Kamis kali ini bukan lah Kamis seperti biasanya.
"Rid, muka mu kayak orang yang lagi gelisah," tutur Aditya sembari memberikan Estrid minuman soda yang gadis itu pesan di cafetaria SHS yang kini ramai.
Estrid mengulum bibirnya sejenak sebelum menjawab, "Harusnya Anara datang, aku sudah mengatakannya Minggu lalu," ucap Estrid dengan kening berkerut dan bibir mengerut, berusaha membuka tutup minuman soda. Tangan kecilnya gemetar, mencerminkan kegelisahan yang tersirat di netranya yang cerah.
"Apa ada sesuatu yang harus kalian lakukan?" tanya Aditya berhati-hati. Ia memperhatikan Estrid yang nampak kesulitan membuka minuman soda miliknya. "Sini ku bantuin,"
Tatapan Aditya tak pernah lepas dari Estrid, seolah-olah ia adalah pusat alam semesta. Ada perasaan yang mendidih di dalam dadanya, namun dirinya selalu menyembunyikan itu di balik senyum tenangnya. Melihat gadis ini kesulitan, ia merasa dorongan lembut secara alamiah untuk membantunya. Saat jemari mereka bersentuhan, Aditya merasa seolah ada percikan halus yang seolah menyala di udara.
Estrid mengangkat pandangan, netra mereka bertemu, dan senyum tipis namun terukir di wajahnya. "Thanks,"
Aditya mengangguk sembari membuka tutup botol dengan mudah, mengembalikan minuman ke tangan Estrid dengan kehati-hatian yang penuh kasih. Nyatanya, dia merasakan gejolak yang tak tertahankan, namun ia tetap tenang di luar.
"Mungkin kau bisa mengunjunginya setelah ini,"
Aditya yang paling tahu bahwa perasaannya harus disimpan rapat-rapat, seperti rahasia manis yang hanya diketahui oleh dirinya.
"Siapa? Anara?" tanya Estrid.
Aditya mengangguk, "Aku dapat bocoran kalau guru-guru sebentar lagi rapat, dan murid-murid diizinkan untuk kembali ke asrama,"
Netra cerah milik Estrid kini berbinar, "Beneran nih kan?!" serunya dengan semangat. Pelajaran terakhir adalah sejarah, bidang yang membuat Estrid merasa bosan karena harus membaca dan mencatat sangat banyak.
Meski Aditya tahu Estrid menyukai orang lain, dan meski Estrid mungkin hanya datang padanya saat butuh-
Aditya tersenyum, "Tentu saja," Ada sensasi yang nyaman ketika melihat sisi Estrid yang seperti ini.
-Aditya tetap siap menerimanya.
"Kamu ragu, Rid?" tanya Aditya memperhatikan gurat ekspresi yang tercetak nyata di wajah gadis itu.
"Dit, mau ikut nggak?" tawar Estrid. "Aku juga berencana mengajak Theo sih, katanya ada something yang perlu diketahui tentang direktur dan aku sudah terlanjur bilang kalau nanti kita ke rumah Anara kapan-kapan,"
Senyum Aditya tetap tidak luntur. "Kenapa tidak kalian berdua? Kesempatan lho, Rid. Jarang-jarang kau menghabiskan waktu bersama Theo kan?"
"Kalau cuma berdua aku grogi, Dit," sanggah Estrid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uprising Start
Teen FictionPREQUEL NEMESIS YANG BERFOKUS PADA TAHUN 2013, ARE YOU READY? UNTUK READER BARU, BACA NEMESIS DULU YAK Anara sang putri senja. Itulah julukan yang diberikan kepada dirinya akibat helaian rambut berwarna senja turunan gen dari kakeknya. Semua orang m...