Di karenakan saya gak bisa update di hari sabtu, jadi saya up lebih cepat. Seneng gak?
Happy Reading, sorry for typo.
Perempuan adalah makhluk yang Tuhan ciptakan dengan spesial, perempuan memiliki kekuatan yang tidak laki-laki punya. Terlebih kekuatan perasaan.
Perempuan bisa melakukan semua yang laki-laki lakukan, tetapi laki-laki tidak akan pernah bisa melakukan semua yang perempuan lakukan. Contohnya saja hamil, melahirkan dan menyusui, hanya perempuan yang bisa melakukan itu.
Karena itu aku bilang perempuan itu makhluk paling spesial yang Tuhan ciptakan, mau sehebat apapun lelaki pasti akan kalah dengan perempuan.
Ada yang bilang berhadapan dengan perempuan itu melelahkan, mereka hanya ingin di mengerti tanpa harus menjelaskan, mereka hanya ingin di sayang tanpa harus di tanya.
Untuk para lelaki di luar sana, sebenarnya kami para perempuan tidak bermaksud seperti itu. Kami hanya tak mengerti dengan perasaan yang kami rasakan, hingga melakukan hal yang membingungkan.
Aku juga sadar telah melakukan hal seperti itu yang membuat Sakha bingung, tapi aku tak tahu kenapa bisa berbuat seperti itu. Aku hanya ingin, itu saja.
Perempuan itu perasa, tapi kami pandai memendam rasa. Membohongi diri sendiri, salah satunya.
Hari ini adalah hari terakhir kami di Osaka, besok pagi kami harus kembali terbang ke Indonesia. Sakha sudah menyelesaikan pekerjaannya, tetapi di hari terakhir ini Sakha memilih untuk kembali datang ke tempat produksi untuk memastikan keadaan sudah kembali stabil.
Kami keluar dari pabrik saat jam masih menunjukan pukul sepuluh, rencananya setelah ini kami akan habiskan waktu untuk jalan-jalan.
Di pagi hari yang cerah dan udara yang lebih hangat dari kemarin, aku meminta Sakha untuk berjalan-jalan menggunakan transportasi umum. Aku ingin naik bus, kereta bawah tanah dan jalan kaki di taman bunga sakura. Sakha dengan senang hati menuruti keinginanku.
Setelah menaiki bus transportasi, kami menaiki kereta Osaka Loop Line untuk tiba di Kema Sakiranomiya Park.
Suasana kereta cukup ramai, aku dan Sakha tak mendapatkan tempat duduk. Aku dan Sakha berdiri di depan tiang besi dekat pintu keluar, rata-rata penumpang yang berdiri adalah lelaki bertubuh tinggi karena itu aku merasa sangat kecil padahal untuk tinggiku yang jika di Indonesia masih dalam kategori tinggi.
Aku terlonjak saat merasa sebuah tangan menyentuh pinggangku, aku hampir saja melayangkan tonjokan jika saja orang yang menyentuh pinggangku bukanlah Sakha.
Sakha menarikku semakin dekat dengannya, tangannya yang ada di pinggangku berpindah memegang tiang besi di depanku sehingga posisiku berada di antara tubuh besar Sakha.
Dengan begini aku merasa lebih baik, meski risikonya jantungku berdetak sangat hebat karena aku bisa merasakan hembusan napas Sakha di telingaku yang tak tertutupi topi baret yang aku kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawless Wife [End]
RomanceTentang Gempita yang menceritakan kisah kehidupan pernikahannya dengan seorang Sakha, cucu pewaris Pramadana. Tentang Gempita yang perlahan mulai merasakan cinta terhadap Sakha, bagi Gempita mencintai Sakha adalah sebuah kesalahan. Tapi, Gempita t...