✧15✧

403 27 4
                                    

Piw piwww hahay~~~ (^ᴗ^) sebelum nyaa aku mintaa maap banget samaa kalian yaa(⁠。⁠•́⁠︿⁠•̀⁠。⁠) kalo cerita aku gaa seusai ekspektasi <⁠(⁠ ̄⁠︶⁠ ̄⁠)⁠> nahh ayo lanjuttt

(⁠✿

El, Reza, Bryn, dan Dipta sedang berada di dalam kelas, di kelas hanya ada mereka ber empat yang lain masih sibuk dengan kegiatan nya di luar kelas. Yups seperti yang tadi saya bilang jika semua guru sedang sibuk dengan lomba-lomba.

"El, lo gimana? ko gw yang takut" ujar Dipta sambil melihat ke arah El yang tampak biasa saja dan seperti tidak terjadi masalah.

"Emang El bakal di apain?" tanya El.

"Ya gw takut aja sama gerak-gerik Alva jir" ucap Bryn. Pria itu sempat melihat muka Alva ketika sedang berbisik kepada El, Bryn tak sengaja melihat ketika Alva tersenyum, atau smirk? ya dari situlah Bryn khawatir dengan El.

"loh jangan takut kak Alva ga kaya gitu ko" El meyakinkan mereka bertiga agar tidak berperasangka buruk kepada Alva.

cukup lama mereka bediam, alias sibuk dengan pikirannya masing-masing, Dipta menoleh kepada El yang sedang diam juga.

"Lo ga mau jelasin? kalo yang nampar itu bukan lo" ucap Dipta, dia ingat betul jika yang menampar Ryan bukan lah El, ya mungkin di pikirin Alva yang menampar kelas El, karena El paling dekat dengan Ryan.

"Nah iya, lagian aneh tiba-tiba nampar jir" ucap Bryn, ya. Dia sedikit merasa aneh, kenapa tiba-tiba sekali menampar, tidak ada angin tidak ada hujan.

"Pengen nya sih ngasih tau, tapi ya sudahlah" jawab El dengan pasrah, ia sudah tau, endingnya ia akan di pukul.

"Gimana ya keadaan Ryan..." ucap Bryn tiba-tiba, entah ia malah memikirkan Ryan, El dan lainnya tampak ikut berfikir, benar juga. Bagaimana keadaan Ryan, apakah dia baik-baik saja, apakah dia terluka parah, atau hanya luka biasa. Jika di bayang-bayang mereka menjadi merinding sendiri, karena tamparan yang Ryan dapatkan sangat-sangatlah keras.

Di sisi lain(⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~

Alva tampak sedang mengoleskan sesuatu ke pipi chubby Ryaj agar tidak terlalu merah, "apakah sakit" tanya Alva dengan khawatir.

"Gapapa ko kak, ga sakit juga" jawab Ryan dengan menyengir kuda.

"Jika boleh kaka bertanya, siapa yang melakukan ini, hm?" tanya Alva sambil menoel pipi Ryan. Ia belum sempat menanyakan hal ini, bahkan ia tak melihat siapa yang melakukan ini, karena ia terlambat untuk melihat.

"Iyan ga tau kak" jawab Ryan dengan menyengir. Memang, ia tak tau karena ia tak mengenal pria itu, pernah melihat nya saja tidak, apalagi mengenal.

"Jawab kaka dengan jujur Ryan" tekan Alva. Tidak mungkin bahwa Ryan tidak mengenal nya.

"Beneran ga tau kak."

Alva menghela nafas lelah, lalu mengusap lembut rambut Ryan, "yaudah, istirahat ya"

Bosan di dalam kelas, Reza dkk memutuskan untuk pergi ke taman dekat lapangan, kebetulan sudah lama yak kesana. El memutuskan untuk duduk terlebih dahulu, membiarkan Reza Dipta, Bryn, untuk mencari jajanan, jujur saja El sangat malas untuk berjalan-jalan mencari jajanan yang enak, karena matahari yang sudah berada di tengah, beuh panasnya euy.

Ketika El sesang menunggu teman-temannya datang, tiba-tiba dari belakang tampak ada yang merangkul pundaknya, El terlonjak kaget lalu menatap mereka takut.

"El, khemm lo ko bisa temenan sama mereka sih" tanya laki-laki itu debgan sedikit basa-basi.

"Mereka siapa?" El mendongak memberanikan diri untuk menatap dengan muka takut.

The wound I treated.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang