24

8 0 0
                                    

***

Taera berdiri di hadapan pohon-pohon saat ia kehilangan Jiyong saat pengejaran. Tak lama, Kila muncul di balik pohon-pohon itu, seakan tahu bahwa Taera sudah menunggunya.

"Ternyata, kau lah yang membantu Jiyong pergi dari kejaranku waktu itu."

Kila tertawa kecil,"Ada apa mencariku?"

"Aku ingin menemuinya."

"Siapa?"

"Jiyong."

Kila berdecih,"Untuk apa? Dia tidak akan mengingatmu."

"Izinkan aku mencoba."

"Kau hanya kenangan menyakitkan baginya, Tae."

"Tapi –"

"Pergilah. Tidak akan ada yang berubah meski kau menemuinya."

Tak lama, Kila menghilang dari pandangan Taera.

Taera bertekad untuk bertemu dengan Jiyong. Maka, ia kembali menyusuri hutan untuk mencari laki-laki itu.

Setelah seharian berkeliling, ia tak juga bertemu dengan Jiyong. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke rumah. Di sana, ia sudah disambut oleh Sam dan Clara.

"Tae," panggil Clara.

Yang dipanggil hanya diam tanpa bicara. Lalu, ia duduk dan diam. Pandangannya kosong.

Sam menghela napas. Ia duduk di samping Taera dan meraih tangan perempuan yang ada di sampingnya itu.

"Tae, ada apa?" tanya Sam pelan.

Taera menoleh ke arah Sam, tak lama kemudian air matanya berjatuhan. Sam yang tak kuasa melihat Taera menangis pun langsung menariknya ke dalam pelukannya. Sam mengusap pelan bagian punggung Taera.

"Ada apa, Tae? Kau terluka?"

Taera menggeleng pelan.

"Kenapa?"

"Jiyong..." jawab Taera dengan nada bergetar.

Sam menghela napas kasarnya. Seolah sudah muak dengan nama yang selalu Taera sebut dan nama yang selalu menjadi alasan Taera menangis.

Sam memilih diam dan tidak berkomentar. Ia memilih untuk lebih menenangkan Taera yang semakin terisak dalam tangisannya.

-

Setelah lelah menangis, Taera tanpa sadar yang sudah kehabisan tenaga pun tertidur dalam pelukan Sam. Lalu, ia menggendong tubuh perempuan itu dan meletakkannya di kamar. Ia juga menyelimuti tubuh Taera.

Tanpa terasa, hari sudah berganti pagi. Taera terbangun karena silau matahari yang mengenai matanya. Dengan perlahan, ia membuka matanya. Sama-samar, ia melihat sosok laki-laki sedang berdiri di jendela kamarnya.

Menyadari kehadiran laki-laki itu, Taera langsung berusaha untuk membuka matanya lebar dan menyadarkan dirinya.

"Jiyong."

Taera bangun dari tidurnya dan melihat ke arah luar kamarnya. Tidak ada siapa-siapa di sana.

"Mungkin hanya halusinasiku saja," kata Taera sambil meringis.

Ia keluar dari kamarnya, dan menyadari bahwa Sam dan Clara tidak ada di sana. Ia menyantap segelas darah hewan segar yang sudah disediakan Sam.

Lalu, ia duduk di balkon rumahnya. Kembali menatap pepohonan yang sedang berbisik. Menyapa angin yang menerpa tubuhnya. Dan, kembali memejamkan matanya.

Saat Taera sedang menikmati kedamaian paginya, tiba-tiba ia terusik dengan suara lolongan yang terdengar dari tengah hutan.

Taera membuka matanya dan langsung melesat ke arah suara itu berasal.

The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang