Bell pulang sekolah akhirnya terdengar di kuping El, El dengan cepat mengambil tas nya, dan berlari, Jujur saja. Hari ini adalah hari dimana Reza piket, ia sangat malas jika disuruh menggantikan Reza yang pergi entah kemana.
El berlari ke arah parkiran motor, banyak siswa dan siswi yang menunggu jemputan, di area parkiran.
"Lah iya, kunci nya mana" El mengingat-ingat, terkahir dia meletakkan kunci motor nya adalah di.... Bingo! sekarang dia ingat, dia meletakkan kunci motornya di kolong meja nya! El menepuk keningnya, dan langsung pergi dari area parkiran.
Di tengah lapangan tiba-tiba saja el terhenti.. El segera merogoh-rogoh kantong nya, nihil! tidak ada kunci sama sekali, ia langsung membuka tas nya, mencari-cari barang yang dia butuhkan sekarang, dan, ya, ketemu!
Bayangkan, ia berlari Dengan tergesa-gesa ke arah parkiran, namun ada barang yang ia tinggal, yang mengharuskan ia balik ke kelas nya, setelah berjalan sekitar 5 menit, dia baru tersadar bahwa kunci motornya, ia letakan di dalan tas nya.
'sabar sabar.' El mengelus pelan dadanya dan menghela nafas kasar.
"Yaudah balik lagi lah" El berbalik, dan melanjutkan jalan nya, tujuannya cuman satu! ke perkiraan.
Srekk
El merasakan bahwa dirinya terangkat, dan benar saja kakinya tidak menyentuh tanah, dengan hati-hati ia menengok ke belakang.
Deg.
Itu Reza!
"Ngapain? kabur" Ucap reza dengan menatap remeh ke arah El, El hanya meneguk ludah nya dengan kasar, dan sialan batin el.
"E-engga ko, anu aku mau-HPMM!" Baru saja El mau melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba saja mulutnya di bekap oleh Reza.
"Bacot, cepet gantiin gw piket!," Reza dengan sengaja melempar El yang seringan bantal ke tengah lapangan, El bingung, harus malu atau sakit, karna banyak murid yang belum pulang, tentu saja banyak yang menontonnya.
"EH LIAT ADA YANG TERBANG"
"BJIR TERBANG COK"
"pelan pelan pak supir"
"BWHAHAHAHA"
"Weh anjir jangan di ketawain, sakit banget itu pasti"
"Ssg" (suka suka gw)
BRAK
DUGH
BUGHYang melihat hanya bisa meringis, sebagian tertawa, dan sebagian meringis, bagaimana tidak mengiris? lantai lapangan sedang licin, jadi jika ada yang terpleset dan jatuh, itu pasti menyakitkan!
Reza yang melihat hanya tertawa, hey? siapa yang tidak tertawa melihat adegan seperti ini.
'Oke dil, gw pindah sekolah' gumam El dalam hati, laki-laki yang kini tengah berusaha untuk bangkit menatap tajam Reza, Reza yang menyadari nya menatap El tak kalah tajam, membuat empu nya meringis.
"Ngapain lo natap gw? bangun bodoh!" Reza menjulurkan tangannya untuk membantu El, El langsung menerimanya, bukan nya membantu untuk bangin, Reza malah melepaskan genggaman tangan El, yang membuat El terjatuh lagi.
"Lebay, udahlah lo ga usah gantiin gw piket, kasian gw sama lo, bawain tas gw cepet" Reza melempar tas nya ke arah El, El yang belum siap tiba-tiba saja di lempar tas, dalam hati, El Langsu mengutuk Reza.
Di parkiran
El mengikuti jejak Reza, Hingga tiba di area parkiran, El langsung menyerahkan tas Reza kepada Reza, sebelum pergi, El meminta izin dulu kepada Reza, tentu saja Reza mengizinkan nya.
"Ya, hati-hati, besok bawain gw roti dua sama susu kotak, pake uang lo, gw gada uang" Ucap Reza kemudian menyalakan mesin motornya, dan pergi begitu saja.
"Huh.. Abis lagi uang El" El mengusap tengkuknya yang tak gatal, lalu pergi ke arah motornya.
"Lah kunci nya mana..." El diam beberapa menit, lalu tertawa kecil mengingat kuncinya ada di tangan kirinya.
◉‿◉
Motor El memasuki kawasan mansion nya, El mulai turun dari motornya, laki-laki itu melangkah kah ke arah pintu mansion, melihat pintu mansion yang terbuka lebar membuatnya mengerutkan dahi heran.
El mulai masuk ke dalam mansion nya, ia heran, mengapa banyak orang? apakah itu semua teman dari kakanya, pikir El.
El hanya acuh dan tak peduli dengan mereka, namun. Ada satu orang yang mengalihkan perhatian El.
El melihat ke arah orang itu, kaya kenal batin el.
El melihat dengan seksama, dan.. bingo! dia adalah orang yang El lihat ketika di lampu merah pada saat itu!
Orang yang El tatap ternyata menatap El dengan tajam, orang itu sebelumnya sudah melihat el ketika memergoki dia dan teman-temannya, ketika sedang memukuli seseorang, namun ketika ingin di beri peringatan agar tidak membocorkan aksi mereka, El tentu nya sudah pergi lebih dulu.
Alva-anak ke-4 dari keluarga Ganendra melihat El dan temannya seperti sudah saling kenal menyenggol lengan temannya itu.
"khemm, kalian saling kenal" tegur alva.
"it-" ucap temannya tetapi langsung di potong oleh El.
"ga" potong el, sambil melirik teman 'kakak' nya itu.
"El! itu tidak sopan memotong ucapan seseorang!" tegas alva, alva menatap El tajam seperti tidak di ajarkan sopan santun batin alva.
"maaf" cicit El, kemudian El segera pergi meninggalkan mereka yang melihat El dengan berbagai tatapan.
"Kenapa va?" salah satu teman Alva bangkit dari duduk nya, mereka yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Alva dan 'adek' nya itu.
"Gapapa, kalian lanjut aja, gw mau ke dapur" Setelah mengucapkan itu, Alva segera pergi dan menuju dapur.
"Dia anak yang gw ceritain pas di sekolah" sarkas Gion mahendra
"Itu?" lanjut arkansya gioldra
"Jangan sampe dia bocorin ke Alva" Semuanya setuju dengan ucapan Alfariz wijaya
^_________^
PEEE, kalian libur gasih? aku libur dong, heheee.
Oiyaa makasihh yaa, mwahh💋 yang ga ngerti alurnya.. maaf sekali lagi, ko ada kosakata yang salah, tolong ngomong ke akuu yaa, supaya bisa aku perbaiki
KAMU SEDANG MEMBACA
The wound I treated.
Krótkie OpowiadaniaDi tengah-tengah kesibukan manusia, ada anak laki-laki yang termenung di atas gedung. Ia berniat ingin menghentikan kisah hidup nya, namun ia masih diberi kesempatan untuk hidup. Ia tak mau menyia-nyiakan nya, jadilah niatan awalnya untuk bun*h diri...