NL || Brayden [ Delapan ]

3.6K 317 10
                                    

Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
New Life || Brayden
°°°°°







"Siapa yang kamu panggil Ibu, Ayden?"

Sontak tubuh remaja laki-laki itu langsung menegang mendengar nada suara yang begitu dingin, dia keceplosan, dia lupa jika dia bersama Abraham. Ayden tidak berani menoleh hanya untuk sekedar melihat pria paruh baya itu, dia memilih untuk memejamkan kedua matanya.

Posisinya saat ini benar-benar mendukung, kepalanya menoleh ke samping membuat Abraham tidak tahu kalau putra bungsu nya itu sedang tidur atau tidak. "Ayden." panggil Abraham sekali lagi penuh penekanan.

Pria paruh baya itu menggerakkan kepala putra bungsu nya yang menghadap kearah kaca, dia mengerutkan dahinya saat melihat kedua manik itu yang terpejam. Dia melihat kearah jam tangannya, ini memang sudah waktunya Ayden tidur siang.

Apa putranya ini mengigau?

Mobil yang di kendarai sopir pribadi Abraham itu berhenti di basement perusahaan. Pria paruh baya itu segera turun dan mengitari mobil ke pintu sebelahnya, dia membuka pintu itu dan membawa tubuh Ayden ke gendongannya.

Tidak lupa juga sebuah jas yang sebelumnya dia pakai, Abraham gunakan untuk menutupi tubuh putra bungsu nya. Pipi berisi Ayden tergencet di bahu tegap sang Papa, bibirnya pun sedikit terbuka.

"Hampir aja gue ketahuan." batin remaja itu mulai berbicara. "Kalo tadi gue gak buru langsung pejamin mata, gak tau lagi deh apa yang harus gue jelasin." lanjutnya.

Ayden menggerakkan tubuhnya mencari posisi yang nyaman di gendongan Abraham, pria itu reflek memegang tubuh tubuh putranya agar tidak terjatuh. Kedua kakinya dia bawa memasuki gedung perusahaan yang menjulang tinggi.

Karena sedang waktu istirahat banyak para karyawan yang melihat kearah Abraham. Mereka penasaran siapa yang ada di gendongan pria itu, apa putranya yang selama ini tidak di ketahui publik bagaimana rupanya?

Abraham cuek, dia tidak memedulikan bisikan para karyawannya yang membicarakan siapa yang ada dia gendong. Dia memasuki sebuah lift khusus untuk sampai ke ruangannya yang berada di lantai dua puluh.

Jujur, Ayden merasa pengap dengan jas yang menutupinya. Dia bergerak lagi dalam gendongan Abraham, remaja itu mengangkat kepalanya dan membuka kedua matanya.

"Tidur lagi Ayden, kenapa bangun?" tanya Abraham menatap putra bungsunya. "Pengap Papa, jangan di tutup pake jas." jawab Ayden kembali menyenderkan kepalanya di bahu Abraham.

"Kita belum sampai ke ruangan Papa, jadi mau tidak mau jas ini harus menutupi tubuh mu." imbuh Abraham. "Tahan sebentar, sebentar lagi kita sampai ke ruangan Papa." lanjutnya.

Ayden berdehem kecil menanggapi perkataan Abraham. "Untuk sekarang jangan dulu Pa, Ayden pengap." pinta Ayden dengan kedua mata yang terpejam.

"Ya."

Beberapa saat kemudian, di rasa lift akan segera sampai ke lantai tujuan dengan segera Abraham menutupi kembali tubuh putra bungsunya dengan jas miliknya. Pintu lift terbuka, ia melangkah keluar dan berjalan menuju ruangan nya yang jarak beberapa meter dari posisinya sekarang.

New Life || BraydenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang