langit sering seenaknya karena mama sama papa terlalu memanjakannya?"
Jevano hanya diam mendengar keluh kesah Marvel yang membenarkan sikap Reynand.
"Sejak kita kecil mas, mama papa selalu menuruti kehendak Langit, sedangkan kita? Bukannya porsi kita sebagai anak harus sama rata mas?"
Nathan, Reynand, Jian, dan Cakra yang mendengar pembicaraan Jevano dan Marvel terdiam sembari menerawang jauh, benar apa yang diucapkan Marvel, bukannya porsi mereka sebagai seorang anak harus sama rata apapun alasannya.
"Mungkin bang Rey lagi di Fase cape, cape selalu mengalah, cape selalu mengerti, memangnya mas ngak cape mengalah?"
Lagi dan lagi Jevano terdiam, walaupun dia tahu alasan yang sebenarnya, tapi ada kalah dia juga merasa cape mengalah.
"Cape kan mas? Sama kita juga cape mengalah"
"Tapi bang, mama sama papa punya alasan kenapa Langit dispesialkan"
"Apa alasannya mas? Mas tahu apa alasannya, kalau mas tahu, bilang sama Abang, siapa tahu kita mencoba mengerti kenapa mama sama papa selalu menuruti kemauan Aa"
"Mas ngak bisa kasih tahu sama Abang dan yang lain"
🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻
Jam menunjukkan pukul 16:00 Langit mengerjapkan matanya pelan menyesuaikan cahaya yang masuk ke rentina matanya, Langit melotot melihat waktu yang sudah sore.
Langit membersihkan tubuh lemasnya, selama itu dia tidak sadarkan diri, untung saja Dona dan Jeffran tidak masuk ke dalam kamarnya, jika tidak mungkin dia sudah berakhir di rumah sakit.
Langit turun ke kamar dengan wajah cemberut, dia mendudukkan bokongnya di sofa samping Jeffran, semua keluarganya sedang berkumpul diruang keluarga.
"Mau makan A'?" Tanya Dona karena Langit sejak pulang joging dia tidak menampakkan dirinya.
Langit menoleh ke arah Dona, dan menggelengkan kepalanya pelan "nanti aja ma, sekalian makan malam"
"Dasar manja" sindir Reynand yang masih kesal dengan Langit, bagaimana tidak Langit sama sekali tidak berniat untuk meminta maaf ke padanya, sedangkan menurut Reynand Langit bersalah di sini.
"Ngak boleh gitu bang" tegur Dona
"Emang benar kalau langit manja, udah gede juga masih aja manja"
Langit yang mendengar ucapan pedas dari Reynand hanya menunduk, 'maafin aku bang'
****
Jangan lupa vote and coment ya makasih💚
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSENA FAMILY (Nct Dream)✓
FanfictionTentang lika-liku kehidupan keluarga Aksena. Dilarang keras plagiat! High rank 1~haechan (28-9-2024) 1~haechan (01-10-2024) Publish tanggal 22-09-2024 End tanggal 19-10-2024