***
Hari demi hari, Taera menunggunya di sini. Ia bahkan sudah berkali-kali menyusuri daerah ini. Namun, yang ia cari belum juga ketemu. Tenaganya mulai habis dan lelah. Selama pencarian pula ia tidak minum dan beristirahat.
"Kau harus istirahat, Tae," ucap Sam.
"Vampire tidak butuh tidur."
"Tapi, kau butuh untuk istirahat dan isi tenaga," sambar Clara.
Taera diam.
Sam menghampiri Taera dan memegang pucuk kepala perempuan yang sedang terduduk itu.
"Aku akan mencarinya untukmu. Sekarang, lebih baik kau pulang dan istirahat. Minum darah segar. Aku tidak ingin kau seperti ini. Aku tahu, kau berharap sosok itu adalah Jiyong, 'kan? Namun, kita harus menghadapi kenyataan, Tae. Jiyong sudah tiada. Dan, sosok ini bukan Jiyong. Hanya karena dia punya mata keemasan, bukan berarti itu Jiyong," jelas Sam panjang lebar.
Taera masih diam.
"Tae?" panggil Sam sambil memegang tangannya dan membantu Taera berdiri.
"Aku akan selalu di sini bersamamu."
Dari kejauhan, ada mata yang mulai berkaca melihat kedekatan keduanya. Ada hati yang hancur meski dalam diam.
-
Setelah kembali ke rumah, Taera meminum segelas darah segar yang sudah disediakan oleh Sam sambil ditemani Clara.
Beberapa kali, terlihat bahasa tubuhnya bahwa ia tak tenang. Seolah ada yang sedang mengusik pikirannya saat ini. Tentu saja sosok vampire new born itu tengah memenuhi isi pikirannya.
Sesekali ia memejamkan matanya seolah terus berharap ada keajaiban yang terjadi.
Ia terus meminta Jiyong kembali.
Clara hanya dapat memandanginya dalam diam.
Meski tak banyak bicara, namun jelas terlihat bahwa Taera sedang tidak baik-baik saja.
"Jika boleh ku tahu, seperti apa sosok Jiyong, Tae?"
Taera menoleh ke arah Clara. Raut wajah yang awalnya biasa, kini menampilkan sebuah garis senyuman di sana.
"Dia adalah sosok yang tidak akan lagi ku temui di laki-laki lain di dunia."
"Kenapa?" tanya Clara.
"Karena, cintanya, tidak akan lagi ku temui di laki-laki mana pun."
"Tapi, kau harus tetap melanjutkan hidup, Tae."
Taera berdecih,"Tidak, jika harus tanpa dia."
Clara diam.
Taera juga terdiam.
Untuk beberapa menit, keduanya saling terdiam.
"Bagaimana pertemuan pertamamu dengannya, Tae?"
Taera tertawa kecil.
"Pertemuan dengannya yang pertama adalah hal yang tidak bisa ku lupakan."
Mata Taera terpejam dan pikirannya kembali melayang ke waktu itu. Waktu di mana ia bertemu dengan Jiyong untuk pertama kalinya.
"Waktu itu... adalah malam di hari ulang tahunku. Aku masih mengenakan gaunku saat aku pertama kali bertemu dengannya. Ia menyelamatkanku dari segerombolan serigala yang berusaha untuk menyerangku. Dan, itulah hari di mana ia merubah hidupku. Selamanya," kata Taera yang mulai terbata.
"Apa kau sudah mengetahui identitasmu sejak lama, Tae?"
Taera menggeleng.
"Jiyong yang memberitahuku tentang identitasku. Ia juga yang mengajariku bertahan hidup, hingga mengajariku untuk menahan dahagaku kala itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness
FantasyDi antara kegelapan malam, ia berdiri. Menantang dunia. Mencari dirinya sendiri. Bertarung dengan satu per satu rasa sakit yang menghampiri. Hingga orang itu datang, dan memberinya jawaban. Namun, alih-alih menemukan jawaban, ia justru memilih hal...