31: Reruntuhan yang berujar, pada daun yang terlupa angin

42 8 22
                                    

Javi sebenarnya masih bingung mengapa Anara menjadikannya kartu AS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Javi sebenarnya masih bingung mengapa Anara menjadikannya kartu AS. Padahal kalau dipikir-pikir, satu-satunya hal yang bagus darinya hanya melacak orang. Namun, Javi tidak peduli. Pada akhirnya tidak akan ada yang mengerti tentang gadis tidak berperikemanusiaan itu.

Ketika ia sampai ke tempat program ini dilaksanakan, Javi ingin muntah rasanya. Bagaimana tidak? Tempat ini penuh dengan bekas darah di lantai. Namun, bukannya malah menjauh, Javi mencari sumbernya dan yang ia temui hanyalah mayat beberapa ajak yang dikumpul dan membusuk.

Melihat hal itu, Javi hanya memikirkan Thea. Di mana dia sekarang?

"Biasanya kan yang begini ada petugas nya... ini kok gak ada? Apa Adaland sebego itu?" gumam Javi. Ia menelusuri tapak demi tapak. Hingga berhenti di depan pintu otomatis membuat Javi heran, berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk pintu ini?

Javi tidak berekspektasi apapun saat pintu itu terbuka untuknya, sebab ia pikir ruangan ini hanya akan sama. Namun, tubuhnya langsung berlari masuk ketika pintu itu terbuka. Tangannya yang menenteng berbagai foto-foto buram, dan berkas-berkas laporan yang mengering di atas meja. Di tengah lautan ketidakpastian, akhirnya dia menemukan petunjuk yang selama ini tersembunyi, tersebar seperti potongan teka-teki yang tak pernah ia duga akan bisa disatukan. Tapi kini, semuanya jelas-

"THEA!" seru nya dengan senyuman yang merekah.

-Althea dan anak-anak lain yang hilang ada di sini. Mereka baik-baik saja.

Althea menoleh ke arah Javi. Ekspresi gadis itu terlihat lega. Sementara pemuda Spanyol itu tanpa pikir panjang menarik Althea ke dalam dekapannya. Saat itu Javi seolah merasa gravitasi berubah. Semua emosi positif bercampur di sana. Tak bisa ia bayangkan betapa lama mereka hilang dalam kegelapan, terlupakan oleh waktu, sementara orang-orang di sekitarnya terus bergerak maju, dipimpin oleh Altheo yang tak pernah takut. Namun, sekarang, mungkin cahaya harapan mulai menyala. Dia menemukan jalannya.

Theo pasti senang saat tahu ini.

Javi tidak sabar ingin kembali, ia ingin melihat ekspresi teman-temannya apalagi Altheo--seorang yang selama ini mengarahkan mereka dengan kebijaksanaan tenang, tapi penuh urgensi. Pemimpin mereka memahami bahwa ini bukan sekadar misi, ini adalah tanggung jawab moral. Mereka bukan hanya mencari anak-anak yang hilang, mereka mencari potongan kemanusiaan yang terlepas, dan di setiap anak yang kembali, ada serpihan dunia yang utuh kembali.

Bagaimana wajah Altheo nanti saat mendengar kabar ini? Apakah ada kilauan lega, atau mungkin air mata tertahan? Menangis bahagia?

Rasanya Javi ingin menelepon teman-temannya lalu berteriak, "Kita berhasil!"

"Em, Javi, jangan langsung main peluk dong, kalau Al tahu dia bakalan ngamuk.." ujar Althea terkekeh membuat Javi berhenti. Benar juga, Altheo paling tidak suka jika ada laki-laki sembarangan yang menyentuh adiknya kan?

Uprising StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang