Percakapan semalam dengan Navy, cukup mengusiknya. Krizzia hampir tidak bisa tidur semalaman memikirkan itu dan berujung terlambat memasuki kelas pagi hari ini. Untunglah dosen yang mengajar tidak menyuruhnya keluar karena masuk 15 menit saat kelas sudah dimulai.
Dengan pulpen yang ia putar-putar ditemani oleh suara dosen yang menggema dalam kelas, Krizzia akhirnya mengambil keputusan karena semalam ia hanya bisa menjawab pertanyaan Navy dengan ketidaktahuan.
Ia sudah tahu akun bicara apa Thea.
🎭🎭🎭
Kelas sudah bubar sejak lima menit yang lalu. Kini, Krizzia tengah duduk di kursi besi depan kelas dengan ponsel yang ia genggam.
"Cari makan, yok! Gua belum sarapan." Suara lelaki yang menjadi teman satu kelasnya itu terdengar dari samping ia duduk.
"Lu aja. Gua lagi ada urusan dulu."
"Yakin? Ini di grup anak-anak ngajak makan di warteg deket lampu merah itu."
Tempat makan tersebut memang menjadi salah satu tempat favorit bagi para mahasiswa di sana untuk makan, termasuk Krizzia. Selain harganya murah dan tempatnya yang bersih serta luas, warteg itu juga berada dalam posisi strategis. Walaupun dari depan berhadapan dengan jalan raya, namun kursi meja paling belakang bangunan itu menghadap pepohonan rindang dengan semilir angin yang cukup sejuk.
Sebetulnya, tadi pagi Krizzia belum sempat sarapan. Namun jika menerima ajakan temannya itu, ia tidak bisa untuk saat ini. Pasalnya, satu pesan yang berisi ajakan bertemu untuk Thea, sudah terkirim sedari tadi.
"Kalo masih keburu, tar gua nyusul aja. Serius, ada urusan dulu."
"Oh yaudah. Bilang dulu aja kalo mau nyusul. Takutnya tar kita udah pada balik. Jangan lama makanya."
"Iya dah iyaa."
Bertepatan lelaki itu pergi dari hadapannya, getaran singkat dari ponsel pun muncul dan segera ia buka.
Kak Thea
"Aku ada di fakultas, Kriz. Kamu mau ke sini atau aku jemput?"
"Aku aja yang ke sana."
"Okay. I'll wait."
Menghela napas, Krizzia pun lantas meninggalkan tempat duduknya dan pergi ke tempat di mana Thea berada.
...
"Tuh dateng tuh!" Seru seorang lelaki menepuk pundak Thea, memberi tahunya bahwa orang yang katanya gadis itu tunggu tengah berjalan ke arah sini seolah mencari dirinya.
Thea yang sedang memasukkan beberapa lembar kertas ke dalam map, langsung berbalik melihat ke arah Krizzia di sana. Kemudian, ia pun memberikan map itu pada temannya yang menepuk pundak tadi. "Nanti telepon lagi aja, ya. Gua cabut dulu."
Beberapa orang yang bersamanya itu mengangguk dan membiarkan Thea menghampiri Krizzia yang sekarang nampak hendak membuka ponsel.
"Hey!"
Pandangannya teralih, membuat ia urung untuk menelepon orang yang ternyata sudah berdiri di hadapannya saat ini.
Mendadak, jantung berpacu lebih cepat kala Thea tersenyum menatapnya.
"Ayo kita cari tempat duduk di luar."
Mengangguk, Krizzia pun mengikuti langkah gadis jangkung itu menuju tempat yang di maksud.