11 | A Familiar Breeze

3K 306 11
                                    

Hari ini Coach Simmons melatih tim basketnya lebih keras sebagai kompensasi karena ia tidak bisa datang di latihan sebelumnya. River berusaha menstabilkan napas sambil mengusap keringat yang mengucur di wajah dengan handuk yang ia bawa. Untung saja, latihan sudah berakhir. Kalau mereka masih lanjut berlatih, River yakin dirinya akan tumbang sesampainya di rumah.

"Kerja bagus untuk hari ini," puji Coach Simmons. "Mohon pertahankan sebelum kita masuk liga nasional di musim semi besok."

"Coach, apakah kau akan datang untuk pertandingan dengan Norton Prep minggu depan?" tanya River.

"Hari Selasa, ya?" tanya Coach Simmons. River mengangguk. "Seharusnya aku bisa saja. Kalaupun ternyata aku berhalangan, kalian tidak perlu khawatir. Norton Preparatory memiliki peringkat jauh di bawah kita pada liga tahun lalu. Aku yakin pertandingan besok akan mudah."

"Bagaimana jika mereka sudah lebih baik dari sebelumnya?" celetuk Anthony.

"Maka itu tantangan yang tidak terduga untuk kalian. Tantangan itu bagus, terutama untuk bahan latihan sebelum liga nasional. Ada pertanyaan lagi?"

"Tidak, Coach!"

"Baiklah. Kalian boleh pulang."

Kemudian, sebagian besar termasuk River langsung bergerak menuju ruang loker laki-laki. Beberapa masih tetap duduk dan mengobrol atau menghampiri pacar mereka di kursi penonton. River sampai hafal mereka. Anna, Leticia, dan Gemma. Tiga cewek yang bersahabat dan memiliki pacar dari tim basket. Lebih tepatnya, hanya Anna dan Leticia, sih. River tidak tahu kenapa Gemma selalu ikut menonton, tapi itu bukan urusannya.

Melihat mereka, River membayangkan andaikata Lyra juga bergabung dan menonton latihan basket. River sendiri senang jika Lyra suatu hari melakukan itu, tetapi sepertinya Lyra bukan tipikal yang akan betah duduk diam dan hanya menonton latihan saja. River juga tidak ingin membuatnya kehilangan waktu untuk melakukan sesuatu yang lebih penting.

Langkah River menuju ruang loker pun menjadi sedikit lebih cepat. Ia ingin tahu apakah ada pesan dari Lyra selama handphone-nya dimatikan karena sedang berlatih. River menyelinap di antara rekan-rekan tim yang mengobrol hingga akhirnya sampai di depan lokernya. Begitu lokernya terbuka, ia langsung mengambil handphone dan duduk di bangku.

Lyra Stirling

Kau masih latihan?

Pesan tersebut dikirim lima belas menit yang lalu. Mereka tidak berjanji untuk bertemu lagi setelah menyelesaikan kegiatan masing-masing, tapi River berniat untuk mengantar Lyra pulang. Di sisi lain, ia belum tahu apakah Lyra pulang bersama temannya atau dijemput. Karena takut pesannya tidak langsung dibaca, River pun nekat menelponnya.

River mengetukkan kakinya ke lantai, sedikit gugup menunggu Lyra mengangkat. Mereka baru mulai bertukar nomor kemarin, dan River tidak ingin memberikan kesan gegabah. Tak semua orang suka ditelepon mendadak, dan River berharap Lyra akan mengangkatnya tanpa mendapatkan kesan buruk.

"River? Ada apa?"

Nada khawatir dari Lyra di ujung telepon menorehkan senyum kecil di wajah River. "Tidak apa-apa, kok. Aku meneleponmu karena takut pesanku tidak terbaca barangkali kau sudah di jalan pulang."

"Aku baru akan keluar dari perpustakaan. Kau sudah selesai latihan?"

"Latihanku baru selesai. Kau langsung pulang?"

"Sepertinya iya, tergantung apakah Marie langsung pulang atau masih ada urusan. Aku pulang dengan dia."

"Kau tidak dijemput?"

"Orang tuaku sudah berangkat ke Miami untuk pekerjaan mereka. Aku biasanya naik bus, tapi ini sudah cukup sore. Jadi Marie menawarkan untuk diantar bersama dengan supirnya."

A Feather AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang