Aku menyandarkan kepalaku di dadanya, merasakan kehangatan dan detak jantungnya yang menenangkan. Air mataku terus mengalir, tetapi sekarang bukan lagi karena kekhawatiran, melainkan karena rasa lega dan kebahagiaan yang meluap. "Arum sangat khawatir, Mas. Arum takut terjadi sesuatu yang buruk pada Mas," kataku pelan, suaraku bergetar.
Mas Aryo mengusap punggungku dengan lembut, memberikan kenyamanan yang begitu aku butuhkan. "Mas selalu berusaha sebaik mungkin untuk segera kembali ke rumah dan bertemu denganmu, Dek. Kamu adalah kekuatan Mas, dan Mas akan selalu berusaha untuk melindungi kamu," katanya dengan penuh ketulusan.
Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Arum tahu, Mas. Arum hanya sangat merindukan Mas dan khawatir ketika tidak ada kabar."
Mas Aryo mengangguk, menatapku dengan penuh pengertian. "Mas mengerti, Dek. Terima kasih sudah menunggu dengan sabar dan tetap kuat. Sekarang Mas sudah pulang, dan kita bisa menikmati waktu bersama."
Aku mengangguk, mengusap sisa air mata di pipiku. "Iya, Mas. Arum senang Mas sudah pulang. Ayo, masuk."
Kami berdua masuk ke dalam rumah, meninggalkan suasana malam yang sepi di luar. Baru saja aku menutup pintu, Mas Aryo langsung menciumku. Ciumannya penuh gairah dan kerinduan, seolah-olah dia ingin menumpahkan semua rasa yang telah terpendam selama ini. Aku merespons dengan antusias, membalas ciumannya dengan penuh semangat.
Tangannya yang kuat merengkuh pinggangku, menarikku lebih dekat ke tubuhnya. Aku bisa merasakan detak jantungnya yang cepat, tanda betapa dia merindukanku. Kami berdua larut dalam momen itu, seakan dunia di luar tidak lagi ada.
Ciuman kami semakin dalam dan intens. Mas Aryo mulai mengusap punggungku dengan lembut, membuatku merasakan kehangatan dan cinta yang begitu kuat. Aku membiarkan diriku tenggelam dalam perasaan ini, membiarkan setiap sentuhan dan ciuman membawa kami lebih dekat satu sama lain.
Aku menarik diri sejenak untuk menghirup udara, namun Mas Aryo tidak membiarkan jeda itu berlangsung lama. Dia kembali menciumku, kali ini lebih lembut namun tetap penuh gairah. Tangan kanannya naik ke rambutku, membelai dengan penuh kasih sayang, sementara tangan kirinya tetap erat di pinggangku.
"Mas sangat merindukanmu, Dek," bisiknya di telingaku ketika kami berhenti sejenak untuk bernapas. Suaranya penuh dengan kehangatan dan kerinduan yang membuat hatiku bergetar.
"Arum juga sangat merindukanmu, Mas," jawabku dengan suara lembut, mataku berkaca-kaca karena perasaan yang membuncah di dalam dada. "Setiap hari rasanya begitu lama tanpa kehadiranmu."
Mas Aryo mengusap pipiku dengan lembut, menatapku dengan mata yang penuh cinta. "Sekarang Mas sudah pulang. Kita bisa menikmati waktu bersama."
Dengan gairah yang semakin membuncah, Mas Aryo menggendongku menuju kamarku. Tubuhnya yang kuat membuatku merasa aman di pelukannya. Aku melingkarkan lenganku di lehernya, menatap matanya yang penuh cinta dan kerinduan. Setiap langkahnya menuju kamar kami terasa seperti alunan musik yang menghanyutkan, membawa kami ke dunia yang hanya milik kami berdua.
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Anakku
Aktuelle LiteraturSeorang prajurit TNI yang telah pensiun sangat mendambakan kehadiran cucu. Namun, anaknya yang telah lama berdinas sebagai anggota TNI juga masih belum menemukan pasangan hidup karena kesibukannya. Mendengar tentang sebuah sumur tua di desa yang kon...