NL || Brayden [ Dua ]

5.8K 406 6
                                    

Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
New Life || Brayden
*****







Ayden sudah selesai bersiap, setelah berpikir panjang memilih mandi atau tidak saat tahu kalau tubuh yang di tempati nya ini terdapat luka yang masih basah akhirnya ia memutuskan untuk mandi saja.

Namun mandi secara perlahan dan cukup memakan waktu yang lumayan lama, remaja itu kini berjalan di menuruni anak tangga dengan wajah yang sumringah.

Seperti nya ia terlihat senang berada di sini. Setelah sampai di lantai bawah, dia terdiam karena tidak tahu ruang makan ada di mana. Ayden kembali mencoba mengingat ruangan itu melalui ingatan yang diberikan si pemilik tubuh.

Ternyata tidak jauh dari sini dan ruangan itu terhalang oleh dinding yang terdapat lukisan besar dan itu jaraknya beberapa meter dari tempat nya berdiri. Ayden melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruang makan.

"Pag----"

Remaja yang hendak menyapa semua anggota keluarga yang sudah duduk di tempat masing-masing tidak jadi saat melihat tatapan mereka semua yang terlihat tidak mengenakan, Ayden menelan ludahnya susah payah.

"Tiga puluh menit."

Seorang pria tampan mengeluarkan suaranya yang terdengar berat itu, kalau tidak salah pria itu adalah Abang sulung si pemilik tubuh namanya Zachary Alvarez Aldridge.

Ayden sebenarnya tidak mengerti apa yang di katakan pria itu, dia menggaruk pipi nya yang tidak gatal dengan ekspresi bingung. "Apanya yang tiga puluh menit, Abang?" tanya Ayden heran.

Alvarez yang mendengar sang adik memanggilnya dengan sebutan Abang pun mengerutkan dahinya, tidak biasanya Ayden memanggilnya seperti itu selain panggilan Kakak.

Tapi tidak apa-apa, panggilan Abang juga tidak buruk malah terdengar bagus dari pada yang biasa. Zayyden menatap adik bungsu nya dengan tatapan datar. "Kami menunggu mu selama tiga puluh menit, apa saja yang kamu lakukan selama itu, Ayden?" jelas Zayyden menjawab karena Alvarez yang tak kunjung menjawab pertanyaan Ayden.

"O-oh itu." gumam Ayden gugup. "Ayden mandi nya pelan-pelan Abang, soalnya tubuh Ayden banyak luka yang keliatan nya masih basah." ucap Ayden.

"Seperti tidak biasa saja." cibir Alvarez pelan namun Ayden masih bisa mendengar nya karena suasana disana yang hening.

"Hah?" Mendengar respon Alvarez barusan, jelas saja membuat Ayden bingung. Apa maksudnya?

"Cepat duduk di tempat mu Ayden." sahut seorang pria paruh baya yang duduk di bangku ujung.

Kepala remaja itu menoleh ke sumber suara, Ayden terdiam ketika kedua maniknya beradu dengan mata setajam elang. Tanpa menjawab Ayden langsung berjalan menuju tempat yang biasa si pemilik tubuh duduk yaitu dekat sang Papa.

Prang.

Suara sendok yang di lempar ke atas meja makan yang di lapisi kaca itu terdengar begitu keras, Ayden membulatkan kedua matanya. Langkah nya yang ingin pergi ke bangku pun terhenti karena suara itu yang begitu kencang.

Dia terdiam disana, bulu kuduk Ayden terasa berdiri. Jujur, dia merinding berada disini dan ingin sekali pergi dari sana. Abraham Aldridge Papa tiga anak itu berdiri dari duduknya, pria paruh baya itu melangkahkan kakinya kearah putra bungsunya yang berdiam diri.

Abraham mencengkeram dagu Ayden, kedua matanya menatap tajam putra bungsunya. "Tidak sopan! Apa mulut mu sudah tidak berfungsi untuk menjawab perkataan Papa, Ayden?" geram Abraham.

Sedari kecil, Abraham selalu menerapkan pada ketiga anaknya untuk selalu menjawab perkataan nya menggunakan suara bukan respon tubuh seperti anggukan kepala atau gelengan apalagi sampai tidak merespon sama sekali.

New Life || BraydenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang