119. Mengulang Lamaran

3.6K 488 16
                                    

Gavriel : Gue sama Gadis langsung ke lokasi. Tolong koper gue sama Gadis bawain ke bandara. Kita ketemu di sana aja. Ini ada ikan sama ayam bakar buat lo bertiga dari Mama. Nanti kalo sudah sampai resto, biar dikirim sama babang ojek online ke villa.

Elang yang baru saja membaca pesan dari Gavriel hanya bisa menghela napas panjang. Rasa-rasanya ia ingin menjadi Gavriel yang cukup mengeluarkan titahnya saja, maka apa yang ia inginkan akan terkabul.

"Bangke bener deh temen lo, Dit... enak di dia susah di kita."

"Dia kaya gitu karena enggak mau kecewain lo. Kalo dia balik dulu ke sini buat siap-siap dan ambil kopernya doang itu buang-buang waktu. Nanti sampai sana restorannya sudah tutup."

Wilson yang sejak tadi memilih diam saja akhirnya bersuara. "Mending restonya tutup daripada waktu Gavriel sama Gadis sampai sana, terus penampilan mereka bikin ngelus dada karena enggak sesuai sama pengunjung yang lain. Takutnya dapat perlakuan enggak enak nantinya minimal dari tatapan sesama pengunjung," ucap Wilson sambil mengingat penampilan Gadis tadi pagi sebelum meninggalkan Villa yang hanya mengenakan celana jeans panjang dengan kaos panjang yang menutupi sampai lehernya. Benar-benar jauh dari kata modis. Bahkan terhitung salah kostum karena sejak pagi hingga sore hari tadi sinar matahari di pulau dewata ini cukup terik.

"Tenang aja. Tampang teman lo itu dominan bulenya. Beda sama kita yang mau ditonton pakai sedotan dari puncak gunung pun aura pribuminya kuat sekali."

Aditya hanya tersenyum. Sambil kini mulai berdiri, ia menanggapi kata-kata Elang ini. "Lo berdua aja. Gue enggak ikut-ikutan. Tampang gue sudah diakui ada di atas rata-rata orang kebanyakan."

Elang langsung protes mendengar kesombongan Aditya ini. "Percuma punya tampang di atas rata-rata tapi nyatanya cewek yang lo suka aja tetap kabur dari lo."

"Lo mau ke mana, Dit?" Tanya Wilson kala Aditya mulai melangkahkan kakinya menjauhi ruang keluarga.

"Packing barang-barang Gavriel sama Gadis."

Jawaban Aditya ini sukses membuat Elang menggelengkan kepalanya. Entah penghargaan apa yang pantas Gadis dan Gavriel terima karena telah berhasil membuat seorang Aditya Birawa Aji mau menjadi babu mereka berdua. Karena seumur-umur Elang mengenal Aditya, laki-laki itu selalu saja menjadi orang yang dilayani bukan melayani orang-orang di sekitarnya.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Gavriel dan Gadis baru saja sampai di parkiran restoran yang sudah di booking oleh Elang. Demi apapun, Gadis merasa malu dengan penampilannya yang jauh dari kata pantas untuk mendatangi tempat seperti ini. Meski Gavriel sudah memintanya untuk turun namun Gadis menolaknya sejak tadi. Nyalinya ciut seketika kala melihat penampilan beberapa orang yang mulai berjalan memasuki pintu masuk restoran ini.

"Ayo kita turun, Dis," ucap Gavriel yang masih mencoba untuk membujuk Gadis.

"Gav, cari toko baju dulu lah, ya terus mandi dan dandan dikit-dikit."

Gavriel langsung tertawa mendengar perkataan Gadis ini. Sepertinya Gadis masih peduli dengan pandangan orang tentang mereka padahal Gavriel sama sekali tidak peduli. Setidak pantasnya Gadis memasuki restoran ini, ia masih lebih tidak pantas karena hanya menggunakan celana kolor harian rumah dengan kaos putih serta sandal jepit. Parfume yang ia kenakan pun sangat membumi dan benar-benar khas karena kini aroma baju yang Gavriel kenakan serta rambutnya sudah beraroma bau asap setelah membakar ayam serta ikan tadi. 

"Kita ke sini mau apa sebenarnya, Dis?"

"Makan sambil nonton ikan."

"Kalo itu tujuannya, kenapa juga mesti dandan? Enggak akan ada yang peduli kita mau pakai baju apa yang penting kita bayar."

From Bully to Love Me (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang