Saat pintu lift terbuka, kami melangkah keluar dan menuju kamar yang telah diatur oleh hotel. Sesampainya di depan pintu kamar, Mas Aryo membuka pintu dengan perlahan, memberikan kesempatan padaku untuk masuk lebih dulu. Ketika aku melangkah masuk, pemandangan kamar yang indah dan romantis menyambut kami. Kamar itu dihias dengan bunga-bunga segar dan lilin-lilin yang memberikan cahaya lembut, menciptakan suasana yang sangat intim dan hangat. Di atas tempat tidur, terdapat kelopak mawar yang tersebar rapi, membentuk lambang hati.
Aku tersenyum melihat keindahan itu, merasa sangat bahagia dan tersentuh oleh perhatian yang diberikan oleh pihak hotel. "Mas, lihat ini... begitu indah," kataku dengan mata berbinar.
Mas Aryo tersenyum, mendekatiku dan merangkul pinggangku dengan lembut. "Ya, ini memang indah, tapi tidak seindah kamu," bisiknya di telingaku, membuatku tersipu.
Kami duduk di tepi tempat tidur, menikmati momen tenang bersama. Mas Aryo menarikku ke dalam pelukannya, menciumku dengan lembut. Kami berdua larut dalam ciuman yang penuh dengan cinta dan kehangatan, seolah-olah semua rasa lelah dan kekhawatiran hilang begitu saja.
Kami melepaskan ciuman dan Mas Aryo mulai membelai wajahku dengan lembut, mengusap pipiku dengan ibu jarinya. "Dek, malam ini adalah awal dari perjalanan baru kita sebagai suami istri. Mas berjanji akan selalu membahagiakanmu," katanya dengan tulus.
Aku merasakan hatiku bergetar mendengar kata-katanya. "Mas, Arum juga berjanji akan selalu mencintaimu dan mendampingimu dalam setiap langkah hidup kita," balasku dengan suara penuh emosi.
Dengan penuh cinta, Mas Aryo membimbingku untuk berdiri dan mulai membuka pakaian kami dengan penuh kehati-hatian dan kelembutan. Setiap sentuhan dan ciuman yang dia berikan membuatku merasa begitu dicintai dan diinginkan. Suasana di kamar itu terasa begitu magis, seolah-olah hanya ada kami berdua di dunia ini.
Dia pertama kali melepaskan kebayaku, jemarinya yang hangat dan lembut bekerja dengan teliti pada kancing-kancing kecil di punggungku. Setiap kancing yang terbuka membuatku merasakan sentuhan hangat di kulitku, membuat hatiku berdebar semakin cepat. Ketika gaun itu akhirnya terlepas dari tubuhku, Mas Aryo menatapku dengan mata penuh kekaguman dan cinta, membuatku merasa begitu istimewa dan berharga.
"Mas tidak pernah melihat sesuatu yang seindah ini, Dek," bisiknya dengan suara serak, sambil mengusap bahuku dengan lembut.
Aku tersenyum, merasa pipiku memerah karena pujiannya. "Mas juga tampan sekali," jawabku dengan suara bergetar penuh emosi. Aku mulai membuka kancing-kancing bajunya, merasakan detak jantungnya yang cepat di bawah jari-jariku. Setiap lapisan pakaian yang terlepas dari tubuhnya menambah intensitas momen ini, membuat kami semakin dekat dan saling memahami dalam keintiman yang tak terucapkan.
Setelah kami berdua berdiri dengan tubuh telanjang, Mas Aryo membimbingku ke tempat tidur dengan penuh kelembutan. Dia menatapku sejenak, seolah ingin memastikan bahwa aku benar-benar merasa nyaman dan aman di sampingnya. "Dek, Mas ingin kamu tahu betapa berartinya dirimu bagi Mas. Mas sangat mencintaimu, Dek," katanya dengan tulus.
Aku merasakan air mata kebahagiaan mengalir di pipiku. "Arum juga, Mas. Arum sangat mencintai Mas," bisikku.
Mas Aryo membaringkan tubuhku di atas tempat tidur dengan penuh kelembutan, seolah-olah aku adalah sesuatu yang sangat berharga dan rapuh. Sentuhan tangannya begitu hangat dan menenangkan, membuatku merasa aman dan nyaman dalam pelukannya. Mas Aryo mendekatkan wajahnya ke leherku, memberikan ciuman lembut yang membuat tubuhku merinding dengan kenikmatan yang begitu mendalam. Setiap ciuman yang ia berikan menimbulkan sensasi hangat yang menjalar ke seluruh tubuhku.
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Anakku
General FictionSeorang prajurit TNI yang telah pensiun sangat mendambakan kehadiran cucu. Namun, anaknya yang telah lama berdinas sebagai anggota TNI juga masih belum menemukan pasangan hidup karena kesibukannya. Mendengar tentang sebuah sumur tua di desa yang kon...