NL || Brayden [ Sebelas ]

3.3K 307 11
                                    

Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
°°°°°













Bulir keringat mengucur bebas di dahi seorang remaja yang kini sedang duduk di balkon kamarnya seorang diri. Sekarang, sudah memasuki jam tidur siangnya namun kedua matanya tidak merasa ngantuk.

Ayden sedang di landa kebosanan, ia baru saja selesai homeschooling nya beberapa menit yang lalu. Ia melangkah menuju perbatasan balkon, kedua manik nya menatap ke bawah yang terdapat beberapa penjaga berbaju hitam kemudian mengalihkan pandangannya ke rumah tetangga.

"Ini bokapnya Ayden yang kebanyakan duit atau mereka yang pas-pasan?" celetuk Ayden dengan suara pelan.

Heran sendiri dia tuh, liat tetangga di sekitar rumahnya adem ayem tidak banyak orang. Sedangkan di rumah ini? Sudah cocok di jadikan kosan, banyak sekali penghuni nya.

"Setahu gue, masih ada kamar yang kosong disini. Apa gue jadiin kamar kosan aja ya? Sebulan lima juta, lumayan tuh."

Remaja itu terus berbicara sendiri perihal kamar kosan hingga suara anjing husky terdengar di bawah sana. Ayden menunduk menatap seekor anjing husky yang sudah dewasa di bawah sana, tepatnya di pos satpam.

Sontak, kedua mata Ayden berbinar melihat hewan bulu itu. Malam itu dia pernah di belikan anjing husky pada Abraham namun sampai sekarang, pria paruh baya itu belum mengabulkannya.

Di rumahnya dulu, ia juga mempunyai anjing husky yang dia rawat sejak dirinya SMP serta kucing oren. Keduanya sering bertengkar apalagi husky, si hewan penuh drama.

Ayden membalikkan badannya, ia ingin turun ke bawah dan bermain dengan hewan bulu itu. Ia membuka membuka pintu kamar, antusias untuk melihat husky itu hilang dalam sekejap saat melihat keberadaan Abraham disana.

Pria paruh baya itu melihat kearah jam tangan Rolex nya yang melingkar di salah satu pergelangan tangan. "Mau kemana? Ini sudah masuk ke jam tidur siang kamu." ucap Abraham.

"Ke bawah Pa... Liat husky di pos satpam." balas Ayden mendongakkan kepalanya.

Wajah polos putra bungsu nya hampir saja menggoyahkan pendirian Abraham, ia menggelengkan kepalanya. "Tidak, kembali masuk." imbuh Abraham.

Setelah mengatakan itu, Abraham menggendong tubuh Ayden yang memiliki tinggi badan hanya sampai dadanya saja. Ia mengangkat badannya seolah sedang mengangkat guling, terasa ringan. "Pa? Mau liat husky, sebentar aja, habis itu tidur siang." pinta Ayden.

"Sekali tidak, tetap tidak Ayden. Paham?"

Ia menatap Papanya dengan tatapan heran. "Apa yang harus di pahami, Pa? Perasaan dari tadi Papa gak jelasin apa-apa, kenapa bilang paham?" kata remaja itu agak heran.



New Life || Brayden.



Ayden membuka kedua matanya, ia sama sekali tidak merasa ngantuk tapi kenapa Papanya itu memaksanya untuk tidur? Memang biasanya, ia akan selalu merasa ngantuk jika jam tidur siang nya sudah tiba namun entah kenapa hari ini tidak.

Tidak ada rasa kantuk sedikit pun. Remaja itu sedikit menundukkan kepalanya ketika merasakan beban berat pada di atas perut, perlahan kepalanya bergerak ke samping kemudian mendengus pelan.

"Nih Bapak satu ngapain tidur disini segala? Mana peluk-peluk lagi! Aku gelay, Pak!" Tangan yang ada di atas perutnya berhasil di singkirkan, Ayden segera bangun dari posisi tidurnya.

Ia menyibakkan selimut tipis yang membalut tubuhnya sampai pinggang, panas-panas begini tidur pake selimut. Apa tidak gerah? Ya, menurutmu gerah atau tidak Ayden?!

New Life || BraydenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang