***
Tahun-tahun pun berlalu sejak kematian Jiyong dan hari itu, hari di mana banyak bangsa serigala dan vampire yang mati di tangan Taera. Semua yang hadir di hari itu nyaris menjadi abu. Termasuk, James dan Lupin.
Taera berusaha untuk melepas segala rasa bersalahnya di hari itu. Ia berusaha untuk terus hidup. Meski rasanya, hampa yang kini ia rasa. Setelah kehilangan, dan pengkhianatan yang bertubi-tubi ia rasakan, sulit baginya untuk hidup baik-baik saja.
"Makan dulu, Taera."
Pandangan mata Taera beralih ke arah Sam yang memberikannya segelas darah hewan segar. Sudut bibirnya tersenyum tipis.
"Makasih, Sam."
Sam mengangguk.
Taera meminum darah hewan yang diberikan Sam. "Padahal, kau tidak perlu melakukan ini. Aku bisa mencari hewan sendiri, Sam."
Sam tersenyum,"Dengan keadaanmu yang seperti ini, Taera?"
Kedua alis Taera berkerut,"Memangnya, ada apa denganku, Sam?"
Sam duduk di samping Taera, matanya mengedar ke arah hutan yang rimbun.
"Setelah kepergian Jiyong, kau hidup bagai mati, Taera. Aku bahkan tidak yakin kau bisa melindungi dirimu sendiri."
Taera berdecih,"Kau meremehkanku."
Sam tertawa, diikuti dengan tawa Taera.
"Walau pun Jiyong telah tiada, namun, kasih sayangnya tetap hangat di dalam dada. Ia tidak pernah padam, Sam. Ia masih ada di sini, di diri ini," kata Taera sambil berlinang airmata.
Sam tertawa getir. Ia menepuk bahu Taera pelan.
"Sudah bertahun-tahun berlalu, Tae. Sudah seharusnya kau melepasnya, meski hanya dalam ingatanmu."
Taera menoleh ke arah Sam,"Entah puluhan atau ratusan tahun yang harus ku lalui, namun, aku tidak akan pernah bisa melupakannya."
Sam mengangguk, mengerti.
"Aku paham. Namun, kau harus terus melanjutkan hidupmu. Sudah bertahun-tahun ini juga, kau hanya mengurung dirimu di sini, Tae. Kau bahkan membuat hutan ini menjadi lebih mencekam dan tidak ada bangsa satu serigala pun yang masuk ke wilayah ini."
Taera diam.
"Sudah bertahun-tahun, apa kau masih menyimpan dendam pada bangsaku dan bangsamu sendiri?"
Suara bisik angin yang bergesekan dengan daun pepohonan pun berbunyi nyaring. Taera menutup matanya dan merasakan hembusan angin yang mengenai wajahnya. Bibirnya menarik garis senyuman tipis.
Ia melihat Jiyong dalam ingatannya.
Ia melihat laki-laki itu tersenyum ke arahnya sambil mengulurkan tangannya. Senyuman manis laki-laki yang memiliki mata berwarna emas itu adalah senyuman yang sangat ia rindukan. Tak lama, air matanya menetes. Dadanya seolah dipenuhi oleh rasa sakit yang datang tiba-tiba.
Sam mengusap airmata Taera yang terjatuh di pipi. Taera membelalakkan matanya dan terkejut.
"M-Maaf, Tae," ucap Sam setelah menyentuh pipi perempuan berdarah dingin itu.
"Dia tidak akan pernah pergi, Sam. Dia akan hidup, dalam ingatanku selamanya. Meski takdir ini begitu kejam pada kami, namun, dia akan selalu bersamaku. Meski tak seorang pun mampu merasakan kehadirannya."
Sam diam.
Tak lama, perhatian Taera teralihkan oleh kehadiran bangsa serigala yang tiba-tiba masuk ke dalam wilayahnya. Sam yang juga merasakan hal itu pun langsung menoleh ke arah Taera.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness
FantasyDi antara kegelapan malam, ia berdiri. Menantang dunia. Mencari dirinya sendiri. Bertarung dengan satu per satu rasa sakit yang menghampiri. Hingga orang itu datang, dan memberinya jawaban. Namun, alih-alih menemukan jawaban, ia justru memilih hal...