156. Akhirnya Gavriel Tahu

3K 408 5
                                    

Sore ini Gadis duduk di balkon kamar hotel tempatnya menginap ini sambil menatap matahari yang mulai kembali pulang ke peraduannya. Siapa sangka suasananya akan seindah ini kala ia bisa menikmati waktunya sendiri setelah sejak kemarin Gavriel kembali datang menyapa hidupnya. Sebuah pesan tiba-tiba masuk ke handphone Gadis sore ini dan kala ia melihat nama Alena muncul di sana, segera saja Gadis membukanya terlebih Alena sudah tidak menghubunginya selama beberapa hari ini.

Alena : Harusnya gue tidur malam ini dengan nyenyak sambil mimpiin suami halu gue tapi ternyata enggak bisa karena mikirin lo sama Gavriel yang lagi di Hawaii berdua aja.

Gadis menghela napas panjang. Sepertinya Alena terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak tentangnya dan Gavriel. Toh nyatanya sampai saat ini dirinya dan Gavriel tidak melakukan sesuatu yang di luar batas orang berpacaran. Meskipun awalnya Gadis tidak melakukannya karena takut kissmark yang selalu ditorehkan Gavriel ditubuhnya saat mereka bercinta akan dilihat oleh orang lain, maka setelah acara resepsi pernikahan Damian dan Emma tadi yang Gadis takutkan sudah lain lagi. Setiap kali melihat Gavriel, Gadis menjadi galau dan bingung apakah ia harus mengungkapkannya atau tidak tentang penyakit yang di derita Damian saat ini. Rasa ingin bersenggama sudah hilang dari dalam diri Gadis karena kadarnya lebih rendah daripada rasa galaunya.

Gadis : Tidur, Len... gue sama Gavriel sama sakali enggak gulat di kasur. Dia lagi pergi sama sepupu-sepupunya sekarang.

Alena : Lo enggak ikut dia?

Gadis : Enggak. Lagian rebahan di balkon kamar sambil lihat sunset aja senikmat ini, kenapa mesti capek-capek beredar segala.

Tidak sampai lima menit kemudian, deringan telepon  masuk ke handphone Gadis yang ternyata berasal dari Alena. Segera saja Gadis mengangkatnya. Tanpa sapaan khas orang yang baru  menelepon atau bahkan orang yang lama tidak bersua, Alena langsung nyerocos kali ini. Gadis bahkan memilih menjauhkan handphonenya dari dekat telinganya agar telinganya tidak sakit mendengar ocehan Alena.

"Harusnya itu lo ikut sama dia. Ini kesempatan lo buat ketemu keluarga besarnya Gavriel dari pihak Ayahnya. Ingat, Dis... jarak tempat tinggal lo sama keluarga Ayahnya Gavriel itu bukan seperti trayek bus AKDP, tapi sudah rute internasional. Buat ketemu itu membutuhkan waktu perjalanan yang tidak sebentar karena jarak dan biayanya mahal."

Gadis memilih diam dan ia mendengarkan ocehan Alena ini dengan cara di-loudspeaker. Ia biarkan Alena menceramahinya hingga hampir lima menit lamanya. Kini setelah selesai menumpahkan semua petuahnya, Alena memanggil-manggil dirinya yang sejak tadi memilih diam. Andai Alena tahu jika dirinya sedang menikmati mengunyah permen karet saat ini, bisa-bisa Alena sudah mencincangnya hingga menjadi daging giling.

"Lo kenapa sih diam aja dari tadi, Dis?"

"Nungguin lo selesai dulu."

"Sialan..."

Umpatan Alena ini membuat Gadis tertawa lepas. Baru saat tawa Gadis reda, Alena segera meneruskan apa yang ingin ia sampaikan lagi.

"Dis, jujur sama gue. Sebenarnya lo sama Gavriel ada masalah apa?"

"Gue sama dia baik-baik aja."

"Lo kira gue percaya? Enggak, gue enggak percaya. Logikanya nih lo yang sudah pernah icipin menu utama di restoran dan tiba-tiba sekarang setiap ketemu pasangan lo, lo cuma dapat menu pembukanya aja terus puas gitu? Sungguh sangat naif kalo ada orang yang percaya."

"Kenyataannya begitu sekarang."

"Iya kenyataannya begitu karena ada sebabnya. Enggak mungkin enggak, Dis. Apalagi laki lo itu Gavriel Erlando yang sudah gue kenal bertahun-tahun berikut sepak terjangnya baik di kantor maupun di luar kantor."

From Bully to Love Me (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang