10. Kepergok 🔞

4.5K 35 3
                                    

Jangan lupa komen dan votenya, mek.

Selamat membaca!

“Apakah seniman memang berpenampilan seperti ini?” Jasmine tiba-tiba masuk ke dalam studio dan melihat Azka yang sedang santai di sofa miliknya.

Jasmine menghela napas panjang saat melihat seisi ruangan begitu kacau, termasuk juga perawakan pemiliknya yang sangat tidak teratur. Tidak ada yang benar-benar kelihatan bagus di sana, selain lukisan besar yang sedang dikerjakan oleh Azka.

Azka menoleh ke arah pintu masuk dengan wajah tanpa ekspresi. Ia begitu malas untuk menjawab ucapan Jasmine.

Jasmine melepas long coat-nya lalu menaruhnya di lengannya sendiri saat berdiri menatap Azka. “Aku tahu dari ayah kalau kamu akan mengadakan pameran di London dan sekarang sibuk dengan project itu, 'kan?”

Azka tidak menatap Jasmine sama-sekali. “Apa pedulimu? Bukannya kita tidak ada urusan lagi?” ucapnya di sela-sela menyalakan puntungan rokok berikutnya. “Apakah tidak ada yang mengisi lubangmu akhir-akhir ini maka itu kamu ngotot bertemu denganku?”

Pria bajingan.... Jasmine merasa tersinggung saat Azka terus meremehkan dirinya. “Ayolah, kamu membuangku setelah mendapatkan semuanya? Jangan lupa, aku yang membantumu agar ayah mau mau jadi donatur waktu zaman kamu merintis karier dulu. Ingat itu....” Dia menunjuk Azka dengan jari telunjuknya yang lentik.

Azka meniup asap rokoknya yang mulai melayang di udara, lalu melepas benda itu dari mulutnya sekilas untuk berbicara, “Lalu apa maumu? Aku benar-benar sudah tidak ingin kita berhubungan secara fisik atau apapun itu. Berhentilah menemuiku!”

“Bukannya kamu membutuhkanku juga?” Jasmine langsung tertawa terbahak-bahak saat mendengar Azka yang bertingkah seperti mahluk suci yang pernah ada. “Aku tahu kamu sedang mengalami prustasi seksual, 'kan?” tanyanya sambil menatap lekat ke arah Azka.

Jasmine sudah kenal betul dengan tingkah Azka. Pria itu akan terlihat seperti orang depresi jika tidak melakukan seks. Tidak ada benda lain yang bisa membuatnya stress selain hal satu itu dan tentu saja itu akan menganggu aktivitasnya dalam bekerja.

“Padahal aku menawarkan diri untuk membantumu.” Tanpa banyak bicara,Jasmine langsung duduk di pangkuan Azka, lalu mengalungkan kedua tangannya ke leher pria itu. “Kamu tidak berniat mencari pengantiku, 'kan? Makanya, terlihat seperti ini? Apa jangan-jangan tidak ada satu wanita pun yang membuatmu puas?” Wanita itu menutup mulutnya dengan satu tangan seolah-olah terkejut. “Oups!”

Azka menatap wajah Jasmine yang berjarak tak jauh dari wajahnya dengan sinis. Dia hanya membiarkan wanita itu di atas pahanya dan bersikap cuek.

Jasmine mulai menyentuh perlahan rahang maskulin Azka dengan jari-jemarinya secara perlahan. “Apa kamu ingin pameranmu di London gagal hanya karena prustasi seksual yang tak tersalurkan? Hm?” goda wanita itu ketika menyentuh dagu milik Azka.

Azka sedikit terpancing dengan ucapan Jasmine lalu meremas kuat pinggang wanita itu yang masih berada dipangkuan.

“Ah....” Jasmine sengaja mengeluarkan erangan sekilas, lalu tersenyum nakal. Seketika ia menangkup perlahan wajah Azka untuk menciumnya. “Mau, 'kan, Ganteng?”

Azka langsung mendekatkan bibirnya, lalu menempelkannya secara cepat ke bibir ilok wanita itu.

“Ummmh....”Jasmine merasa godaannya berhasil, dia memeluk erat leher Azka sambil membalas ciuman Azka secara cepat.

Tiba-tiba terdengar sebuah benda jatuh dari luar studio yang membuat Azka yang sedang terbawa suasana tadi langsung melepaskan ciuman panas mereka, lalu memandang ke tempat yang terdengar ribut itu.

“Kenapa?” Jasmine ikut memandang ke arah suara itu berasal itu juga.

Beberapa jam sebelumnya, ketika matahari masih bersinar terang di arah pojok timur.

“Apakah kakak makan dengan baik di sana? Aku khawatir dia hanya makan makanan instan.” Alana berkutat dengan lamunannya di dapur. Tanpa sadar, roti tawar yang ia olesi selai melebihi batasnya dan melember kemana-mana. “Oh, astaga!”

Dengan cepat Alana menahan selai itu dan memasukannya ke dalam piring lagi. Seketika ia berpikir untuk mengantarkan sarapan ke kakaknya yang masih sibuk berkurat dengan project-nya di studio itu. Sekalian, buang rasa kangen. Sudah seminggu lebih aku tidak melihat wajahnya.... baiklah, aku akan mengantarkan makan siang kepadanya hari ini!

Setelah selesai dari kampus, Alana kembali ke rumah hanya untuk membuatkan makan siang untuk kakaknya. Ia mulai memasukannya semua makanan itu di dalam bekal dan menutupnya dengan baik, tidak lupa juga air minum yang susah ia siapkan dengan baik di dalam botol.

Alana pergi ke sana mengunakan grab. Perasaan senang menyelimuti hatinya saat berhasil sampai di gedung studio milik kakaknya itu. “Dia di gedung lantai empat, 'kan, ya?”

Alana menekan tombol angka di lift dan sudah siap dengan bekal yang di tangannya. Sedikit gugup karena ini adalah pertama kalinya ia pergi lagi ke studio kakaknya yang baru.

Setelah lift terbuka, Alana mulai menjejakkan kakinya secara perlahan, lalu menuju ke arah ruangan studio pribadi yang sudah di sewa Azka untuk mengerjakan project-project-nya di Indonesia itu.

Alana mulai berisi di depan pintu masuk studio Azka dan hendak mengentuknya. Namun, ternyata pintu itu tidak terkunci dan terbuka setengah.

Alana hendak mengucapkan sesuatu di depan pintu itu untuk memanggil kakaknya, tetapi tidak jadi karena ada suatu pemandangan yang membuatnya cukup shock.

Azka dan Jasmine berciuman panas di sana.

Alana menahan napas lalu menutup mulut dengan rapat dan tanpa sadar bergerak mundur di sana. Saking terkejutnya, dia bahkan menabrak tong sampah yang berada tak jauh dari situ. Sungguh, ia tidak bisa melakukan apapun selain membawa bekal makanannya kembali sambil berlari meninggalkan tempat itu.

Kamu melakukan projek atau bermesraan diam-diam dengan Jasmine? Katanya, kamu tidak punya hubungan apapun dengan wanita itu? Kakak berbohong padaku!

Alana hendak menangis saat melihatnya. Ia mulai membayangkan hal aneh-aneh ketika di perjalanan pulang, bahkan tanpa sadar airmatanya mulai menetes secara perlahan.

“Apa kamu baik-baik saja, Nona?” tanya supir grab yang dipesan Alana untuk pulang. Dia memerhatikan gerak gerik gadis itu lewat kaca spion mobil.

Alana mengusap airmatanya secara cepat lalu tersenyum ringan seperti tidak terjadi, apa-apa. “Mata saya kemasukan debu, Pak.”

Aku sudah bilang padamu kalau tidak suka wanita itu, Kak!

.
.
.
.
.
.
.

LUST/LOST CONTROL 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang