Tanda Merah

65 15 5
                                    

~Mana tau gue apa itu tata krama, yang gue tau
orang tua gue bicara selalu di depan muka~

Qaila masih bermalas-malasan di queen bed nya. Hari ini penerimaan raport. Jadi untuk apa dia datang pagi pagi, lagian yang mengambil raport nya ibunya Karina, karena papa dan mamanya ada jadwal keberangkatan siang ini. Jadi mereka beralasan masih banyak yang harus dipersiapkan sebelum berangkat.

"Non Qaila.. "

"Apaan.. " Balas Qaila dari dalam kamar. Itu pasti ibunya Karina.

"Makan dulu ayuk, setelah itu kita ke sekolah"

"Duluan, gue mau mandi" Qaila benar benar bangun dari rebahan nya. Dan menuju kamar mandi.

"Lagi lagi pasti gue dibawah si culun itu. " Qaila malas sebenarnya ikut ke sekolah, namun mengingat masih ada orang tuanya di rumah. Tidak akan aman bagi kesehatan telinganya.

                            ♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Kali ini Qaila mengajak Karina dan ibunya ikut serta di mobilnya. Karena supir keluarga itu harus standby dengan keberangkatan tuan Andares.

"Nanti Qaila ga ikut masuk ke kelas, au" Ucap Qaila memberitahu. Dalam bahasa Jerman Au berarti pengasuh/pembantu. Sebelum sebelumnya juga seperti itu. Dia tidak ingin mendengar ucapan guru kelasnya dibagian,

"𝘕𝘪𝘭𝘢𝘪 𝘘𝘢𝘪𝘭𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘒𝘢𝘳𝘪𝘯𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘥𝘢 𝘵𝘪𝘱𝘪𝘴, 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘭 𝘒𝘢𝘳𝘪𝘯𝘢 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢"

Setelah sampai di parkiran, Qaila berjalan menuju kantin. Sahabatnya, Vanila menyuruhnya kesana.

                           ♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Ucapan yang keluar dari mulut ibunya Karina membuat Qaila membelalak kaget, kali ini dia lebih unggul dari gadis miskin di depannya.
"Selamat ya Qai, usaha kamu kali ini bener bener membuahkan hasil yang sesuai harapan kamu" Karina tersenyum manis.

"Thanks girl... "

"Tapi nilai sikap... " ART nya itu hendak memberitahu sesuatu lagi sepertinya. Namun Qaila yang terlampau senang lebih memilih memasang earphone nya.

Alphard putih itu masih ada di pekarangan rumah. Dengan langkah ringan Qaila menghampiri papanya di ruang kerja.

"Kamu dibawahnya lagi? " Tanya Petro, enggan membuka raport putrinya itu.

"Ngga dong, kali ini Qaila unggul. Di atas, tanpa ada seseorang di atas lagi" Qaila berbangga diri.

"Really? " Pria tua itu membuka raport nya, meneliti angka di setiap lembaran.

" C? " Pria itu reflek berdiri, membuat Qaila bertanya tanya kenapa lagi pak tua ini.

"Nilai sikap mu c?!"

Mendegar itu Qaila merebut raport nya. Ikut melihat laporan belajar nya.
"Yaelah pa, nilai sikap doang"

"Doang?, kamu bagian keluarga Andares Qaila!. Secara tidak langsung huruf C menunjukkan bagaimana buruk nya sikap seorang putri Keluarga ini! "Pria itu berbicara tepat di depan wajah Qaila, sangat dekat.

"Lagian gimana aku mau bersikap baik, jika kedua orang tua ku tidak mencontohkan" Qaila menjatuhkan bokong nya di salah satu sofa.

"Huruf C bewarna merah?, seburuk apa sikap mu di sekolah Quenna Qaila!" Laki-laki itu menyebut nama panjangnya tanpa menyertakan Marga keluarga. Dia marah sepertinya. Itu yang di tebak Qaila.

"Seburuk apa?, sikap ku tidak seburuk  seperti kau memperlakukan aku papa" Qaila berdiri. Telunjuknya mengarah pada pak tua di depannya.

"Secara tidak langsung kau mengatakan aku memperlakukan mu dengan buruk! " Pria itu menampar kuat pipi kanan gadis itu, benar benar merah, perih yang di rasakan Qaila pada pipi kanannya itu.

"Liatkan, baru ku bilang. Udah melayang tangan nya ke pipi ku" Qaila mengelus pipinya, Sakit juga ternyata.

"udah aku bawa piagam juara satu yang papa mau,masih aja marah marah. Papa itu ga pernah puas. Selalu mencari celah dimana kesalahan ku bisa di jadikan alasan untuk marah. Aku selalu kurang di mata papa." Qaila menarik nafas dalam-dalam.

"Merasa seperti manusia sempurna, tidak pernah kah papa terdiam sebentar di depan kaca?, masih banyak kekurangan papa jika mau menjadi seorang manusia!" Lanjutnya.

"Tutup mulut kurang ajar mu itu, kau terlihat seperti anak yang tidak di didik" Petro mencengkram rahang putri nya kuat.

"Karena papa memang tidak pernah mendidik ku!"
Pria tua itu menarik Qaila keluar dari ruang kerjanya. Membawanya ke gudang ujung lorong. Malam ini sepertinya dia akan kembali menginap sementara di situ.

Tapi tunggu, tidak. Itu tidak akan terjadi kali ini, karena orang tuanya akan pergi. artinya ibunya Karina akan mengeluarkan nya dari sana. Setelah tuan dan nyonya nya itu tidak lagi disana.

"Ini akibat pergaulan bebas, berteman dengan para lelaki. Itu yang membuat sikap mu tidak mencerminkan seorang gadis yang baik. "
"Kedepannya jangan bergabung dengan geng geng ga jelas itu!, kalian terlihat seperti anak liar! " Setelah menyelesaikan ucapan nya, tubuh Qaila dibanting begitu saja. Pria itu pergi dari gudang.

𝐕𝐨𝐭𝐞 𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐨𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐤𝐚𝐤, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐜𝐮𝐦𝐚 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐜𝐚. 𝐌𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐢𝐬𝐤𝐢𝐧 𝐭𝐮𝐣𝐮𝐡 𝐭𝐮𝐫𝐮𝐧𝐚𝐧.

Titik LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang