River jarang mengantuk saat pelajaran, tetapi mengingat betapa larutnya ia tidur semalam, wajar jika matanya sekarang terasa berat. Ia mengerjapkan mata, berusaha tetap fokus pada Professor Collins yang sedang menjelaskan tentang bagaimana sebuah bintang di angkasa bisa mati setelah periode waktu tertentu. Di bawah meja, River meregangkan jemarinya. Ini tidak hanya untuk mengurangi rasa kantuk, tapi ia juga berusaha menghilangkan rasa pegal-pegal yang tak kunjung hilang.
Sebagai pemula dengan jari besar, merajut bukan hal yang mudah bagi River. Beberapa hari belakangan ini, ia berusaha keras mengikuti panduan merajut tangkai bunga di YouTube untuk membuat buket yang bisa Lyra simpan tanpa khawatir akan layu. River ingin memberikan sesuatu yang berkesan, walau memang rajutannya masih belum sempurna. Sekarang buket bunga rajut buatan River sedang duduk manis di mobil, menunggu untuk diberikan kepada pemilik seharusnya sepulang sekolah nanti.
"Siapa yang tahu apa yang akan terjadi setelah bintang mati?" tanya Professor Collins setelah selesai menjelaskan.
River mengangkat tangan. Ia sudah membaca materinya terlebih dahulu semalam. Selain itu, ia juga pernah mempelajari ini untuk cerdas cermat tahun lalu. Begitu Professor Collins menganggukkan kepalanya, River pun menjawab. "Bintang yang mati akan menciptakan sebuah ledakan supernova. Ini disebabkan oleh inti besi yang sebelumnya sudah anda jelaskan. Elemen yang sebelumnya diproduksi oleh bintang pun masuk ke inti besi tersebut hingga memadat menjadi bola neutron. Bola neutron-lah yang nanti akan memicu ledakan supernova itu."
Professor Collins membenarkan kacamatanya dan tersenyum. "Kau sudah mempelajari ini, ya?" tanyanya.
"Saya pernah belajar tentang bintang untuk cerdas cermat tahun lalu."
"Ah, iya. Kalau tidak salah, timmu pulang dengan medali emas, ya?"
"Benar, Professor."
"Kenapa kau tidak ikut tim olimpiade lagi tahun ini? Padahal kali ini saya yang menjadi pembimbingnya."
River mengangkat kedua bahu. "Saya rasa medali emas sudah cukup memuaskan."
"Baiklah." Professor Collins mengangguk, walau berdasarkan ekspresinya, dia belum puas dengan jawaban River. "Mari kita lanjut kepada ledakan supernova."
Bukannya River sombong, tapi meraih medali emas dalam sebuah lomba itu bagai meraih puncak gunung. River tidak ingin menaiki puncak gunung yang sama dua kali, jadi ia memilih untuk menyudahi keanggotaannya di tim olimpiade dan memutuskan untuk serius di basket. Walau kadang-kadang rindu, River rasa ini adalah keputusan terbaik baginya.
Setelah menjawab pertanyaan tadi, kantuk River menghilang. Ia kembali fokus mendengar dan mencatat materi dari Professor Collins. Sesi diskusi kelompok berikutnya juga membantu mengembalikan semangat River hingga tak terasa bel istirahat berbunyi.
Satu per satu murid meninggalkan kelas ini. River menggendong ranselnya, lalu berpamitan pada Professor Collins sebelum keluar. "Sampai jumpa di kelas berikutnya, Professor Collins."
"Sebentar, Nak," ucap Professor Collins. "Apa kau tidak ingin ikut olimpiade lagi?"
"Memangnya ada apa dengan tim yang sekarang, Professor?" River bertanya balik. Seingat River, anak-anak tim olimpiade itu genius, jauh lebih cerdas dari dirinya. Maka dari itu, River yakin kepergiannya tidak akan memberikan pengaruh besar.
"Mereka baik-baik saja." Professor Collins menarik napas. "Mereka cerdas, cepat menangkap materi, dan pandai mengerjakan soal rumit."
"Bukankah itu hal yang baik?"
"Tentu saja, jika diimbangi dengan kerja sama tim yang baik."
River mulai paham ke mana arah pembicaraan Professor Collins. Selama pengalamannya bersama tim olimpiade, seringkali terjadi kesulitan dalam berkomunikasi. Bukan berarti River memiliki stereotip terhadap mereka, tetapi beberapa memang seperti hidup dalam dunia sendiri dan kurang paham caranya berkompromi dengan orang lain. River selalu menjadi penengah, memastikan timnya bisa bekerja sama dan menyatukan pikiran. Mungkin itu yang membuat kami menang tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Feather Away
Teen FictionPada pesta dansa musim dingin bertema masquerade, siapa sangka kalau Lyra berpasangan dengan laki-laki yang paling didambakan di Foxcroft Academy? Meskipun menggunakan topeng, semua orang tentunya akan mengenal River Monroe yang senyum tampannya san...