BAB 1 || Pesan Makanan Online

152 15 0
                                    

Saka turun dari motornya dan berjalan keluar parkiran, menyusuri gedung-gedung kampusnya dengan santai sesekali bersiul.

'Berangkat, belajar, terus pulang, buat lagu, bantuin mama di toko, pulang sama mama, ketemu Bang Bian, gelud. Hm, indahnya kehidupan normal.' Gumam Saka dalam hati.

Laki-laki ini memilih jurusan yang sekiranya tidak terlalu membebankan pikirannya, pasalnya, ia tidak teramat suka dengan buku, ia lebih memilih disuruh membuat lagu daripada membuat laporan yang membuatnya ingin muntah. Secara kasar, Saka tidak niat kuliah, namun itu tidak membebaninya karena selain membuat lagu dan membantu mamanya, dia tidak ada kerjaan, jadinya dia mengikuti jejak abang-abangnya, 'kuliah'.

Bian kakak ketiganya, Raka kakak kembarnya kuliah di tempat yang sama dengan Saka, sedangkan Gerry kakak keduanya kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Raka hari ini punya kelas pagi, jadi dia berangkat sebelum Saka, sedangkan Bian akan berangkat siang.

Ia terus berjalan menuju fakultasnya, namun kali ini langkahnya tak sesantai tadi, ia merasa diikuti seseorang dari belakang.

Tak sampai sedetik Saka memikirkannya, orang yang mengikutinya sudah mengagetkannya, "DOR!," ucapnya dengan memukul bahu Saka dari belakang. Namun, sedetik setelahnya orang tersebut malah merengut sebal.

"Ck, lupa kalo lo orangnya gak kagetan," ujarnya sembari mengikuti langkah Saka dengan memanyunkan bibirnya.

"Lagian, lo kayak gak ada kerjaan aja ngagetin gue." Alby—teman tongkrongannya dengan Bian dan Raka yang sudah mengagetkannya itu hanya menyengir.

"Nongkrong yuk, nanti siang."

"Gak, gue mau ketemu mama gue."

"Kayak yang mau kemana aja mama lo, Sak. Bentaran doang, gue kangen banget sama lo nih," ucapnya sambil merangkul Saka yang sedikit lebih tinggi darinya.

Oke, kali ini hidup Saka tidak normal karena kehadiran makhluk satu ini.

"Ajak Jarrel kek, Raka kek, gue sibuk."

"Oh yaudah, gue ikut lo ke toko tante Zeyna aja kalo gitu," skakmat, jurus andalan Alby untuk Saka.

Saka hanya menghela napas, "kita nongkrong."

"Hahaha, giliran gue mau ketemu tante Zeyna aja gak lo bolehin."

"Ya gak mau lah, lo caper banget soalnya. Terakhir, pas gue sama Raka ulang tahun kemaren lo bikin mama gue muntah-muntah gara-gara lo yang nempel mulu," jelas Saka.

Awalnya, di hari itu Zeyna hanya mengeluarkan keringat dingin saat Alby terus-terusan menggodanya, namun setelah acara selesai, ia malah muntah-muntah di kamar mandi, Saka kira ia akan memiliki adik lagi.

Tapi, setelah itu mamanya menyela ucapan Saka, "enak aja adik baru lagi, ngurusin kalian sampe sekarang aja mama udah bersyukur banget masih dikasih kewarasan. Mama tuh kayaknya alergi," ujarnya.

"Alergi apa ma?" Tanya Gerry

"Alergi deket Alby, temennya adik kamu tuh," ucapan itu membuat semuanya cengo, berbeda dengan Saka yang sudah cekikikan mendengar penuturan mamanya.

"Kok ketawa sih?" Tanya Zeyna sedikit kesal, Saka pikir ini lucu? Iyalah.

"Mama ada-ada aja deh, pantesan dapet anak kayak Mas Daniel," tutur Bian.

"Kok gue sat?!!" Bian segera mengatupkan kembali mulutnya, tidak ingin diamuk oleh Daniel.

"Ih, beneran tau, gombalan dia bikin mama mau muntah darah, untung aja darahnya gak keluar tadi," jelas Zeyna bersungguh-sungguh.

Kali ini mereka benar-benar tak bisa menahan tawa, dan Saka adalah orang yang paling keras tawanya.

"Ohh, pantesan dari tadi mama keliatan keringatan... Raka kira gara-gara mama kecapekan tapi dipikir lagi selama ini, mama kalau capek keringatan gak sampe segitu, ternyata karena ini," tutur Raka lalu melanjutkan tawanya.

ALGARENDRASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang