Langit mengerjapkan matanya perlahan, yang ia lihat hanya kegelapan, Langit pikir mungkin ruangan ini lampunya belum dihidupkan, mengingat disini hanya ada Abang kembarnya, sedangkan yang lain tadi pamit pulang seingat anak itu.
Lama Langit terdiam tapi jika memang ruangan itu lampunya belum dihidupkan pasti ada sedikit cela cahaya lewat jendela, tapi apa yang Langit lihat ruangan itu gelap gulita.
Remaja itu mulai panik, dia menggosok matanya hingga memerah tapi tidak ada perubahan, ruangan itu masih gelap, Langit meraba secara acak siapa tahu dia menemukan sesuatu yang bisa digapai.
"Abang.... Abang kenapa gelap? Abang Langit takut" teriak anak itu ketika dia tidak bisa menemukan setitik cahaya, mata anak itu meliar ruangan, tapi dia tetap tidak menemukan cahaya.
"Tolong... Tolong Langit Abang, kenapa ruangan ini gelap" Reynand terusik ketika mendengar teriakan Langit yang menggema diruangan kedap suara itu.
"Adek" Reynand panik ketika melihat Langit yang sudah meraung menangis.
"Abang hidupkan lampunya, adek takut disini gelap" lirih Langit mencoba meraih lengan Reynand.
Reynand mengeryitkan keningnya bingung, "gelap? Ruangan ini ngak gelap adek"
"Abang kenapa adek ngak bisa lihat? Abang adek ngak mungkin Buta kan?" Langit menutup wajahnya yang sudah basah dengan air mata, anak itu mengamuk, dia membuang selimut, bantal yang ada di atas kasur, bahkan selang infus ditangannya sudah terlepas karena anak itu bergerak brutal.
Reynand langsung mememcet tombol darurat, dia peluk tubuh bergetar Langit, "Langit ngak buta Abang..." isaknya begitu menyayat hati Reynand.
Seran dan perawat masuk ke ruang rawat Langit, kamar itu sangat kacau, bantal dan selimut yang berserakan di lantai, darah yang bercecer di lantai berasal dari lengan kiri Langit.
Seran membantu Reynand menenangkan Langit, dia pasang diinfus ditangan Langit, anak itu tak lagi mengamuk seperti tadi, tapi sorot matanya kosong.
Reynand mencoba menghubungi kedua kembarnya yang entah kemana.
"Langit ngak mau buta dokter" lirih anak itu lagi, air matanya kembali turun bahkan makin deras, "Langit masih ingin lihat wajah papa, mama dan saudara Langit" setelah mengucapkan itu perlahan penglihatan Langit mulai kembali walaupun masih sangat buram, bahkan wajah Seran masih seperti bayangan.
"Boleh tinggalkan Langit sama Abang?" Tanya Langit menatap wajah Seran sendu, Seran mengangguk pelan, dia tahu penglihatan keponakannya sudah kembali terlihat dari sorot matanya.
Seran mengingatkan Reynand agar tidak meninggalkan Langit sendirian sebelum benar keluar ruangan itu.
Ketika mendapat kabar jika Langit mengamuk, Jevano dan Nathan berlari menuju ruang rawat Langit, anak kembar itu berhenti didepan ruangan Langit dengan nafas tersengal.
Cklek
Nathan dan Jevano mendekati blankar Langit, anak itu terdiam dengan pandangan kosong, Nathan mengkode pada Reynand yang sejak tadi setia menggenggam jemari sang adik, Reynand memandang wajah Langit sebentar lalu kembali menatap Nathan dan Jevano yang menatap mereka bingung.
"Langit sempat bilang kalau ruangannya gelap, padahal jelas-jelas ruangan ini terang, Abang sempat panik waktu Langit teriak kalau dia ngak bisa lihat"
Jevano melirik Langit yang meneteskan air matanya, dia usap air mata adiknya.
"Abang pikir Langit buta, ternyata kata om Seran, Langit bakal sering kehilangan penglihatan untuk beberapa saat karena efek operasi, kata om Seran Langit ngak boleh sendirian" jelas Reynand mengelus lengan Langit dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSENA FAMILY (Nct Dream)✓
FanfictionTentang lika-liku kehidupan keluarga Aksena. Dilarang keras plagiat! High rank 1~haechan (28-9-2024) 1~haechan (01-10-2024) Publish tanggal 22-09-2024 End tanggal 19-10-2024