9

163 31 0
                                    

"Kriz, udah dibuang?"

Krizzia langsung menjauhi ranjang dan berbalik menghadap toilet di mana Indy baru saja keluar.

"Belum, ini mau." Lantas, ia pun berjalan keluar kamar dan menaruh kresek itu ke dalam tong besar dekat tangga, di mana seluruh penghuni kost lantai dua membuang sampahnya di sana.

"Langsung cuci tangan, ya. Kecoanya emang gak bersentuhan langsung sama tangan lu. Tapi tetep aja kotor."

"Pasti lah. Udah, kan? Gua mau lanjut tidur lagi."

Indy yang kini berdiri di ambang pintu, berjalan mengikuti Krizzia yang hendak kembali ke kamarnya. "Gua bayarnya pake apa, ya? Soalnya lu udah bantu gua banget ini. Antara hidup dan mati."

"Ha! Lebay lu. Gak usah bayar lah, gua bukan tukang wc. Lagian katanya lu kebelet."

"Gak tau, anjir. Pas liatin lu nangkep kecoa, mules gua berubah tegang. Paling tunggu bentaran dulu. Yaudah kalo lu mau lanjut tidur. Sorry ya gua ganggu tadi."

Ditatapnya Indy dari atas sampai bawah dengan singkat. Ia tak bisa membayangkan bahwa gadis di depannya ini melakukan hal itu. Dari penampilan, Indy nampak selalu bersih. Tak ada tanda-tanda bahwa gadis itu seorang yang suka keluar malam dan bermain dengan lelaki.

Namun, siapa yang tahu dibalik itu sikap dan penampilan tidak menjamin apapun? Di kota besar seperti ini, memang kita tidak bisa menebak orang hanya dengan sepintas.

"Kenapa, Kriz?"

"Enggak. Gua ngantuk."

"Yaudah gih masuk. Thanks again!"















🎭🎭🎭















Kantin kampus nampak cukup ramai siang ini. Krizzia yang datang seorang diri, sempat kebingungan lantaran tidak ada teman untuk berdiskusi mau makan apa.

Ketika matanya menjelajahi tempat itu dan berharap bisa menemukan teman di sana, Krizzia tak sengaja menangkap sosok gadis berambut diikat setengah dengan outer kemeja abu-abu yang sedang makan sendirian.

Tak berpikir lama, segera saja Krizzia hampiri gadis yang tak lain adalah kakak tingkatnya itu, Navy. Dengan wajah sumringah, ia berjalan cepat hendak mengejutkan gadis itu.

Namun belum sempat dirinya sampai di sana, seorang lelaki datang sembari merangkul dan duduk tepat di sampingnya. Mereka tertawa, nampak bahagia ketika sesekali saling menyuapi.

Di tempatnya, Krizzia hanya mematung. Jelas saja niatnya menghampiri Navy di sana langsung urung. Beralihlah pandangannya ke arah sisi lain dan kembali tak sengaja mendapati seorang gadis tengah makan.

Langsung saja ia hampiri gadis itu dengan senyuman yang coba ia layangkan. "Halo, Kak."

"Eh? Hai!" Walau acara makannya terinterupesi, Thea tetap tersenyum senang menyambut kehadiran gadis itu. "Duduk, Kriz. Mau beli makan atau baru selesai?"

Krizzia menghela napas sembari duduk di sana. "Mau beli." Teringat kembali dirinya percakapan mereka tempo hari di depan minimarket itu. Tapi, melihat Thea yang seolah sudah tidak peduli, ia pun lantas mencoba biasa saja. "Kenapa sendirian, Kak? Tuh di sana ada Kak Navy padahal."

Kepalanya menoleh melihat ke arah sang teman yang masih asyik berdua dengan kekasihnya itu. "Don't you see? Kita emang ke sini bareng. Tapi dia mau ketemu pacarnya itu, makanya kita pisah meja."

"Kenapa gak barengan aja?"

"Males jadi nyamuk aku."

Krizzia mendengus geli.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang