8

216 30 0
                                    

Rambut panjang, wajah imut, tubuh pendek, suara melengking, dan polesan makeup kawaii yang ada di bayangannya tentang bagaimana pacar Navy, berbanding terbalik dengan manusia di hadapannya saat ini.

Sosok itu tinggi, berambut pendek, suaranya sangat berat, dan jelas saja, tanpa makeup. Dia bagaikan wujud Navy namun dalam bentuk yang lebih mendominasi. Karena pada dasarnya, pacar yang pernah disebut-sebut gadis itu, serta orang-orang di sekitarnya, memang seorang lelaki.

"Hai, gua Nuga." Tangannya terulur, meminta Krizzia untuk menjabatnya.

Ditatapnya tangan kekar itu selama beberapa detik. "...Kriz." Balasnya sebagai formalitas.

"Eh kamu tau gak? Akun yang kamu remove pas follow aku waktu itu tu akun dia. Minta maaf sana."

Lelaki itu terkejut. "Wah??? Duh sorry, Kriz. Waktu itu gua remove karena ngira itu akun cowok yang mau deketin Navy. Soalnya, isinya foto-foto motor sama outfit boyish setengah badan tanpa ada muka. Makin yakin gua kalo itu akun cowok."

Krizzia tersenyum tipis. "Ohh, I see..." Jadi, lelaki itu akan lebih menerima jika orang yang mengikuti akun kekasihnya itu adalah gadis cantik dengan penampilan girly karena merasa tersaingi akan dirinya yang dikira seorang lelaki sama sepertinya?

Apapun itu, yang jelas kini Krizzia merasa kecewa. Entah apa haknya, tapi ia sakit hati. Terlebih, fakta yang baru diterimanya saat ini, cukup absurd ia rasa.

"Gua...cabut dulu ya kalo gitu." Langkahnya hendak meninggalkan tempat itu. Namun, ia kembali seolah belum selesai akan ucapannya. "Kak, gua mendadak sakit perut ini. Jadi gak janji bisa nyampe tengah malem."

"Tiba-tiba??"

Krizzia mengangguk sebagai jawaban sembari memegangi perutnya sambil setengah meringis.

"Jadi mau balik sekarang apa gimana?"

"Gak tau... Yang penting gua ke sana dulu, duduk. Udah, ya." Segera saja ia berlari kembali pada tempat di mana teman-temannya berada.

"What take you so long??"

Ditatapnya Nayara dengan tangan masih memegang perut. "Gua mules." Ia tak bohong soal itu. Entah mengapa, kejadian tadi memberi efek tak bagus pada tubuhnya sehingga menyebabkan perutnya melilit secara tiba-tiba. Bukan sekali dua kali juga gadis itu merasakan hal demikian saat degup jantungnya berdetak lebih kencang ataupun panik.

"Gara-gara kopi kali?"

Kepalanya menggeleng. "Bukan..." Menarik napas dalam, Krizzia coba untuk tidak pedulikan hal itu. "Ini situasi apa, anjir?" Pekiknya pelan.

"Hey."

Kepala yang tengah menunduk karena menahan rasa tak enak di perutnya, kini sedikit menengadah saat seorang gadis tiba-tiba berdiri di sampingnya.

"You okay?? Mau pulang aja gak?"

Dengan raut heran karena Navy yang kini berada di sana sembari memegangi bahunya khawatir, Krizzia pun menggeleng. "Bentar lagi juga ilang."

Hal itu tentu menimbulkan perhatian dari teman-teman di sekitarnya yang ikut khawatir dan juga terkejut akan siapa yang tengah berada di antara mereka. Tentu, perasaan bingung pun mereka rasakan lantaran Navy yang seolah mengenal Krizzia.

"Mending pulang aja dah. Gua anter, ya?"

"Apasih? Gak usah." Rautnya kesal menatap Navy di sana. "Lu bentar lagi juga kan naik. Udah, sana."

Navy mendengus, lalu mengeluarkan ponselnya saat benda tersebut bergetar.

'Ayo prepare buat next perform.'

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang