AtleTerate

18 4 0
                                    

~ Disini gue tahu arti persaudaraan yang sebenarnya~

Dengan peneraapan sistem belajar di rumah, Qaila jadi memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan diri pada pekan olahraga akhir tahun ini.

Saat hari itu tiba, Qaila berjalan masuk ke dalam GOR dengan langkah yang percaya diri. Karena ia yakin usahanya beberapa minggu ini pasti akan membuahkan hasil yang bagus.

"Nasib muka cuma pas-pasan, apa ini emang takdir tuhan. Tapi orang tua tetap ada... " Qaila bersenandung kecil saat akan berjalan mendekati pelatihnya.

"Sehat mba?".tanya mas Warno, langsung menjabat tangan gadis itu.

" Fisik nya sehat, gatau nih hatinya " jawab Qaila jujur.

"Ayo duduk dulu. Masih ada 15 menitan, sebelum acara mulai. " Mas Warno menepuk tempat kosong di sampingnya.

"Semangat ya, saya tahu kamu menghabiskan banyak waktu buat mempersiapkan ini. Usaha yang maksimal tidak mungkin mengecewakan. " untuk kesekian kalinya pelatih sekaligus saudaranya itu menyemangati.

"Oh kalo saya mas harus pulang bawa medali pokoknya, ga dapet.., GOR ini saya guncang kan. " jawab Qaila, dengan candaan.

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Tangan Qaila keringat dingin, berharap harap cemas dengan hasil pertandingan hari ini.

Bayangan seretan kasar papa nya, gudang atas yang pengap sudah menghantui pikirannya.

Bagaimanapun hasilnya, dia harus pulang sambil mengalungi medali di lehernya.

Tak lama, lamunan Qaila buyar. Ketika mendengar namanya disebut untuk maju ke podium juara.

"Serius mas?, aaaaa ga sia-sia latihan gue. "

Pekikan Qaila membuat pasang mata menatap ke arahnya. Dengan cepat gadis itu kembali ke mode cool nya.

Setelah maju untuk dokumentasi, Qaila diserbu teman-temannya.

"Wah mba, dijual itu medali nya. Biar bisa beli mie ayam kita. "

"Otak lo makan mulu anjay. " Robi menyahuti Koy.

"Tanpa jual medali, gue tetap traktiran kalian makan malam ini. " dengan gaya tengil nya, Qaila melipat tangannya di depan dada.

"Wouhhhh... Ouhhh... " Gemuruh sorakan langsung menyertai.

"Konvoi woy, konvoi... " teriak Rendy heboh dari parkiran.

"Ga punya malu emang mas ini loh. " Miza geleng-geleng kepala melihat Rendy yang heboh mengayunkan kaosnya ke udara.

"Bentar, gue ketemu boyfriend dulu. " dengan gesit Qaila berlari ke arah parkiran. Mendekat ke arah jejeran motor anak-anak LN.

"Yuhuuu, bubos menang habis. " Qaila langsung mendapat sorakan heboh dari Arel.

"Selamat sayang ku, kamu selalu hebat. " Rafael tersenyum manis ke arah gadisnya, dan langsung dibalas dengan pelukan oleh Qaila.

"Thankyou seng, ini juga karena kamu yang ga pernah bosan nyemangatin aku. "

"Ayo kita rayakan kemenangan ini, dengan dugem sampai pagi!" ucap Satya heboh sendiri.

"𝗣𝗹𝗮𝗸"

"Malu tau ga!, bisa sehari aja ga usah malu-maluin orang-orang sekitar lo hah!?" gertak Fathan.

"Tau ni, bising aja lo dari tadi. " Garen ikut mengompori.

"Dari tadi gue mau ngomong, kepotong terus ini ya. " ketus Qaila.

Arel langsung kembali bercanda, "Iya-iya, silahkan Queen Qaila. Buka suara. "

"Malam ini kita g bisa nongki guys, gue mau konvoi sama mereka-mereka. " Qaila menunjuk kearah teman-teman silat nya, di parkiran seberang.

"Kalo gitu kita ikut aja ga sih?" ide Satya tiba-tiba.

"Eh jangan, nanti kalo ada apa-apa di jalan, lo ga bisa tarung. Ngerepotin Queen aja nanti. " respon Garen bercanda.

"Woilah, gini-gini gue mantan anak taekwondo. Sabuk putih, langsung ga latihan lagi. " Balas Satya berbangga diri.

"Gerakan nya pasti ga nempel di otak, soalnya kan lo ga punya otak. " Celetuk Fathan.

"Eh udah, malu diliatin teman-temannya Qaila. " Rafael berusaha membubarkan lingkaran.

"Pasti lo cuma bisa enak-enak malam ini kan Qai, malam-malam besok lo dikurung di kandang. " ucap Arel lesu.

"Enak-enak maksud lo apa hah? " Rafael langsung menggeplak kepala cowok pendek itu.

"Ya dia keluar malam, konvoi, itu namanya enak koclok!." Arel langsung menyampaikan maksud omongannya dengan cepat.

"Iya kan, Qaila besok udah harus belajar lagi. " Satya ikut pura-pura sedih karena itu.

"Gapapa loh guys, kapan kalian kangen, atur tempat atur waktu. Gue siap kabur tanpa pintu. " respon Qaila.

"Yaudah sana, ga enak diliatin mereka. Udah pada mau bubar juga tuh kayaknya. " Rafael menujuk kearah sekumpulan manusia berbaju hitam.

"Papay, secepatnya aku bakal temuin kamu. "

Qaila berlari, kembali menuju pada teman-teman silat nya.

"Sip, nyonya udah siap tuh. Gue yang megang rute ya. " Seorang cowok tengil langsung memimpin barisan, paling depan.

"PSHT.., "

"Jaya!!!!"

Deruman motor mereka saling bersahut-sahutan. Untuk kesekian kalinya, jalanan malam ini dipenuhi manusia bermori.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Titik LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang