Tiba-tiba, cucu Suprapto yang masih bayi mulai menangis, suaranya memenuhi ruangan dengan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh bayi kecil itu. Suprapto tampak bingung dan khawatir, mencoba menenangkan cucunya dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan lembut. Dia meraih dot susu yang dibawanya, berharap itu bisa menenangkan Rizky.
Namun, meskipun Suprapto mencoba memberikan dot susu itu, Rizky kecil tetap menangis, bahkan semakin kencang. Aku melihat betapa cemasnya Suprapto, dan hatiku tergerak untuk membantu.
"Dotnya tidak bisa menenangkan dia ya, To?" tanyaku dengan perhatian.
Suprapto mengangguk, terlihat putus asa. "Iya, aku tidak tahu kenapa dia tidak mau diam. Mungkin dia lapar atau merasa tidak nyaman."
Aku berpikir sejenak, mencoba mencari cara untuk membantu. "Apa susu di dalam dot itu ASI atau susu formula?" tanyaku, mencoba mencari tahu lebih banyak.
"Ini ASI, tapi sepertinya dia tidak suka dengan dot ini," jawab Suprapto dengan nada frustasi.
Melihat situasi yang tidak kunjung membaik, aku mencoba mencari solusi lain. Aku memutuskan untuk menawarkan bantuan lebih langsung. "Coba sini, To," kataku dengan lembut, mendekatkan diri pada Rizky yang sedang menangis itu.
Suprapto menatapku dengan sedikit kebingungan, tetapi akhirnya menyerahkan Rizky padaku. Aku mencoba menenangkan Rizky dengan lembut, mengayun-ayunkannya sedikit. Namun, tangisannya tetap keras dan tidak mereda. Aku merasa perlu mencoba sesuatu yang lebih dari sekadar mengayunkan Rizky.
Aku melihat dot susu yang dibawa Suprapto, tapi Rizky tetap tidak mau menyusu. Akhirnya, ide yang sedikit tak terduga muncul di benakku. Aku tahu bahwa bayi seringkali lebih nyaman dengan sentuhan langsung dan kehangatan. Aku merasa mungkin mencoba memberikan rasa dekat yang lebih nyata bisa membantu.
"Kamu mau ngapain, Rum?" tanya Suprapto dengan nada bingung.
Aku menarik napas dalam-dalam dan menjawab, "Aku mau coba sesuatu, To."
Suprapto mengerutkan kening, terlihat ragu tapi juga penuh rasa ingin tahu. "Apa yang kamu maksud?"
Aku sedikit ragu sejenak, tetapi kemudian menguatkan diri. "Mungkin dia lebih suka nyusu dari sumbernya langsung," kataku sambil membuka sedikit kaosku dan menyingkap braku ke atas, memperlihatkan payudaraku yang besar dan puting yang menantang.
Suprapto terkejut dan sedikit canggung melihat apa yang aku lakukan, tetapi dia tidak berkata apa-apa, hanya mengangguk pelan. Aku merasakan kehangatan di pipiku, tetapi tetap melanjutkan karena aku ingin membantu menenangkan Rizky yang menangis itu.
Dengan hati-hati, aku mendekatkan Rizky ke payudaraku. Saat putingku menyentuh bibir kecil Rizky, dia merespons dengan cepat dan mulai menghisap dengan lembut. Tangisannya segera mereda, dan matanya yang kecil perlahan menutup, menandakan bahwa dia merasa nyaman dan tenang.
Tiba-tiba, aku merasakan seperti ada sesuatu yang akan keluar dari putingku. Aku terkejut ketika melihat cairan putih mulai mengalir dari payudaraku. ASI. Aku tidak pernah membayangkan bahwa ini bisa terjadi padaku, mengingat perubahan drastis yang telah aku alami. Perasaan campur aduk antara keheranan, kebingungan, dan keajaiban menyelimuti diriku. Padahal sebelum-sebelumnya saat Mas Aryo menghisap putingku, tidak pernah keluar apa-apa.
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Anakku
General FictionSeorang prajurit TNI yang telah pensiun sangat mendambakan kehadiran cucu. Namun, anaknya yang telah lama berdinas sebagai anggota TNI juga masih belum menemukan pasangan hidup karena kesibukannya. Mendengar tentang sebuah sumur tua di desa yang kon...