PROLOG

341 22 0
                                    

"BANG BIAN!! LO NYOLONG DALEMAN GUE YA?!!" Teriakan menggelegar dari si bungsu reflek membuat semua orang yang ada di ruang keluarga tutup telinga, sedangkan laki-laki yang dituduh hanya cekikikan disamping adik pertamanya. Saka—orang yang sudah teriak di pagi buta menghampiri Bian yang buru-buru menampilkan ekspresi sok datarnya.

"Gak usah sok polos lo! Gue laporin mama nih," emosinya sudah meluap, namun hal itu akan dianggap menggemaskan bagi yang melihat, termasuk keempat kakaknya.

"Ampun Tuan Raja, ini yang terakhir saya nyolong daleman," Bian menangkupkan kedua tangannya dan terlihat memelas.

"Gak mau tau, beliin Saka daleman baru," finalnya lalu memutuskan untuk pergi menyapa mamanya yang sedang menyiapkan makanan di dapur.

"Pagi sweety..." Godanya lalu memeluk mamanya yang sedang membuat nasi goreng.

"Idih idih."

"Huek."

Saka menulikan pendengarannya dan terus memeluk mamanya lebih erat.

"Saka, bentar lagi mama siramin minyak kalo ga dilepasin ya."

"HAHAHAHA AMPUN," ia kemudian lari dan duduk disamping Raka—kembarannya di karpet.

Mereka kemudian fokus untuk menonton televisi yang menampilkan serial kartun Upin & Ipin di layar. Bian mencomot kacang panggang di toples yang ada di tangan Raka, Saka juga melakukan hal yang sama.

Daniel—Si anak sulung kemudian menaruh kepalanya di paha Saka, ia menengadahkan kepalanya ke atas, menatap Saka lalu membuka mulutnya. Saka yang melihat hal itu kemudian mengupas kulit kacang, dan menunjukkan kacang pada Daniel, Daniel mengangguk, namun detik berikutnya Saka malah memasukkan kulit kacangnya ke dalam mulut Daniel membuatnya tersedak.

"KAMPRET!" Serunya langsung terduduk.

"HAHAHAHA"

Daniel segera melemparkan kulit kacang itu tepat mengenai wajah Saka.

"Iihhh bau jigongnya kecium," ujarnya membuat Raka dan Bian terbahak-bahak mendengarnya.

"Apa lo bilang?!" Daniel hendak melayangkan pukulannya sebelum Saka lagi-lagi berseru, "eh?!! Mama udah selesai ya?!! Yeayy!! Makan!!!" Ia segera meninggalkan Daniel yang sudah kusut akibat ulahnya di pagi hari ini.

Saka terlebih dahulu duduk di meja makan, disusul Raka dan Bian, lalu Gerr—adik pertama Daniel. Sedangkan Daniel masih bermalas-malasan menonton serial kartun, Zeyna segera menghampirinya dengan membawa sutil yang baru saja ia pakai untuk menggoreng.

"Mas Daniel mau bangun atau mama yang bangunin?" Tanyanya dengan suara mengancam dan tangan yang memegang saringan panas.

"E-ehehehe, ini barusan mau bangun ma, tapi mama keburu kesini," Daniel dengan segera bangkit lalu menyusul adik-adiknya di meja makan. Zeyna menghembuskan napasnya pelan, huh masih sabar.

Sarapan pagi ini akan selalu diisi oleh kehebohan Bian, dan Saka korbannya. Sesekali mamanya mencoba menegur mereka agar tidak terlalu berisik, sesekali Zeyna juga menanyakan beberapa hal tentang pendidikan anak-anaknya.

Tidak, Zeyna bukan single parent, tapi saat ini, Reigan—suaminya sedang ada tugas di luar kota. Suaminya juga berpesan padanya

"Kalo anak-anak bandel, terus mama udah ga kuat, buang aja ma, nanti kita buat yang baru."

Dan ditimpali oleh Bian, "papa sama mama kalo buat lagi ga bakal kayak Bian sih, soalnya cakepnya udah Bian borong semua."

Benar, cakepnya udah diborong semua, termasuk bandelnya juga diborong sama mereka berlima.

ALGARENDRASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang