13

172 26 1
                                    

Saat ini jam menunjukkan pukul 2:10 PM, di mana Krizzia tengah duduk di kursi besi bawah pohon setelah kelasnya bubar 15 menit yang lalu.

Sebetulnya, tujuh menit lagi gadis itu masih harus menghadiri rapat club yang diikutinya. Namun entahlah, ia merasa malas sekarang. Padahal, jarak dari tempatnya duduk ke tempat rapat itu tidak begitu jauh.

Cukup lama dirinya memainkan ponsel di sana untuk membuang waktu, seorang gadis datang dan langsung duduk di sampingnya. "Lu selingkuh, ya?"

Sontak, Krizzia menoleh terkejut pada gadis itu. "Tiba-tiba banget, anjir?"

"Kemaren sore, gua liat lu lagi berduaan di cafe sama cewek. Gua gak tau kalian di situ dari kapan, tapi posisinya gua liat pas mau balik sama Nuga. Jadi gak sempet nyamperin."

Dengan mulut sedikit menganga, Krizzia merespon, "Ya ampun... Itu fitnah jatohnya loh, Kak."

"Ya ampun... Iya, kah???" Navy menutup mulutnya, berpura-pura merasa tak enak.

"Blok!! Semua aja cewek yang lagi bareng gua lu kira ada apaan!"

"Ya kalo cowok gak mungkin, kan?"

"Yaaa iya sih! Cuma lu duduk berdua sama temen cowok lu juga bukan berarti lu selingkuh, kan?? Heran ni manusia! Lu ngapain sih di sini lagian??" Wajahnya kembali masam karena memang sedari awal pun seperti itu.

"Loh? Ini kan masih lingkungan jurusan kita. Lu kata gua anak mana?"

"Gak gitu ya, anjer! Maksudnya ngapain lu tiba-tiba ada di deket gua? Gak jelas banget lagi tiba-tiba bahas selingkuh! Gak tau cara nyapa ya lu, hah??"

Alis Navy kini berkerut dalam. "Lu ngapa sih jadi sewot mulu sama gua? Mentang-mentang sekarang ada bekingan si Thea, jadi ngegas mulu. Kalo gua gas balik pun, gua gak bakal takut sama dia."

Krizzia menarik sudut bibirnya malas. "Ini hari pertama gua, gak usah cari ribut sama cewek PMS." Kembali dimainkan ponsel miliknya itu.

"Lah sama. Kenapa? Mau adu ulti?"

Berdecak, Krizzia pun tidak membalas kembali gadis itu.

Lantaran kesal akan hari kemarin di mana dirinya melihat Navy dan Nuga pacaran, mendapati gadis itu kini di sampingnya, semakin membuat ia kesal. Ditambah pertanyaan tiba-tiba yang Navy layangkan tadi, membuat dirinya semakin memanas. Bertepatan sekali cuaca pun sedang panas-panasnya.

"Gua mah baik, Kriz. Gak tega, lu masih skin 1."

"Diem, benga."

Diam sejenak, Navy pun kembali bersuara. "Kenapa dah akhir-akhir ini jarang nongkrong di minimarket biasa?"

"Males manjat tembok."

"Gak nge-date sama Thea emang?"

"Lu liat aja dia jadi budak sekre. Dari pagi juga belum ngabarin hari ini."

Dengan mulut membentuk O, Navy manggut-manggut. "Pantes gua samperin muka lu dah lecek."

"Biasa aja."

"Sebat mau sebat?"

"Gak."

"Ngopi?"

"Gak."

"Terus, caranya biar lu gak bete lagi gimana sekarang?"

Pandangan yang semula menghadap ponsel, akhirnya ia tolehkan pada Navy. "Ngapain peduli?"

"Karena gua baik?"

Mendesis, Krizzia pun kembali mengabaikan gadis itu.

"Jangan bete gitu lah... Ayo jalan-jalan."

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang