3

366 43 6
                                    

"Gak juga sih..."

Sempat senang karena berpikir bahwa Thea memang menceritakan dirinya pada gadis ini, tiba-tiba rautnya langsung berubah malas. "Jujur aja deh. Aku emang gak sengaja liat kalian di coffee shop lagi pada ngumpul. Itu kejadiannya setelah aku papasan sama Kakak di kampus, makanya aku langsung nyimpulin kalo kalian emang temenan. Jadi, gimana cara Kakak tau nama aku?" Ya, jika fakta ini disebut pun sebetulnya tidak akan membuat ia rugi. Mungkin sedikit malu saja.

"Ya dari Thea."

"???" Kembali menampilkan raut bingung nan terkejut, Krizzia pun mencondongkan tubuhnya.

"Gua yang nanya kok gara-gara waktu itu kita papasan di toilet. Gua inget lu pake pita ijo, makanya langsung mastiin ke dia apa anak didiknya lagi izin keluar." Sedikit berbohong memang. Namun, Navy sendiri tidak ingin gadis di depannya ini tahu bahwa temannya itu memang mengincar dia. Biarlah Thea yang melakukannya sendiri.

"Oohhh..." Baiklah, sekarang semuanya jadi masuk di akal Krizzia. Sedikit kecewa memang, tapi ia memang tidak berekspektasi tinggi soal itu. Ia pun kembali mengambil kripik di atas meja, lalu memakannya. "Mau, Kak?"

Navy menggeleng sembari membuka botol kopi yang tadi dibelinya.

"Btw, mau kenalan, dong! Nama Kakak siapa?" Kesempatan ini akhirnya bisa ia ambil. Entah Thea maupun teman-temannya itu, mereka semua memiliki paras rupawan dan itulah yang membuat Krizzia tertarik. Jika tidak mendapat Thea, gadis di depannya ini juga tak apa.

"Navy."

"Navy? Navy like color?"

"Yup, like color."

"Suka warna navy, kah?"

"Nggak juga. Gua suka abu."

"Kenapa namanya gak Gray aja?"

"Kenapa gak nanya mak bapak gua aja?"

Tak menjawab, Krizzia pun hanya bisa nyengir.

"Lu ngapain ada di luar semalem ini? Mana bajunya kayak habis ada event." Navy merogoh saku jeans dengan mengambil kardus kecil dari dalam sana. "Udah jam tiga." Ucapnya sembari mengapit sebatang rokok di mulutnya.

"Habis main sama temen tadi." Melihat Navy yang seolah mencari sesuatu di saku jeans dan juga jaketnya, Krizzia pun lantas merogoh sakunya sendiri dan mengeluarkan benda yang dibutuhkan kakak tingkatnya itu.

Tclak!

Api yang timbul dari sebuah korek miliknya, ia arahkan pada rokok di mulut Navy. "Kost aku ditutup jam 10, makanya gak bisa pulang. Mau balik ke kost temen, udah keburu jauh."

Dengan raut bingung, Navy menelungkupkan tangannya untuk menjaga api itu tetap menyala. Lalu, ia pun menghisap perlahan rokok miliknya. "Thanks. Sebat juga lu bawa korek gini?"

Enggan menjawab, Krizzia lebih memilih meminum kembali softdrink-nya.

"Nih." Di detik berikutnya, Navy menyodorkan kotak rokok miliknya pada Krizzia, mempersilahkan gadis itu untuk mengambilnya.

Dengan pandangan terarah pada benda itu, sesekali Krizzia menatap Navy, memastikan bahwa gadis itu sungguh-sungguh menawarinya, bukan bercanda.

"Just take it. Santai aja."

Ragu tapi pasti, tangannya pun mulai terangkat dan mengambil satu batang dari dalam sana. "Gak apa-apa?"

"Uhum." Jawabnya sembari menaruh kotak itu ke atas meja. "Ambil aja lagi kalo mau."

"Thanks, Kak." Lantas, ia pun ikut menyalakan benda tersebut dengan perasaan yang mulai tenang.

"Terus lu mau diem di sini sampe terang? Dibuka jam berapa kosannya?"

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang