***
Selagi Taera tertidur, Jiyong mengitari setiap sudut rumah Taera. Ia berjalan dari ruangan ke ruangan yang lainnya. Memeriksa keadaan. Langkahnya terhenti di depan sebuah foto Taera yang sedang tersenyum bahagia bersama dengan keluarga angkatnya.
Dalam foto itu, Taera mengembangkan senyumnya hingga matanya hampir tidak terlihat. Taera muda yang sedang memegang piala itu terlihat begitu bahagia. Begitu pun dengan kedua orang tua yang berdiri di sampingnya.
Setelah itu, ia kembali berjalan di rumah besar dan mewah itu. Hingga di suatu sudut rumahnya, ia mencium bau yang sangat familiar baginya. Bau seekor serigala.
Dahi Jiyong mengerut.
"Serigala?" batinnya.
Aneh, ini kali pertama ia masuk ke rumah besar ini. Namun, kenapa tiba-tiba ada bau serigala muncul di rumah ini?
Apa 'kah ada serigala lain yang masuk ke sini selain dirinya? Tapi, jika itu serigala selain dirinya, seharusnya Taera sudah tidak baik-baik saja. Tapi, Taera nampak seperti baik-baik saja. Kecuali dengan rasa laparnya.
Lalu, siapa orang lain yang masuk ke rumah ini selain ia?
Jiyong mengikuti bau serigala itu yang membawanya menuju hutan yang tidak jauh dari rumah Taera. Saat ia sampai di hutan, ia kehilangan jejak serigala itu. Ia mencoba mengitari sekitar hutan, tapi ia tidak menemukan petunjuk apa-apa.
Saat ia tengah mencari sosok serigala misterius itu, ia justru menemukan seekor rusa. Dengan cepat, ia langsung berinisiatif untuk mengambil darah dari rusa tersebut. Ia mencoba untuk mengumpulkan darah sebanyak mungkin untuk Taera.
Melihat matahari yang sudah semakin tinggi, ia pun memutuskan untuk kembali ke rumah Taera. Sesampainya di rumah perempuan itu, ia sedang melihat Taera terburu-buru menuruni anak tangga. Perempuan itu mematung saat melihat kehadirannya. Terlihat helaan napas yang sangat panjang darinya.
"Ada apa, Taera?" tanya Jiyong yang langsung menghampiri Taera dengan beberapa kantung darah di tangannya.
"Ku pikir kau kembali menghilang," kata Taera.
Jiyong tertawa kecil dan melangkahkan kakinya menuju dapur rumah Taera. Taera mengikuti langkah Jiyong.
"Itu apa?" tanya Taera.
"Darah."
Taera memundurkan langkahnya sedikit. Ia merasa ngeri melihat beberapa kantung darah yang Jiyong bawa untuknya.
"Untukku?"
Jiyong tertawa kecil sambil memasukkan kantung darah itu ke dalam kulkas Taera,"Iya, untukmu."
"Kau harus terbiasa meminum darah hewan, untuk menahan rasa hausmu," lanjut Jiyong.
"Dari mana kau mendapatkan darah-darah itu?"
Jiyong menoleh ke arah Taera,"Hutan."
"Tapi, aku tidak bisa berburu. Jika kau tidak di sini, bagaimana aku bisa mendapatkan itu semua tanpamu?"
"Aku akan mengajarimu," kata Jiyong sambil mencuci tangannya. "Kau lebih baik bersiap. Kita akan ke hutan."
-
Setelah mengiyakan ucapan Jiyong, Taera langsung bersiap mengganti bajunya dan memakai sepatu yang pas untuknya pergi berburu ke hutan. Jujur saja, ini pertama kalinya, dan ia sangat tidak siap. Namun, ia harus mempersiapkan dirinya jika suatu saat Jiyong pergi lagi darinya seperti kemarin. Setidaknya, ia harus bisa bertahan untuk dirinya sendiri sebelum ia membahayakan orang lain.
Jiyong membekali Taera dengan beberapa peralatan untuk berburu. Seperti panah, dan pisau kecil untuk Taera. Taera terkejut dengan beberapa peralatan yang sudah disiapkan oleh Jiyong.
![](https://img.wattpad.com/cover/279975481-288-k156538.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness
Viễn tưởngDi antara kegelapan malam, ia berdiri. Menantang dunia. Mencari dirinya sendiri. Bertarung dengan satu per satu rasa sakit yang menghampiri. Hingga orang itu datang, dan memberinya jawaban. Namun, alih-alih menemukan jawaban, ia justru memilih hal...