"Seenggaknya kalo ga bisa bahagia jangan ada luka. " Qaila meneguk habis air kuning di botol yang digenggam nya. Lalu melemparkan botol itu ke dinding.
Beberapa detik selanjutnya terdengar suara pecahan kaca dari dalam kamarnya.
"Anak kurang ajar...
"Anak bodoh, tidak bisakah kau lebih unggul dari si miskin itu!?" Pria berbalut jas hitam itu berteriak tepat di depan wajah Qaila.
"Setidaknya aku pulang tidak dengan tangan kosong" Jawab Qaila malas, berjalan santai menuju balkon kamarnya.
"Kau dilahirkan bukan hanya untuk menjadi hebat. Keluarga ini terlahir sebagai pemenang,dan kau masih saja selalu kalah dengan anak pembantu itu!" Papanya itu ikut berjalan menuju balkon. Menampar kuat pipi kanan anak sulung nya.
"Dia juara satu,aku juara duanya. Apakah itu kekalahan?" Qaila muak mendengar tua bangka ini teriak teriak setiap pulang ke rumah ini.
"Ya, kau kalah. Jika ada yang lebih unggul di atas mu artinya kau kalah. Pemenang selalu berada di posisi atas. Tanpa ada siapun di atasnya. Dia di posisi teratas! " Intonasi pria itu semakin tinggi.
Tidak sadarkah pak tua ini suaranya menggelegar, mengganggu pendengaran orang.
"Kalo gitu jadikan saja dia anak papa, anak yang selalu di posisi teratas. Unggul, pemenang, bisa di banggakan kepada seluruh isi dunia." Qaila akhirnya menatap nyalang ke arah papanya. Habis sudah kesabaran gadis itu.
"Aku lelah, aku bukan robot suruhan papa yang bisa melakukan semua perintah tuannya" Lanjut Qaila beranjak meninggalkan kamarnya.
"Qaila, aku sedang berbicara. kau pergi begitu saja!" Setelah diam beberapa detik pria itu masih berteriak, "Anak tidak tau sopan santun, dimana etika seorang anak keluarga Andares"
"Tidak usah kau pulang malam ini" Ocehan pak tua itu di acuhkan Qaila.
"Selalu saja pulang-pulang marah marah, yang dibawanya. Terlampau miskin kah pak tua itu, hingga tak mampu membawa oleh oleh kerumah ini" Qaila menghentak hentakan kakinya menuruni anak tangga.
Terlihat seorang perempuan dengan piyama putih sedang menonton TV. "Mau kemana Qaila" Tanya wanita itu lembut.
"Keluar, papa menyuruh ku tidak usah tidur di rumah malam ini" Qaila melirik sebentar ibunya. Lalu melanjutkan langkah nya menuju bagasi.
"Untuk apa dia bertanya, jika hanya basa basi. Tidak dengarkah dia suami nya teriak teriak seperti seorang setan di kamar ku" Qaila mencibir sambil memakai helm fullface nya.
Kondom🕶 (Kompolan dedek dan om)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gwe otw markas
(Αrel🐒) gwe jga!
(om sαtya🌹) 2 in
(Paksu🐽) gwe di depan
(om satya🌹) gercep anying
Tau bahwa Rafael udah menunggu di depan gerbang rumahnya, dia buru buru melajukan motornya keluar bagasi.
"Mau kemana Qai?" Tanya kamg Mamat, satpam malam di rumahnya. Ingat rumahnya!, bukan komplek rumah.
"Keluar kang, biasa main" Qaila menunjuk ke arah Rafael di luar gerbang.
"Tiati Qai" Pak mamat menekan remote gerbang.
"Cabut" Qaila kembali menutup kaca helm nya, lalu melajukan motornya. Diikuti Rafael dibelakangnya.
Rasanya tenang, menghirup udara malam seperti ini. Beban nya terangkat sebentar. Hidup nya sepi, tapi mengapa tidak setenang malam?.