9

45 10 0
                                    

***

"Pagi," sapa Jiyong pada Taera yang baru saja bangun dari tidurnya.

Taera berdiri dengan kikuk saat melihat Sam dan Jiyong sedang sibuk menyiapkan makanan untuknya.

"Kau masih memakan makanan manusia, 'kan?" tanya Sam.

Taera mengangguk kaku,"M-masih."

"Tapi, dia lebih suka darah hewan sekarang," goda Jiyong yang langsung membuat Sam tersenyum ke arah Taera.

"Ada yang bisa ku bantu?" tanya Taera.

"Duduk saja. Biar kami yang menyiapkannya," kata Jiyong sambil menyuruh Taera untuk duduk.

Dari kursi yang tidak jauh dari dapur, Taera bisa melihat keduanya sangat sibuk menyiapkan makanannya. Tidak hanya makanan manusia, tapi ada juga darah hewan segar yang mereka sediakan.

"Bagaimana tidurmu, Taera? Nyenyak?"

"Nyenyak. Terima kasih untuk tempatnya."

Sam dan Jiyong tersenyum tulus. Selagi mereka sibuk menyiapkan makanan, pandangan Taera pun bergerilya di setiap sudut rumah Sam. Rumah yang terbuat dari kayu sangat nyaman sekali untuk ditempati. Berada di tengah hutan dengan udara yang segar dan sinar matahari yang masuk melalui celah di antara rindangnya pepohonan. Sangat nyaman sekali.

"Sam, apa kau tinggal seorang diri di sini?"

Sam menggeleng dengan cepat,"Sebentar lagi kau akan bertemu mereka."

"Mereka?" Kedua alis Taera pun saling bertaut. Bingung.

"Para penghuni rumah ini."

Benar saja, tak lama dari itu, terdengar suara ramai yang masuk ke rumah Sam. Taera terkejut sekaligus merasa takut. Langkah mereka juga langsung terhenti saat melihat Taera yang sedang berdiri ketakutan.

"Tenang saja. Dia bersama Jiyong," kata Sam menenangkan mereka. "Tenang saja, Taera. Mereka teman kita," lanjut Sam.

Dengan langkah yang hati-hati, mereka pun menghampiri Taera dan mulai memperkenalkan diri mereka satu per satu. Begitu pun Taera, ia memperkenalkan dirinya kepada sekawanan serigala yang baru saja tiba di rumah Sam.

"Jadi, kabar itu benar, Ji? Bahwa kau mengencani seorang vampire?" goda salah satu dari mereka.

Jiyong langsung membelalakkan matanya dan mengangkat jari telunjuknya ke depan mulutnya. Sebuah isyarat agar mereka tidak membahas soal itu.

"Kencan?" tengok Taera.

Sebelum suasana berubah menjadi canggung, Sam pun langsung menginterupsi mereka dengan makanan yang sudah ia sediakan. Mereka pun nampak bergairah melihat makanan yang Sam sediakan.

"Ini buatmu," kata Jiyong sambil menyerahkan segelas darah hewan pada Taera.

Seluruh pandangan langsung mengarah pada Taera. Yang ditatap pun langsung kikuk.

"Harap maklum, Taera masih dalam masa pertumbuhan. Jadi, dia masih perlu mengontrol rasa hausnya," celetuk Sam yang langsung diikuti gelak tawa dari teman-temannya.

"Tapi, aku bukan anak kecil, Jiyong," kata Taera sambil berbisik pada Jiyong yang duduk di sebelahnya.

Jiyong hanya tertawa sambil menyantap sarapannya. Begitu pun Taera, ia menenggak minuman yang diberikan Jiyong dengan lahap dan tanpa tersisa.

"Jadi, Taera, mereka adalah teman-temanku. Dan, mereka tidak tinggal di sini. Tapi, mereka juga sering ke sini," jelas Sam.

"Apa Taera akan tinggal di sini?" tanya salah satu dari teman Sam.

The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang