8. Kelepasan ⚠️

3.1K 47 5
                                    

Jam telah menunjukkan pukul sebelas malam, Azka terburu-buru masuk ke dalam rumahnya karena takut Alana akan cemas seperti kemarin lagi. Pemuda itu langsung melepas sepatunya dan menaruh sembarangan di rak sepatu.

Saking terburu-burunya, dia bahkan tidak peduli bawah sebelah sepatunya terjatuh dan tidak berada di tempatnya. Yang ia pikirkan hanyalah kondisi Alana.

Sebenarnya, Azka hendak memberikan kabar bahwa hari ini dia pulang larut malam sedikit, tetapi karena ia tidak bisa mengabari adiknya karena ponselnya tanpa sadar kehabisan saya baterai.

“Alana!” panggil pemuda itu dengan mata yang menjelajahi seluruh ruangan tamu dan sekitarnya. Namun, panggilan itu tidak dijawab gadis itu sama sekali dan membuat Azka lebih khawatir lagi.

Namun, kekhawatiranya tidak berlangsung lama saat ia melihat gadis cantik itu terbaring di kursi ruang tamu dengan kondisi tertidur lelap. Sungguh, pemandangan itu membuat hati Azka sedikit lega.

Pemuda itu mulai melangkah perlahan sambil melepas kancing kemejanya yang paling atas beserta long coat. Cuaca hari ini cukup panas meskipun sedang berada di bulan September.

Alana terlelap di kasur sambil membatalkan tangannya dengan kaki yng sedikit menekuk di antara perutnya. Tampaknya, gadis itu kelelahan dan akhirnya memilih tidur di sana sembari menunggu kedatangan Azka.

Azka segera berjongkok di samping sofa sambil menatap wajah adiknya yang tengah tertidur. Tangannya tanpa sadar menyentuh pipi lembut gadis itu. “Alana, tidur di kamarnya saja, yuk?” ucap pemuda itu sambil berusaha membangunkan orang yang di hadapannya.

Tampaknya Alana tidak bangun, dia hanya mengubah posisi sedikit, hingga tanpa sadar baju yang ia pakai sedikit tersingkap di sekitar perut.

Azka tidak bisa mengalihkan pandangannya ke arah perut mulus Alana itu. Dia merasa gugup, napasnya mulai terasa berat. Timbul perasaan ingin menyentuh atau menutupi pemandangan sensual itu menjadi satu.

Perang batin dirinya mulai berkelahi satu sama lain. Antara pemikiran iblis dan malaikat siapa yang akan menang?

Namun, sayangnya kali ini pemikiran iblis yang mengalahkan segala logika yang ada. Sehingga, tangan kekar itu mulai bergerak menjelajahi perut Alana secara perlahan dengan pandangan mata yang teralihkan ke arah bibir lembut sang gadis. Bagaimana bisa aku baru menyadarinya bahwa kau tumbuh secantik dan seindah ini?

Azka menelan ludah dengan kasar karena ia merasa dipermainkan oleh Alana yang tidur sangat lelap, persis seperti putri kisah dongeng. Apakah bibir itu sudah pernah dicium seseorang? Jika iya, aku akan mencari manusia itu dan membunuhnya dalam sekejap!

Alana tiba-tiba terbangun karena merasa seseorang menyentuh perut miliknya; sedikit terasa kasar dan dingin menjadi satu. Seketika, dia membuka mata sambil beberapa kali berkedip untuk memastikan pemandangan di hadapannya. “Kakak sudah pulang?” tanyanya sambil mengosok-gosok mata sekilas.

Azka bersyukur karena ia dengan cepat menarik tangannya dari perut sang adik dan mengurungkan niat untuk mencium bibir gadis itu. Ia segera bersikap normal sambil menambahkan senyuman ringan menghadap sang adik. “Iya, sudah. Sekarang kembali ke kamarmu dan tidur di sana....” pujuk sang kakak sambil mengusap pipi Alana sekilas.

“Gendong!” Alana memejamkan matanya lagi karena masih terasa berat. Dia hanya membentangkan kedua tangannya menghadap Azka.

Azka menghela napas panjang lalu beranjak berdiri dan menatap adiknya dengan wajah yang sedikit dibuat tegas. “You are not a child anymore!

“Gendong!” Alana memanyunkan bibirnya sambil tetap membentangkan kedua tangan menunggu Azka. “Kakak tidak mau mengendong Alana karena Alana gendut, 'kan? Malang benar nasibku....” Gadis itu bahkan meracau di tengah-tengah mata yang terpejam.

Azka berdecak saat melihat Alana hanya bertingkah manja di hadapannya. Namun, tetap saja ia tidak bisa menolak rengekan sang adik tercinta itu. “Hoopsie!” Dia langsung mengangkat tubuh gadis itu dalam sekali percobaan.

Alana hanya terkekeh saat berada di atas tubuh sang kakak dengan posisi seperti bayi koala yang menempel pada ibunya. Tangannya mulai melingkar di leher pemuda itu dengan kepala yang sudah bersandar sepenuhnya di saja. “Tidak berat, 'kan, ya?” ucapnya dengan nada yang lirih di dekat telinga Azka.

“Ssttttt....” Azka mulai berjalan dengan perlahan-lahan menuju ke kamar Alana. Dia berusaha menahan berat badan gadis itu sambil menompang kedua tangannya di bawah bokong Alana.

Akhirnya Azka sampai di depan pintu kamar Alana sambil mendorong dan memutar gagang pintu. Ia mulai melangkah masuk ke dalam sana dan meletakkan Alana secara perlahan di atas kasur.

Alana kembali terkekeh saat Azka menjatuhkannya di kasur. Dia berusaha tetap di gendongan pemuda itu sembari menahan tubuhnya agar tidak lepas dari tubuh sang kakak. “Ayolah, tidak lepas!”

Azka mengangkat satu alisnya, bingung apakah Alana tertidur atau hanya berpura-pura. “Hei, kamu mengingau atau sedang sadar, sih, Alana?” Mau tidak mau, pria muda itu harus menjatuhkan dirinya juga ke atas kasur agar gadis itu bisa berbaring. “Hupss!”

Alana sedikit terkejut karena goncangan keras pada kasur. Ia langsung memeluk erat tubuh Azka sesaat setelah membuka matanya, lalu mulai berkata dengan suara yang lirih. “Tidur di sini saja, ayo....” Setelah itu dia kembali memejamkan matanya.

Azka menghela napas panjang, lebih panjang dari biasanya. Ia hanya bisa merasakan hawa panas dari napas Alana karena jarak wajah mereka terlihat sangat dekat.

Alana akhirnya tertidur dengan kondisi tangan yang memeluk erat tubuh pemuda itu. Sungguh, dia tidak peduli apapun di dunia ini sekarang, melainkan tertidur sambil tersenyum dengan tipis.

“Alana, kamu sudah tidur?”

Tentu saja, Alana tidak menjawab karena ia sudah benar-benar terlelap. Ia hanya mengerakkan tubuhnya untuk mendekap Azka lebih erat. “Jangan pergi dari Alana, ya, Kak?” Dia hanya mengingau di sela-sela tidurnya.

Tanpa sadar Azka menyentuhkan jarinya ke bibir Alana dan akhirnya ia mencium bibir lembut itu sekilas karena tidak tahan dengan sentuhan napas hangat yang ia dapatkan dari Alana sekarang. Mungkin saja, kamu yang akan meninggalkanku nanti.

Dia kembali mencium Alana, tetapi di tempat yang berbeda yaitu di dahi gadis tersebut secara lembut dan dalam hitungan detik ia langsung melepas dekapan gadis itu dan pergi keluar dari kamar tersebut sambil menutup pintu secara perlahan dari luar.

.
.
.
.
.
.
.

Gah, pengen gadang ideku lagi ngalir cok.
Jangan lupa, komen dan votenya.

LUST/LOST CONTROL 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang