06

179 34 3
                                    

Coba katakan ya
Coba katakan kau setuju

.

.

.

Suzy disambut oleh langit-langit asing dan lengan kekar begitu ia membuka mata. Rasanya terakhir kali ia berada diruang tamu Tristan menikmati suguhan makanan ringan, kenapa bisa sekarang berada di kamar bersama Tristan yang terlelap tanpa atasan dan bercelana pendek saja.

Lalu buru buru ia memeriksa dirinya sendiri, tidak kurang apapun kecuali blazer nya terlepas dan menyisakan terusan biru muda dengan tali spagetti saja. Ia tak melihat tas serta ponsel nya dimanapun, membuat ia menyadari beberapa hal.

"Kamu udah bangun?." Tanya Tristan dengan suara khas bangun tidur, yang terdengar lebih dalam daripada suara biasanya.

"Kita dimana?." Tanya Suzy balik.

"Ada di villa aku, aku udah bilang sama orang kantor kalau kita bakalan cuti selama seminggu dan biar mereka yang handle, pun aku udah info ke keluarga kamu." Jelas Tristan, mengelus rambut Suzy dengan lembut.

"Kamu marah sama aku?." Tanya Suzy, dengan nada lembut.

"Ya dan kamu tau dimana salah kamu?."

"Karena aku bilang kalau aku mau resign ya."

"Ya, kamu mau ninggalin aku lagi. Emang apa sih kurang nya aku? Sampe kamu terus terusan mau lari dari aku? Kamu selalu begitu, pergi gak pake penjelasan atau pamit, bikin aku bertanya-tanya kenapa, apa yang salah dari aku."

"Kamu gak salah apapun kok, aku aja yang jahat, ninggalin kamu karena aku mau."

"Kamu bohong, aku denger kok obrolan kamu sama Kak Nana kemarin, kenapa kamu gak jujur aja."

"Yaudah sekarang kamu udah tau kan jawaban nya. Terus ngapain sampe ngasih aku obat tidur lalu bawa aku kabur? Toh aku sadar sejauh apapun aku, kamu bakalan terus ngejar kan."

"Nah kalau kamu tau itu kenapa kamu terus terusan lari dari aku? Terlebih meskipun bibir kamu suka ngasih penolakan tapi aku tau hati kamu selalu nerima aku, tapi ya kamu denial terus terusan." Kata Tristan, mengelus bibir Suzy.

Suzy terdiam, lalu membiarkan begitu saja saat Tristan melumat bibir nya tanpa ampun, sementara itu tangan nya bergeriyal kesana kemari.

Tidak, Suzy bukan sedang terkena stockholm syndrome , karena sejauh ini tubuhnya tidak menunjukan reaksi takut atau tak nyaman dengan fakta bahwa Tristan jelas menculik nya. Juga ia merasa, meskipun Tristan cenderung obsesif tapi ia tak akan melukai nya. Setidaknya selama Suzy masih bisa mengontrol nya.

.

Tristan menyeringai, menatap Suzy yang terlelap cantik, kali ini karena kelelahan bukan karena obat tidur.

Dengan sentuhan lembut, ia menelusuri satu demi satu ungu, biru dan merah karya nya yang terlukis di tubuh Suzy yang berbalut gaun tidur, karena gaun biru nya sudah tak layak pakai karena Tristan sengaja merobek nya.

"Meski udah begini, tapi kamu tetep ya bertahan buat gantungin hubungan kita.Tapi gapapa selama kamu disamping aku dan gak kemana mana aku bakalan sabar nunggu jawaban dan validasi dari kamu soal kita." Bisik Tristan, sebelum mengecup kening Suzy.

Mungkin Tristan sudah memiliki raga Suzy secara utuh tapi tetap ia menunggu untuk memiliki hati dari asisten pribadinya yang kelak akan menjadi patner seumur hidup dan ibu dari anak anak nya kelak.

"You're mine and always mine." Ucap Tristan, sebelum ikut terlelap bersama kesayangan nya.

.

Apakah Suzy sudah memiliki rasa lagi?

Ya! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang