***
Sejak mendengarkan ucapan Clara, Taera tidak henti-hentinya memandangi gelang miliknya. Seolah diberi sebuah angin segar dan harapan, Taera terus berharap, bahwa yang ia tunggu itu akan kembali.
Sam yang menyadari ada yang tidak beres dalam diri Taera itu pun langsung menyadarkannya.
"Tae," tepuk Sam pada pundak Taera.
Taera menoleh kaget.
Sam melihat ke arah gelang yang disebutkan Clara pada tangan Tae.
"Jiyong?" tanya Sam.
Taera menghela napasnya.
"Dulu, Jiyong memberikan gelang ini. Katanya, simbol yang menandakan bahwa aku adalah miliknya," ucap Taera sambil tersenyum.
Sam pun ikut tersenyum.
"Jiyong memang meng-imprint-mu dan menjadikanmu satu-satunya orang yang ia cintai. Bahkan hingga akhir hidupnya."
Taera menoleh ke arah Sam sambil tersenyum.
"Tapi, jika kau berharap itu adalah dia di saat seperti ini, rasanya tidak mungkin, Tae."
Senyum Taera seketika langsung menghilang.
"Kita sama-sama tahu dan menyaksikan, bahwa Jiyong meninggal tepat di hadapan kita. Lalu, harapan apa yang kau nantikan, Tae?"
"Tapi, Sam –"
"Soal gelang? Semua orang bisa memiliki gelang yang sama, Tae."
Taera kembali menghela napasnya kasar. Lagi-lagi, harapannya harus dipatahkan oleh kenyataan.
"Tidak ada gunanya untuk terus mengharapkan hal yang tidak mungkin terjadi, Tae. Kau harus terus melanjutkan hidup."
"Iya, Sam."
-
Sam, Taera, dan Clara sedang berkeliling mencari darah segar binatang. Ketiganya berjalan hingga sampai di sebuah supermarket tempat di mana Taera ditolong oleh Jiyong saat ia ingin mencelakai seorang manusia di sana.
Taera menghentikan langkahnya.
Menelan ludahnya dengan paksa sambil terus mengingat kenangan-kenangan manis itu dalam ingatannya. Ada rasa bahagia dan pahit yang ia rasa di sana.
Hingga tanpa terasa, air mata itu kembali berlinang.
Potongan demi potongan kenangan itu tengah memenuhi kepalanya saat ini. dadanya terasa sesak. Ia hampir tidak bisa menahan dirinya untuk menangis, sebelum akhirnya Sam menepuk pundaknya. Dan, Taera kembali tersadar dari lamunannya.
"Tae, are you okay?"
Taera hanya mengangguk.
Ia mengalihkan pandangannya dan kembali berjalan menjauhi tempat kenangan itu.
Di dalam hutan, ia sibuk berburu hewan untuk disantap. Di sisi lain, Clara yang memerhatikan Taera diam-diam pun menyimpan seribu pertanyaan yang ia pendam.
"Kenapa, Cla?" tanya Sam saat mendapati Clara yang tengah memerhatikan Taera.
Clara menggeleng kikuk.
Sempat ragu untuk bertanya, akhirnya ia beranikan diri untuk melampiaskan rasa penasarannya.
"Sam," panggil Clara.
Sam menoleh ke arah Clara,"Iya?"
"Apa benar kabar yang dibilang orang-orang?"
"Yang mana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness
FantasíaDi antara kegelapan malam, ia berdiri. Menantang dunia. Mencari dirinya sendiri. Bertarung dengan satu per satu rasa sakit yang menghampiri. Hingga orang itu datang, dan memberinya jawaban. Namun, alih-alih menemukan jawaban, ia justru memilih hal...