128. Ternyata kamu sakit

3.2K 485 17
                                    

Aryanti dan Sudibyo hanya bisa duduk sambil menikmati kopi di pagi buta seperti ini. Mereka masih memikirkan nasib Gadis yang benar-benar menyedihkan. Saat masuk ke rumah sakit ini, Gadis didiagnosa hipotensi dan kelelahan akut lalu kemarin entah datang dari mana asalnya, Gadis justru terkena cacar air. Beuh, rasanya Aryanti benar-benar kesal kepada dirinya sendiri yang tidak becus menjadi seorang ibu. Bisa-bisanya ia tidak melihat semua gejala itu kala anaknya belum separah sekarang.

"Mama rasanya gagal jadi seorang ibu, Pa. Bagaimana Mama tidak menyadari jika Gadis sampai mengalami hal ini. Untung aja cacar airnya keluar waktu kita di rumah sakit, jadinya langsung tertangani dengan baik."

"Papa rasa kelelahan akut yang Gadis alami sungguh wajar, Ma mengingat sejak rumah tangganya porak poranda itu dia sering sekali bolak balik Bontang, Jakarta, Solo. Belum lagi dia sempat liburan ke Lembang dan Bali. Papa sengaja membiarkan Gadis ke sana ke sini sesuai apa yang dia inginkan karena Papa berpikir kalo semua ini jauh lebih baik daripada Gadis meratapi nasib kegagalan  rumahtangganya di rumah sambil mengurung diri dan ujungnya depresi. Kedatangan Gavriel di keluarga kita juga itu anugerah buat Gadis, tanpa mantan teman kantornya itu, siapa lagi yang bisa kita harapkan untuk menjaganya? Kalo kita yang ikutin dia ke mana-mana pasti ngereok anak Mama itu."

Aryanti menganggukkan kepalanya mendengar komentar Sudibyo ini. Apa yang Sudibyo katakan memang benar. Sayangnya, setiap kali mengingat sosok Gavriel, Aryanti merasa bersalah karena ia sudah berbohong mengenai kondisi Gadis. Keputusan Gadis untuk tidak menghidupkan handphonenya salah satunya karena ia malu jika Gavriel tahu di usianya yang sudah 33 tahun, Gadis baru terkena cacar air dan yang paling parah terkena cacar air adalah wajahnya.

Sebuah ketukan di pintu kamar membuat Aryanti menatap suaminya itu dengan tatapan sedikit bingung. Tentu saja jika itu dokter atau perawat, setelah mengetuk pintu mereka akan langsung masuk tetapi tidak kali ini.

"Papa dengar enggak ada yang ketuk pintu?" ucap Aryanti pelan di dekat telinga suaminya.

Sudibyo menganggukkan kepalanya.

"Siapa ya, Pa?"

Setelah Aryanti menanyakan hal itu, terdengar suara pintu diketuk lagi.

"Mama bukain deh."

"Enggak ah, Papa aja yang bukain. Mama takut."

Sudibyo menghela napas panjang dan akhirnya ia memilih mengalah pada istrinya. Lagipula orang gila mana yang mau bertamu pukul dua dini hari seperti ini. Kini saat Sudibyo membukakan pintu kamar perawatan Gadis ini, Sudibyo langsung membelalakkan matanya karena ia terkejut dengan sosok Gavriel yang berdiri di hadapannya kali ini bersama seorang laki-laki muda, tampan dan tidak kalah gagahnya ada di sampingnya.

Gavriel yang sadar jika Sudibyo cukup terkejut dengan kedatangannya hanya bisa tersenyum dan menyapanya dengan ramah.

"Selamat malam, Om."

Sudibyo mengedipkan kedua matanya dan kini ia mencoba terlihat biasa saja. Saat Gavriel menyalaminya, Sudibyo bahkan masih terus berpikir apakah ini benar Gavriel 'asli' yang datang ke tempat ini atau hanya mahluk jadi-jadian mengingat ini bukan jam kunjung dan masih pukul dua dini hari di mana rumah sakit masih sangat sepi. Untung saja Gadis di rawat di ruang VIP yang bebas dikunjungi kapanpun tanpa harus menunggu jam besuk belangsung. 

"Selamat malam. Kamu kok bisa ada di sini?" tanya Sudibyo ketika Gavriel dan Elang sudah selesai menyalaminya.

"Saya tanya orang rumah katanya Gadis lagi opname di sini."

"Iya, dia lagi tidur. Kalo kamu mau lihat boleh. Ayo, masuk," kata Sudibyo sambil membukakan pintu lebih lebar lagi.

Gavriel anggukan kepalanya. Kala ia memasuki kamar ini, sosok Aryanti sudah berdiri di sofa yang ada di dekat pintu. Sebagai bentuk sopan santun, Gavriel mengurungkan niatnya untuk mendekati ranjang Gadis dan memilih untuk mendekati Aryanti terlebih dahulu guna memberikan salam. Beberapa saat Gavriel bebrbasa basi dan mengenalkan Elang kepada Aryanti dan Sudibyo sebagai temannya sekaligus wali sah Leander di mata hukum. Tentu saja kedua orangtua Gadis langsung tersenyum lebar saat mengetahui siapa Elang. Apalagi Aryanti yang langsung meminta ijin untuk mengajak Leander liburan ke Solo saat anak itu menjalani libur sekolah sebentar lagi.

From Bully to Love Me (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang