10: Elegi

44 9 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Happy Reading

Jangan lupa vote komen

.

.

Direktur diam di posisinya. Wajahnya menegang seperti batu karang di tengah badai. Seperti api yang tersulut namun menahan diri agar tidak meledak, matanya memancarkan kilatan marah yang tersembunyi di balik kelopak mata yang setengah terpejam.

"Berani sekali kamu, Altheo"

"Kenapa saya harus takut?" balas Altheo. Bukan tanpa alasan dia melakukan ini. Pertama, karena dia tidak tahan melihat Abiasa seperti itu. Kedua, begitu mendengar nama Althea disebut, dia semakin tidak tahan-

"Anda bukan tuhan," tambah Altheo.

-dan terakhir, Altheo tahu direktur tidak akan bisa menyentuhnya.

"Congkak sekali, sepertinya kamu perlu pergi ke ruang bawah pendisiplinan sekarang juga"

Guru-guru berdiri dengan wajah serius, tangan mereka melambai-lambai seperti komando, mengusir para siswa agar bubar. Gerakan mereka tegas, seolah-olah menggiring awan cerah menjauh dari hari kelam.

"Bubar! Atau kalian akan merasakan sendiri akibatnya!"

Suasana perlahan memudar menjadi gemerisik langkah kaki yang berat hati. Anak-anak mulai tercerai-berai, seperti daun-daun yang berhamburan ditiup angin. Beberapa menoleh ke belakang, yang lain membahas betapa nekat dan tidak tahu rasa takut yang ditunjukkan oleh murid pertukaran pelajar itu. Sisanya berharap semoga anak itu tetap hidup.

Abiasa ditarik oleh Marlo, jemari Altheo mengisyaratkan untuk duluan. Netra sang pendatang ini juga bertemu dengan milik si putri senja yang tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran itu.

"Kembalilah duluan,"

Begitu kerumunan mereda, Altheo tetal di tempatnya, matanya melirik ke segala arah, dan bertemu dengan Javi Algora. Laki-laki itu menatapnya terkejut, seolah tidak menyangka dirinya akan melakukan itu. Sebagai respon, Altheo menyunggingkan senyum. Senyuman yang sama sekali tidak bersahabat, namun tidak pula terasa memberatkan suasana.

Tanpa kata, tangan milik ayahnya sendiri meraih bahunya, menariknya keluar dari sisa-sisa keramaian yang masih bergerak lambat.

.

10: Elegi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh siswa TBC atau yang lambat laun berubah menjadi Siswa Sirius Class.

"Baik, jadi kita harus mulai dari mana?" tanya Althea.

Hal itu bukan aturan, tapi mereka perlu menaatinya.

Uprising StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang