Elang menatap kostum serta atribut yang akan digunakan Gavriel besok pagi ini dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Setelah dua hari mencari, akhirnya ia menemukan persewaan costum ini di salah satu tempat persewaan yang ada di daerah Jakarta Utara. Tentu saja tanpa bantuan Aditya dan Wilson, ia tak akan menemukannya.
"Lo beneran laknat jadi manusia, Lang. Tega-teganya lo lakuin hal ini ke teman lo sendiri."
Elang yang sudah pernah merasakan punishment gila di hidupnya tidak terima dikatakan seperti itu oleh Wilson.
"Lo enak banget ngomong begitu karena lo yang paling beruntung belum pernah kalah dalam taruhan kita selama ini. Coba lo jadi gue, beneran bukan lagi cuma tukar nasib tapi kaya ngerasain neraka dunia yang sebenarnya."
Aditya memilih diam dan tidak menyalahkan Elang karena berpikiran seperti itu. Sosok Elang Mahaputra Adikara yang sejak lahir selalu hidup nyaman dalam kemewahan, harus merasakan menjadi gelandangan, tidur di kolom jembatan dan tentunya tidak dibekali uang sama sekali.
"Tapi ini Gavriel yang laki banget harus tiba-tiba berubah jadi wanita."
"Eh, sekali-kali dia harus ngerasain dikejar-kejar satpol PP, gue udah pernah. Bahkan dikeroyok preman juga pernah. Untung jelek-jelek gini gue juga belajar ilmu bela diri dari kecil, kalo enggak gimana? tinggal nama kayanya gue sekarang."
Aditya hanya tersenyum kala melihat wajah Elang yang terlihat tidak santai ini. "Tapi kalo lo enggak pernah cosplay jadi gelandangan, lo enggak akan pernah akan bertemu perempuan itu. Lo sudah pernah ketemu dia lagi enggak setelah kejadian dua tahun lalu?"
"Enggak, gue enggak pernah ketemu dia. Gue cuma ingat orang-orang panggil dia Memel."
"Jangan-jangan lo senasib sama Gavriel lagi, si Memel sudah nikah. Apesnya lagi sudah punya anak dan enggak tinggal di Jakarta atau Indonesia mungkin sekarang."
Elang memilih diam dan berlalu untuk menuju ke arah pintu keluar. Entah kenapa sampai saat ini dirinya benar-benar masih terus mencari sosok keberdaan perempuan yang pernah memberinya selimut serta makanan di malam hari kala ia menjadi seorang gembel. Awalnya Elang ingin mengaku pada perempuan itu jika ia hanya sedang menjalankan hukuman karena kalah dalam taruhan tapi perempuan itu sudah terlanjur pergi begitu saja. Yang Elang tahu perempuan itu senang bernyanyi meskipun suaranya sering membuat orang-orang mengelus dada karena saking fals-nya.
Di waktu yang sama, Gadis sedang menatap koper cabin size miliknya. Ia terus berpikir bagaimana cara untuk membuat dirinya bisa kabur dari rumah ini sebelum Mama dan Papanya mengajaknya berangkat ke Jogja malam hari ini. Ia tidak bisa mengulur waktu lagi karena kondisi kesehatan orangtua Pradita semakin memburuk. Dilema, itulah yang Gadis rasakan berhari-hari ini namun ia tidak bisa jika harus jujur kepada orangtuanya.
Ketukan di pintu kamar membuat Gadis segera menggeret kopernya untuk keluar. Pasti Mamanya sudah menunggunya di bawah. Begitu keluar dari kamar, sososk ART barunya yang bernama Wiji terlihat pucat. Hal ini membuat Gadis langsung menanyakan hal ini kepada Wiji.
"Mbak Wiji sakit? Kok mukanya pucat banget?"
"Iya, Mbak. Saya kalo lagi datang bulan hari pertama sampai kedua selalu sakit perut parah begini kadang sampai pingsan."
Ting...
Sebuah ide gila tiba-tiba muncul di kepala Gadis.
"Ya sudah, Mbak Wiji istirahat saja sampai sembuh dulu. Biar ssaya bawa kopernya sendiri turun."
"Beneran, Mbak?"
"Iya."
"Kalo begitu saya turun duluan, Mbak."
KAMU SEDANG MEMBACA
From Bully to Love Me (Tamat)
Chick-LitGadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami ketahuan berselingkuh. Alasan Pradipta yang mengatakan bahwa Gadis sangat monoton dan tidak pandai da...