24 | A Rocky Road

1.6K 155 7
                                    

River seharusnya tahu bahwa menjalin hubungan romansa tidak akan selalu mulus, terlebih lagi bagi seseorang di kalangannya. Ia tidak menyangka Gemma akan mengusiknya di pagi hari, memintanya untuk putus dengan Lyra. Menurut Gemma, kebangkrutan bisnis ayahnya bisa diselamatkan jika dirinya dijodohkan dengan keluarga Monroe. Mengingat omongan cewek aneh itu tadi pagi membuat River ingin tertawa. Memangnya dia pikir dia siapa?

Di keluarga lain, mungkin saja perjodohan memang bisa menjadi solusi untuk masalah kebangkrutan. Namun, keluarga Monroe tidak mempercayai cara tersebut. River tahu sejarah buyutnya yang membangun Monroe Pharmaceuticals dengan kerja keras sendiri. Investor, rekan kerja, semua didapatkan dari kepiawaian mereka baik dalam ilmu biokimia maupun bisnis. Relasi dengan keluarga Monroe tidak bisa terbentuk semudah dengan perjodohan.

Entah siapa yang memberi doktrin pada Gemma bahwa perjodohan dengan keluarga kaya akan mengubah hidupnya. Itu pemikiran yang konyol. Walaupun begitu, River juga kasihan. Bukan salah Gemma kalau bisnis keluarganya bangkrut. Di sisi lain, bukan tanggung jawab River untuk membantu cewek itu.

River harap ia berhasil menghentikan Gemma. Kalimatnya tadi memang kejam, tapi di saat yang bersamaan juga fakta yang perlu diutarakan. Kalau River tidak bersikap tegas, orang-orang seperti Gemma akan terus memaksakan diri demi mendapatkan apa yang mereka pikir mereka layak untuk dapatkan. River tidak ingin hubungannya dengan Lyra diganggu oleh hal sepele seperti ini.

Dalam seketika, mengingat Lyra menghapus rasa kesal dalam diri River. Selama ada Lyra, River merasa bahwa ia bisa menghadapi apapun di dunia ini. Barangkali ini efek jatuh cinta yang sering dikatakan orang-orang. Ketika penuh dengan rasa cinta, rasanya River tidak membutuhkan yang lain.

River mengembuskan napas. Ia tidak ingin menjadi laki-laki yang dibutakan oleh cinta, tetapi sulit untuk tidak jatuh cinta semakin dalam dengan Lyra setiap harinya. Melihat jam tangannya, lima menit lagi kelas akan berakhir. Bel pulang akan berbunyi, dan River bisa langsung menghampiri Lyra.

"Waktu kita tinggal lima menit, jadi tolong rapikan peralatan yang kalian gunakan," ujar Mr. Barlow. "Jika ada lagi pipet atau tabung kaca yang pecah, tolong langsung menghadap ke saya sebelum pulang."

Seisi kelas reflek melirik pada Anthony yang tadi sempat menjatuhkan pipet. River hanya menggelengkan kepala pelan, lalu lanjut merapikan barang-barang yang digunakan oleh kelompoknya. Kelas biologi hari ini adalah penelitian di laboratorium.

"Siapa yang akan menulis laporan praktikum?" tanya Zoe, teman kelompok River.

"Bukankah tadi Mr. Barlow meminta setiap orang untuk mengerjakan laporan secara individu?" tukas Kyle.

"Ah, iya. Kalau begitu, jangan lupa kirimkan foto-foto dan catatan penelitian kita."

"Nanti aku kirimkan kalau sudah di rumah," ucap River sambil melepas sarung tangan latex, yang kemudian ia buang ke tempat sampah.

Tidak terasa, bel pulang berbunyi. River cepat-cepat melipat jas lab putihnya ke dalam tas, lalu menunggu aba-aba dari Mr. Barlow sebelum keluar. Lyra akan dijemput oleh ayahnya, jadi mereka tidak punya waktu banyak untuk mengobrol setelah ini.

"Laporan dikumpulkan minggu depan. Selain Anthony, kalian boleh langsung pulang."

River menoleh ke Anthony, dan temannya itu meminta untuk ditunggu. Walau berharap bisa langsung bertemu Lyra, River rasa tidak masalah kalau ia menunggu Anthony sebentar. Lagipula, mereka juga akan latihan basket setelah ini.

"Sampai jumpa," pamit Kyle.

"Sampai jumpa juga." Zoe mengikuti.

Meskipun River tidak berteman dekat dengan mereka, kerja sama kelompok ini terbilang bagus. Laporan praktikum mereka selalu mendapat nilai A, dan tidak ada yang menyusahkan dalam bekerja.

A Feather AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang