2

609 58 9
                                    

"Itu temennya yang pake baju merah, gua kek pernah liat deh. Tapi di mana, ya...?" Krizzia menutup matanya berusaha mengingat itu. "Oh iya! Tadi gua papasan dan gak sengaja hampir nabrak tu orang gara-gara jalan sambil main hp! Temennya Kak Thea ternyata..." Kepalanya manggut-manggut.

"Oh ya? Cakep-cakep banget gila... Gua suka sama yang rambut panjang itu tu! Tapi kayaknya yang dikepang juga suka deh."

"Ah gua sih suka semuanya!"

"Deketin, Kriz. Tar kenalin gua ke mereka."

"Ogah! Buat gua itu semuanya."

"Sinting, bagi-bagi lah!"

"Tu kan ada 6 orang, gua 3, lu 3 berarti ya."

"Nah cakep, tuh!"

Keduanya tertawa membayangkan ide konyol mereka.










🎭🎭🎭








Esok paginya...

Krizzia melepas helmnya, lalu berkaca pada spion sembari merapikan pita hijau di rambut yang menjadi syarat identitas kelompok dalam kegiatan OSPEK ini. "Culun bat anjir gua! Malesin! Harus banget apa pake beginian? Yang bikin tata tertibnya GJ parah!"

"Cuma satu minggu, kok."

Sontak, Krizzia menoleh ke samping di mana ada Thea yang baru saja tiba dan mematikan mesin motornya. "Eh, Kak..." Gadis itu menundukkan kepala sekilas lalu tersenyum canggung. Sekalipun kakak pembimbingnya itu baik, tapi apa yang baru saja diucapkannya merupakan umpatan tidak sopan.

"Dulu juga aku kesel harus pake pita kayak gitu dengan rambut yang dikepang dua. Tapi kalo udah selesai, penampilan kayak gini bakal diinget sebagai momen yang lucu, loh. Lagian, kamu bagus-bagus aja kok pake itu."

"Iya, kah???"

Thea mengangguk dengan senyum lembut yang masih terpatri di wajahnya. "Yuk ke sana bareng."

Dengan perasaan yang berubah senang, Krizzia pun turun dari motornya dan mengikuti Thea yang berjalan di depan. Bahkan melihat gadis itu dari belakang saja, Krizzia merasa terpukau. Dengan badan tinggi dan langkah tegak serta rambut yang selalu digulung atau diikat, membuat Thea nampak mengagumkan di matanya. Terlebih sikapnya juga lembut, murah senyum, serta selalu mengayomi anak bimbingannya dengan baik.

"Kriz." Gadis itu masih berjalan di depan tanpa menoleh ke belakang.

"Hm, iya, Kak??"

"Nanti jangan sampe ketiduran lagi, ya!"

"Oh heheheh iyaa! Semalem tidur aku cukup, kok!"

Thea tersenyum lalu kini membalikkan badannya menghadap Krizzia. Kedua tangannya berada di dalam saku, namun itu tidaklah membuat ia terlihat angkuh. "Kalo dirasa udah ngantuk, mending kamu izin ke toilet dulu ya buat cuci muka. Soalnya mereka kalo udah marah gak main-main."

Kepalanya mengangguk. "Okay okay! Aman, Kak!"

"Kalo gitu, aku ke sana, ya." Tunjuknya pada pembimbing-pembimbing lain yang sedang duduk berkumpul.

"Iyaa, Kak!" Dilihatnya Thea yang kini berjalan menjauh. Rasanya, orang-orang seperti Thea-lah yang pantas menjadi panitia kedisiplinan demi kemajuan kegiatan mereka ini. Bukan yang kebiasaanya membentak, menggebrak, dan melotot. Maklum saja, pemikiran seperti ini normal terjadi di kalangan mahasiswa baru sepertinya.

Lantas, Krizzia pun gabung dengan teman-teman kelompoknya di sisi yang lain.








🎭🎭🎭










UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang