Pak Guru

73 29 13
                                    

Kalau kamu jadi virus hepatitis, aku rela kok heparku kamu serang."

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Sudah lama rasanya Qaila tidak bermain game. Apalagi akhir akhir ini dia harus mempersiapkan diri dalam KSN kali ini. Jangan sampai dia kehilangan posisi tiga besar.

Soal pertama atau ketiga itu bukan masalah baginya. Yang terpenting wujudnya ada berdiri di podium ketika pengumuman juara. Kalau tidak bisa bisa papa nya akan membanting barang barang sekitar jika melihat siaran yang ditayangkan tidak ada memperlihatkan wajah Qaila.

Malam ini Qaila tidur di apartemen Rafael. Dia akan berangkat dari sana besok pagi.

"Udah dulu main game nya ya, ulang ulang apa yang kamu pelajari minggu ini" Rafael datang dengan segelas susu di tangannya.

"Susu siapa yang kamu peras?" Tanya Qaila dengan cepat mengambil alih gelas itu.

"Susu janda samping rumah bunda" Jawab Rafael asal.

"Bjir, itu tidak murni nak" Wailah terkekeh mendengar jawaban cowoknya itu.

"Loh dari sumbernya kok"

"Susu murni itu susu perawan, belum tercampur dengan bakteri tangan tangan jelek para lelaki" Qaila menjelaskan.

"Aku gigit juga susu kamu" Rafael pura-pura hendak menerkam Qaila.

"Takut.. " Qaila menghindar, sekalian mengambil buku bukunya.

"Sini aku tanya tanya" Rafael menawarkan bantuan.

"Ah emang kamu bisa? " Qaila pura pura meragukan cowok itu.

"Jubaidah lu ye, gini gini dulu aku juga sekolah sayang" Rafael tampak tak terima. Sia sia saja dia sekolah sampai S1 jika kemampuan nya diragukan.

"Sini duduk deketan" Rafael menarik kedua kaki gadis itu agar mendekat kearah nya.

"Bagaimana kenaikan pH darah dapat mempengaruhi kemampuan hemoglobin mengikat oksigen?"

"Sebentar pak, otak saya lagi lelet" Qaila memejamkan matanya, mencoba mengingat ingat kembali apa yang sudah dipelajarinya.

"Dengan Mengubah warna hemoglobin?" Qaila bertanya memastikan kebenaran jawabannya.

"1000 poin untuk pacar aku" Rafael mengusap puncak kepala gadisnya.

"Jika seorang pasien datang dengan keluhan serangan jantung dari 2 jam yang lalu, pemeriksaan apa yang dilakukan?"

"Troponin itu mah" Qaila menjawab dengan kepercayaan diri penuh.

"Pinter, pasti kamu makan ikan juara kan. Makanya hebat gini" Rafael mencolek hidung Qaila gemas.

"Mengapa sel darah merah berbentuk pipih?" Rafael melanjutkan pertanyaannya.

"Karena tidak memiliki inti"

"Karena kalau bentuknya hati, dia bukan mengalirkan sari-sari makanan. Tapi mengalirkan cinta di antara kita."

Blush

Qaila melompat kedepan, menggigit Rafael sanking salting nya. Padahal ini kan sedang mode serius. Sempat sempatnya cowok itu menggombal

"awh sakit sayang" Rafael mendorong tubuh Qaila agar menjauh. Gigitan nya semakin terasa.

"Baper" Qaila menggelayut manja pada Rafael. Dibalas satu ciuman lembut di bibirnya.

"Salep apa yang bisa membuat luka semakin parah?"

"Luka bisa bertambah parah, karena beberapa faktor. Mungkin karena gangguan aliran darah atau oksigen di dalam, atau bisa juga karena luka sensitif terhadap salep yang digunakan." Jawab Qaila menerka nerka.

"Salah, salepas kau pergi meninggalkan aku lalu kau bersama orang baru" Rafael setelah menjawab pertanyaannya sendiri.

Bugh

"Dari tadi kamu ga serius deh el, mending aku replay sendiri" Qaila mengerucutkan bibirnya kesal. Merebut buku di tangan Rafael

"Mau aku seriusin?, tapi harus siap 2 kali di pagi hari, 4 kali siang, lanjut 4 kali sore, malam full 7 kali.

" Iya itu yang di kali kali, jumlah  rakaat sholat dalam sehari"Qaila menjepit mulut Rafael dengan tangannya.

"Hahahaha, ya udah yuk kita lanjut"

"Lanjut apa?" Tanya Qaila lola.

"Lanjut ngurus perut kamu, biar keisi zigot di dalamnya." Bisik Rafael, sengaja menghembuskan nafas nya ditelinga Qaila.

"Mesum lo om" Kali ini perut yang jadi sasaran Qaila.

"Mesum ke pacar sendiri gapapa, timbang gue mesum ke nyokap lo"

"Nyokap gue lebih milih Pak tua pemarah itu" Ledek Qaila.

"Kalo lo milih siapa, antara gue sama bokap?" Tanya Rafael memancingnya.

"Mungkin kalo anak perempuan ditanya gitu, bakal ngejawab ayahnya. Tapi gue, gue bukan ga mau milih laki laki yang katanya ayah itu. Tapi pak tua itu tidak pantas dijadikan pilihan" Qaila memainkan ujung kaosnya.

"Aku pastiin kalo aku yang jadi ayah dari anak anak kita nanti, mereka ga bakal kehilangan figur ayah di kehidupan mereka" Rafael memegang kedua pundak gadisnya. Saling menguatkan dari tatapan mata.

"Aku ga tau sesepi apa dunia, kalo ga ada kamu sama anak anak yang lain" Qaila tersenyum tulus di pelukan Rafael. Dia selalu bersyukur karena di datangkan para siluman malaikat seperti mereka.

Setidaknya hidup nya masih memiliki beberapa warna, walaupun tidak seterang dan sebanyak manusia lainnya. Sekali lagi dia bersyukur. Dan berharap mereka akan selalu ada untuknya. Mungkin sampai dia benar-benar meninggalkan dunia.

𝐕𝐨𝐭𝐞 𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐨𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐤𝐚𝐤, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐜𝐮𝐦𝐚 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐜𝐚. 𝐌𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐢𝐬𝐤𝐢𝐧 𝐭𝐮𝐣𝐮𝐡 𝐭𝐮𝐫𝐮𝐧𝐚𝐧.

Titik LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang